"Apabila kamu mencintai seseorang, impian itu tidak akan terwujud
sehingga kamu betul-betul layak mendapatkannya.
Iaitu, dengan membersihkan kesalahan dan kehinaan yang terdapat pada dirimu."
Ketahuilah, seorang alim yang mengamalkan ilmunya pada saat ini
lebih sulit didapatkan berbanding permata yaqut merah. Bila kamu
mencari seorang qari yang pandai membaca Al-Quran jumlahnya banyak.
Bila kamu mencari doktor jumlahnya juga sangat banyak. Demikian pula
jika kamu mencari seorang faqih. Akan tetapi, apabila mencari orang yang
bisa memberitahu aib dirimu secara jujur dan tulus, jumlahnya sangat sedikit.
Bila kamu berhasil menemukan orang tersebut, peganglah ia secara erat dengan
kedua tanganmu. Berusahalah untuk selalu bersama dan duduk dengannya.
Dialah yang paling berguna bagimu di dunia ini.
Ketahuilah, setiap orang yang bersahabat dengan para ulama besar belum
tentu mengikuti petunjuk mereka dan belum tentu bisa mengambil manfaat
dari persahabatan mereka. Sebahagian orang justeru terbuai manakala
bersahabat dengan para ulama'. Mereka cukup puas dengan persahabatan
tersebut dan lupa beramal. Bahkan, itu dijadikan sarana bagi mereka untuk
menjadi terkenal dan riya'. Kerana itu, jangan sampai ketika bersahabat dan
mengenal para alim kamu merasa selamat dari neraka dan merasa aman dari
seksa Allah di akhirat. Sebab, siapa yang merasa aman dari Allah bererti telah
menentang-Nya. Kerana dengan sikap tersebut, bererti ia merasa aman
dari hukuman-Nya. Seringkali mereka yang jahil berkata, 'Saya bersahabat dengan
Syeikh fulan, saya melihat Syeikh fulan, dan saya termasuk pengikutnya.'
Mereka membuat pelbagai pengakuan dusta.
Seharusnya ketika mereka bersahabat dengan para ulama', mereka bertambah
kenal, takut, ikhlas, dan taqwa kepada Allah. Selain itu seharusnya mereka
berusaha untuk mentaati-Nya, bertaubat, serta melakukan dan memperbanyak
amal kebajikan.
Contoh yang paling nyata dalam hal ini adalah para sahabat Rasulullah saLlallahu
'alaihi wa sallam. Mereka adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling
banyak dalam melakukan amal ibadah. Ketahuilah bahawa para ulama dan orang-
orang bijak akan mendidikmu bagaimana caranya menghadap, berinteraksi,
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukankah
seorang hamba abdi yang baru dibeli belum mahir dalam mengabdi? Terlebih
dahulu ia akan diserahkan kepada orang yang bisa mendidik dan mengajarkan
adab dan akhlak. Jika sudah layak dan mengetahui adab barulah diserahkan
kepada sang majikan. Tentu, orang yang diambil sebagai pekerja oleh sang
majikan akan dimuliakan. Namun, yang tak layak mengabdi tetap sebagai
abdi biasa, serta tidak layak diajak bersama (melayan majikannya). Begitulah
kedudukan para wali Allah. Para murid menyertai mereka agar bisa dipimpin
hingga mendekat kepada Allah.
Tak ubahnya seperti perenang mahir, kalau hendak mengajar anak kecil berenang,
ia akan menariknya serta membiarkan anak tersebut berada di sampingnya sampai
mahir dan mampu berenang sendiri. Jika sudah mahir dan dipercaya, ia bisa
dibawa ke laut yang dalam dan dibiarkan berenang sendirian."
[Imam Ibnu 'Athaillah As-Sakandari r.a.]