Oktober 31, 2010

Menjalani Apa Yang Digariskan-Nya





"Hati bersih dari kegalauan jiwa tentang apa yang diinginkannya
serta apa yang terjadi dan apa yang berlangsung. Itu kerana hati
telah 'berputus asa' untuk menjadi selain dari apa yang sudah
digariskan, dan ketika itulah jiwa pun tenang. Sesungguhnya,
Allah hanya menyeru kita untuk menyembah-Nya, menegakkan
ketentuan-Nya, melaksanakan kewajipan dari-Nya, serta menjauhi
murka-Nya; dan kita hanya memiliki satu hati."

Semua itu merupakan rahmat Allah untuk kita, sebagaimana diterangkan-Nya:
"Tidaklah suatu bencana menimpa di bumi dan [tidak pula] pada diri kalian
melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum kami menciptakannya."

Allah kemudian menjelaskan alasan-Nya, "Supaya kamu tidak berduka atas
apa yang luput dari kalian dan supaya kamu tidak terlalu gembira dengan
apa yang diberikan-Nya kepada kamu." (Surah Al-Hadid (57): 22 & 23)

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


Oktober 30, 2010

Sarana Penenang Jiwa





"Segala peristiwa yang mampu disedari oleh hati, selayaknya menjadi sarana
untuk mengukuhkan kebenaran takdir yang tak mungkin diketahui
dan dapat diragukan keberadaannya. Allah menciptakan Lauh Mahfuz dan
menetapkan takdir manusia, sama sekali bukan untuk kepentingan Diri-Nya.
Tetapi supaya hati menjadi yakin, jiwa menjadi tenang, dan percaya
bahawa segala yang dialami sudah digariskan sebelumnya.

Apabila jiwa tenang, maka hati lapang untuk beribadah kepada-Nya,
memelihara segala ketentuan-Nya, dan melaksanakan semua perintah-Nya."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


Oktober 29, 2010

Kekuatan Sinaran Keyakinan





"Barangsiapa hatinya Allah sinari dengan iman, makrifatnya menguat
dan kalbunya tersinari dengan cahaya keyakinan, sehingga hatinya lurus,
tenang, tenteram, kukuh dan kuat. Ia rela hatinya menjadi penguasa
dan pengendali setiap perbuatannya. Kalaupun musuh mengganggu
dengan 'dalih' rezeki dan mata pencarian, hatinya takkan pernah
bimbang dan ragu, sebab dia menyedari bahawa Allah Mahadekat
serta tidak mungkin lalai atau lupa. Dia pun sedar sepenuhnya bahawa
Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, dan Maha Penyantun.
Allah s.w.t. Mahaadil dan tidak pernah berbuat zalim. Allah Mahagagah dan tak ada
yang dapat menghalangi Kehendak-Nya. Dia memberi, bukan diberi balasan.

Allah s.w.t. menciptakan sang hamba fakir dan papa; maka ia berusaha
berhubungan dengan Rabb sesuai dengan Kehendak Tuhan, bukan kehendaknya;
menurut cara yang diinginkan Tuhan, bukan yang diinginkannya;
dalam bentuk yang dikehendaki Tuhan, bukan yang dikehendakinya;
dan pada waktu yang ditentukan Tuhan, bukan yang ditentukannya."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


Oktober 28, 2010

Cerminan Ketenteraman & Kabutnya





"Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengesakan-Nya
baik melalui perkataan, perasaan, mahupun perbuatan.
Barangsiapa (mematuhi perintah-Nya yang) demikian, ia
benar-benar telah menyedari bahawa Dia Maha Esa.
Hatinya tenteram dengan pengetahuan itu, perkataannya
mencerminkan kebenaran dalam hatinya, serta ia terpicu dan
terpacu untuk berbuat baik. Singkatnya, ia telah benar-benar
beriman. Semua ini (pengesaan melalui perasaan, perkataan dan
perbuatan) terjadi secara bersamaan pada diri seorang hamba.

Tetapi, Allah menjadikan syahwat dan hawa nafsu sebagai
bahagian dalam diri manusia; serta menciptakan syaitan
yang selalu menghembuskan keraguan dalam hati manusia
dengan pujuk rayu yang mengalir bagai darah dan
menyesap bak ikan di dalam laut."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


Oktober 27, 2010

Taat & Tetap Ketauhidan





"Kamu bukanlah hamba jika tidak ber-Tuhan Yang tak
memiliki sekutu. Orang yang menyekutukan-Nya dengan
sesuatu telah keluar dari tauhid, meski pada dasarnya
kamu memang hamba-Nya. Seorang hamba tidak dinilai
sebagai hamba jika tidak menyembah dan mengesakan
Allah. Ketaatannya kepada Allah adalah atas perintah
Allah untuk senantiasa menaati-Nya. Jadi, orang yang taat
kepada perintah Allah-lah hamba sejati, hamba yang patuh."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


Oktober 26, 2010

Keutuhan Pandangan Hati





"Begitulah jiwa harus disiasati. Ia harus dipisahkan dari syahwat dan kenikmatan semu,
agar buah yang dihasilkannya tidak beracun dan tidak mematikan hati.
Dengan begitu, hati benar-benar mampu melihat agama secara utuh
dan mampu memandang dunia sesuai dengan kedudukannya sebagai jambatan
yang menyeberangkanmu dari satu tempat ke tempat lain.

Dunia tak lebih dari sekadar teman yang mengiringimu melewati
siang dan malam hingga bertemu dengan Tuhan Yang Maha Pencipta,
Mahakuasa, lagi Maha Pemberi balasan.

Engkau takkan mengagungkan sesuatu yang dianggap rendah oleh Allah,
takkan memuliakan sesuatu yang dianggap hina oleh-Nya,
takkan meremehkan sesuatu yang dianggap bererti oleh-Nya,
takkan berhubungan dengan sesuatu yang seharusnya dijauhi,
dan takkan menegakkan sesuatu yang seharusnya dihancurkan."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


Oktober 25, 2010

Memasung Nafsu Melunak Hati





"Cara melatih dan memperbaiki jiwa adalah
dengan menjauhkannya dari kenikmatan dan dengan
mengabaikan bisikan syahwat. Cara ini sangat
efektif dalam memasung hawa nafsu. Jika sudah
dibungkam sedemikian rupa, hawa nafsu meredup
lalu padam. Hasilnya, hati melunak dan kembali
kepada posisi dan fungsinya yang benar berdasarkan
bimbingan cahaya makrifat, cahaya akal, cahaya
pengetahuan dan cahaya kebaikan-kebaikan lain.
Setiap kali engkau menolak kongkongan syahwat
terhadap jiwa, cengkaman semakin berkurang.
Sebaliknya, setiap kali engkau memperturutkan
dorongan syahwat, dorongannya semakin kuat."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


Oktober 24, 2010

Bergegas Menuju-Nya




"Dosa tidak mungkin diredhai Allah, bahkan merupakan
sebab kehinaan hakiki di dunia dan azab di akhirat.
Akan tetapi, dosa yang telah mengubah pelakunya
dan membangkitkannya dari kelenaan, serta
mendorongnya segera bertaubat;
tidak dihitung sebagai dosa
setelah dibersihkan dengan penyesalan,
dan berubah menjadi pemacu si musafir
untuk bergegas menuju Tuhan."

[Syeikh Muhammad al-Ghazali]

Menuju-Nya Beserta Kesopanan




"Janganlah cita-citamu tertuju pada selain Allah.
Harapan seseorang tak akan dapat melampaui Yang Maha Pemurah."

"Pinta tiada tertahan selama kamu memohon kepada Tuhan.
Namun, pinta tiada mudah bila pada dirimu sendiri kamu berserah."

"Yang penting bukanlah adanya permohonan,
melainkan bahawa kamu diberi kesopanan."

"Jangan menuntut Tuhanmu kerana permohonanmu belum dikabulkan.
Namun, tuntutlah dirimu sendiri yang kurang sopan."

"Sebaik-baik permohonan yang harusnya kamu ajukan kepada Allah
adalah apa yang dituntut Allah untuk kamu lakukan."


[Imam Ibnu 'Athaillah as-Sakandari]

Kesembuhan Kalbu Kenikmatan Taat





"Seringkali dirimu diminta untuk taat,
tetapi hatimu senantiasa merasa berat
kerana memang tidak mencintai ketaatan.
Kerana itu, yang pertama kali harus
kamu lakukan adalah mengubati kalbumu.
Apabila telah sembuh, nikmat cinta pun
akan datang dengan sendirinya.
Manisnya maksiat yang dulu dirasakan
akan ditemukan pada ketaatan."


[Imam Ibnu 'Athaillah as-Sakandari r.a.]


Allah Di Hatinya





Sabda Al-Musthafa,
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah,
hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya.
Sesungguhnya Allah menempatkan hamba-Nya
dalam kedudukan sebagaimana dia
menempatkan kedudukan Allah pada dirinya."

[Riwayat Al Hakim]


Sayyidina wa Habibina,
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak memandang rupa parasmu
dan tidak pula pada kedudukan mahupun harta kekayaanmu,
tetapi Allah memandang pada hatimu.
Barangsiapa memiliki hati yang soleh maka Allah menyukainya.
Bani Adam yang paling dicintai Allah ialah yang paling bertaqwa."

[Riwayat Ath-Thabrani dan Muslim]


Daripada Mu’adz bin Jabal r.a., beliau berkata:
“Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:
“Wajib mendapatkan kecintaan-Ku
orang-orang yang saling mencintai kerana Aku,
dan yang saling berkunjung kerana Aku,
dan yang saling berkorban kerana Aku.”

[Riwayat Ahmad]


Menerangi & Diterangi Cinta




"Tahukah kamu, apa cinta itu?
Semuanya tentang mengasihani, suka memberi (kebaikan).
Kecelaruan tersingkap tika kamu keliru
antara (pemuasan) nafsu dan (ketulusan) cinta,
sedang jarak antara keduanya tak berjeda."

[Maulana Jalaluddin Ar-Rumi]



"Cinta adalah sentiasa berpaling kepada Sang Kekasih
dengan hati yang merasa kerana cinta.
Cinta bererti mengutamakan sang Kekasih
di atas semua yang dikasihi.
Cinta bererti bahawa si pencinta menyesuaikan diri
dengan keinginan Sang Kekasih,
baik dia hadir di sisi-Nya ataupun berada jauh dari-Nya."

[Imam Al-Qusyairi]