Julai 21, 2008

Sebaik-baik waktumu dalam kekurangan..





Sebaik-baik waktumu adalah kapan engkau menyadari kekuranganmu, dan engkau pun kembali mengakui kerendahanmu.


~~~~

Kemajuan spiritual yang sesungguhnya hanya akan tercapai dengan mengalami keterbatasan, penderitaan dan kesusahan. Jika diri dijauhkan dari kesenangan-kesenangannya serta direndahkan, maka pintu-pintu cahaya dan mata batin terbuka. Kalau si salik benar-benar tak berdaya, Yang Mahakuat dan Maha Pemurah berada di dekatnya. Kebutuhan-kebutuhan diciptakan oleh-Nya untuk mengantar kita menuju pintu-Nya.[]



No 100, Bagian 13
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Julai 20, 2008

The Great Wall







بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّ ٱلرَّحِيمِِ


It is not that simple;
of letting the world go;
if the soul creates an illusionary wall.

If gold and stone is not the same to you;
no rest shall you find;
for inner peace is attained through detachment;

Woe o soul!;
for creating this illusion;
non existing walls of brilliance;

Now I know;
this is what happens when there is no spirit;
and only letters;

Four corners; four mute walls;
staring menacingly at me;
inside is prison, outside is prison;
Where shall I go?



Bukan semudahnya
Melepaskan dunia
Jika jiwa mencipta tembok kepalsuan

Empat penjuru, empat tembok bisu
memandang kejam padaku
Di dalam penjara, di luar penjara
Manakah tempatku mengadu..


-Peace be to you-

Berinteraksi dengan Allah s.w.t. Melalui Kehidupan





"Wahai Tuhanku. Aku tidak memohon agar tertegahnya apa yang Engkau mahu tentukan ke atasku. Tetapi, aku memohon sokonganMu (kepadaku) dengan bantuan-Mu kepadaku dalam setiap ketentuan-Mu ke atasku.."
Imam Abu Al-Hasan As-Syazuli


Kebahagiaan bukan pada kepuasan nafsu, tetapi pada terealisasinya kehambaan diri kepada Allah s.w.t.. Kekayaan itu ialah kekayaan jiwa, seperti yang diberitahu oleh Baginda s.a.w. yang mulia. Hidup ini bukan tempat setiap orang cari apa yang dia mahukan, tetapi hidup ini ialah tempat setiap orang menunaikan tujuan asal dirinya diciptakan. Kalau mahu terus mencari makna kebahagiaan selain makna yang diingini oleh Tuhan, maka setiap langkahmu dalam mencarinya adalah suatu penderitaan. Akhirnya, yang kamu himpunkan hanyalah penderitaan demi penderitaan.


Masalah kemurungan, kesedihan, penderitaan dan rasa malang manusia sebenarnya bukanlah kerana gagal menanggung ketentuan Allah s.w.t., tetapi masalah-masalah tersebut kembali kepada "tidak memahami makna di sebalik ketentuan-Nya", lalu membawa kepada kegagalan dalam berinteraksi dengan ketentuanNya sebagaimana yang sepatutnya. Tanpa menghayati makna kehambaan diri, makna kehidupan yang merupakan medan menyempurnakan kehambaan dan makna ketuhanan Allah s.w.t. dalam kehidupan, maka seseorang akan mencari kebahagiaan yang bukan sebenarnya suatu kebahagiaan, akhirnya dia terus menderita dan menderita dalam rangka untuk mencari kebahagiaan menurut persepsinya.


Kehidupan ini sebuah perjalanan dalam muamalah kehambaan seseorang hamba dengan Tuhannya. Nilai kehidupan adalah pada penghayatan seseorang terhadap makna kehambaan dirinya dalam kehidupannya, makna kehidupannya selaku hamba kepada Tuhannya dan makna ketuhanan Allah s.w.t. dalam kehidupannya selaku hamba-Nya. Tanpa makna-makna tersebut, kehidupan tiada erti bagi seseorang manusia.


Hidup ini ialah tempat bermualamah secara beradab. Bagaimana seseorang ingin beradab dalam bermuamalah dengan Allah s.w.t. melalui kehidupannya, sedangkan dia tidak mengenal hakikat dirinya sebagai hamba Allah s.w.t. yang perlu beradab kepada-Nya, tidak mengenali hakikat kehidupan yang merupakan tempat menzahirkan adab kepada Allah s.w.t. dalam berinteraksi kepada-Nya, dan tidak mengenali Allah s.w.t., Tuhan yang ingin menyempurnakan adab kehambaannya melalui kehidupannya?



Ustaz Raja Ahmad Mukhlis


***


Julai 17, 2008

Rasa Memerlukan-Nya





Merasa butuh (mengehendaki) adalah watak aslimu, sedangkan sebab-sebab adalah menjadi pengingatmu terhadap apa yang tersembunyi darinya bagimu. Dan kebutuhan-kebutuhan intrinsik tak pernah hilang oleh peristiwa-peristiwa luar.


~~~~

Susunan dan kondisi azali manusia berlandaskan pada ketergantungan yang terus-menerus dan total kepada-Nya. Kadang-kadang kita terpesona oleh karunia-Nya yang berupa kemampuan, kekuatan atau pengetahuan, dan lupa akan kesalahan ataupun kebutuhan kita yang tersembunyi, yang hanya bisa diingat lagi dengan kembali mengakui kondisi asal kita yang serba terbatas dan miskin. Terus-menerusnya rasa membutuhkan akan berujung pada terus-menerusnya kesadaran atas kemurahan-Nya.[]



No 99, Bagian 13
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Julai 15, 2008

Berserah Kepada Allah





Dalam kitab al-Hikam Ibnu 'Athaillah al-Iskandari, dinukilkan:

Boleh jadi Allah membuka pintu ketaatan bagimu,
tetapi tidak membuka pintu pengabulan (diterimanya ketaatan itu).

Boleh jadi Allah menakdirkanmu berbuat dosa,
tetapi ternyata ia menjadi sebab sampainya tujuan (kepada-Nya).

Kemaksiatan yang menimbulkan rasa hina dan rendah hati
lebih baik dari
pada ketaatan yang menimbulkan rasa bangga dan sombong.


***

Dulu maupun sekarang, para ulama yang benar-benar mendalam ilmu mereka menyayangkan para ahli ibadah yang memperbagus bentuk luar (ibadah) namun tidak memperbagus sisi batinnya. Sering mengoreksi ritual formal namun tidak mengoreksi tujuannya. Mempraktikkan ritual formal secara teliti, sementara hakikatnya tidak mereka tangkap.

Orang-orang seperti itu hanya menjadi kendala bagi agama dan penghalang terwujudnya makna hakiki ibadah. Mereka bukanlah penopang agama, bukan pula penyeru ibadah hakiki.

Mereka menunaikan salat, tetapi tahukah anda bagaimana salat itu keluar dari mereka? Rasulullah saw. bersabda,
"Salat (mereka) keluar dalam keadaan hitam legam. Salat itu berkata kepada mereka, 'Allah telah menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku.' Sampai akhirnya waktu yang dikehendaki Allah tiba, salat itu dilipat seperti dilipatnya pakaian, kemudian dipukulkan ke wajah orang yang melaksanakannya." (H.R. al-Thabrani)


Mereka melaksanakan puasa, tetapi tahukah anda kualitas puasa mereka? Nilai puasa mereka seperti disabdakan Rasulullah saw.,
"Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi puasanya hanya berbuah rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang bangun malam tetapi hanya sekadar berjaga malam." (H.R. Ibn Majah)


Ibadah terdiri atas jisim dan roh. Allah hanya menerima ibadah yang dipersembahkan dalam keadaan hidup (raga dan jiwa), bukan dalam keadaan mati (raganya saja). Oleh sebab itu, Rasulullah saw. bersabda,
"Allah tidak menerima amal seseorang hamba hingga hati sekaligus badannya menyaksikannya." (Musnad al-Firdawsi)


Dari Ibn 'Abbas secara marfuk diriwayatkan, "Salat fardu ibarat timbangan. Hanya orang yang memenuhinya yang akan diterima." (H.R. al-Bayhaqi)

Berbuat ihsan hanya dalam bentuk luar saja sedikit manfaatnya, baik bagi pelakunya maupun bagi orang lain.

Suatu hari saya melihat seorang petani yang terkena kewajiban mandi besar. Ia pergi menuju ke sebuah bendungan irigasi kemudian menceburkan dirinya, kemudian muncul kembali. Dengan cara seperti itu ia menganggap dirinya telah suci dari hadas besar! Padahal, jika anda mendekatinya anda akan mencium bau tak sedap yang menusuk hidung. Sebab, badannya masih menyisakan kotoran dan peluh. Lalu, apa arti mandi besar yang ia lakukan dengan menceburkan diri ke dalam air jika tidak menghilangkan kotoran, tidak membuat dirinya suci, dan tidak pula membuat orang lain mau mendekatinya?

Demikian halnya dengan ibadah-ibadah lain yang dilakukan oleh sebagian orang dengan model seperti itu (sekadar memenuhi syarat sah ibadah secara lahirnya sahaja.) Mungkin mereka memenuhi ketentuan-ketentuan formalnya, tetapi kehilangan hakikat dan tujuan sebenarnya. Wajar kalau di sisi Allah mereka tidak mendapat sesuatu yang istimewa.

Yang menjadi patokan dalam menilai ketaatan adalah sejauh mana ia bisa menjadikan seseorang sanggup mewujudkan sifat-sifat ubudiah (kehambaan) di hadapan Tuhan dan di tengah-tengah sesamanya. Ubudiah yang benar menghilangkan kekakuan, kekerasan hati, dan kekeringan jiwa. Ibadah harus melahirkan sikap tawaduk, lemah-lembut dan perangai yang mulia.

Sering kita menjumpai para pegiat ibadah tetapi membangga-banggakan ibadahnya di hadapan manusia. Pada sisi lain, kita acap menemukan orang-orang yang tidak begitu giat beribadah namun santun dalam berucap dan sopan dalam bersikap.

Bisa jadi salah seorang dari mereka terjerumus dalam dosa tetapi kemudian terperanjat oleh perbuatannya itu, lalu hatinya segera kembali kepada Allah menyesali kelalaiannya. Bukan tidak mungkin, perasaan hina dan bersalah yang mendalam atas kelakuannya serta penyesalan dalam hatinya, menjadikannya lebih dekat kepada kebenaran dan pahala Allah, ketimbang mereka yang tidak mendapatkan apa-apa dari ketaatannya selain kerasnya hati dan angkuhnya jiwa.

Sesungguhnya Allah mensyariatkan ibadah agar para hamba bisa bertawaduk, bukan malah menjadi sombong. Juga, agar mereka mendapat limpahan rahmat yang kemudian mereka tebarkan kepada seluruh makhluk dengan hati yang lembut, dan jiwa yang tenang, dan perilaku yang bagus. Jika engkau temukan orang-orang yang beribadah tetapi tidak menepati tujuan-tujuan tadi, maka ia tidak beribadah secara benar dan tidak akan diterima ibadahnya.

Memang Allah membenci kemaksiatan dan mengharamkannya atas manusia serta mempersiapkan jahanam untuk para pelakunya. Kendati begitu, bagi sebagian orang, kemaksiatan yang pernah dilakukan menjadi pemecut nuraninya yang sedang tidur dan menimbulkan kesedihan dalam hatinya. Mengucur air matanya, dan mendalam penyesalannya, takut akan ancaman Allah kepadanya. Rasa sesal dan takut orang yang melakukan maksiat ini lebih baik ketimbang ibadah yang hanya melahirkan kesombongan.

Dari uraian tadi kita dapat memahami apa yang dikatakan Rasulullah saw.,
"Seseorang berkata, 'Demi Allah, Allah tidak mengampuni si fulan!' Allah berfirman, 'Mengapa kamu berani mendahului-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan menyia-nyiakan amalmu." (H.R. Muslim)

***

Penjelasan ini jangan sekali-kali dipahami sebagai peremehan arti ibadah. Ini justru bertujuan menjaga makna hakiki ibadah dan mencela ibadah palsu. Ia bertujuan mendidik para hamba agar tidak berbangga diri dengan ibadah yang telah dipersembahkan. Ia juga mendorong mereka agar senantiasa terkait dengan Allah, dan menjadi hamba-hamba yang saleh seperti diceritakan Allah:

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Q.S. al-Mu'minun [23]: 60)

Pemaparan tadi juga menegaskan bahwa dosa tidak mungkin diridai Allah, bahkan merupakan sebab hakiki kehinaan di dunia dan azab di akhirat. Akan tetapi, dosa yang telah melecut pelakunya, dan membangkitkannya dari tidur, serta mendorongnya segera bertobat, tidak dihitung sebagai dosa setelah dibersihkan dengan penyesalan, dan berubah menjadi pemacu si musafir untuk bergegas menuju Tuhan.[]


Dipetik dari buku
Sadar untuk Bersandar,
oleh Sheykh Muhammad al-Ghazali.

Julai 13, 2008

Shift Your Paradigm



Shift Your Paradigm 1



Shift Your Paradigm 2



Dari channel MSMonline:

Video muzikal ini telah ditayangkan semasa slot PMS 2007, 'Shift Your Paradigm' di Beamanor Hall, Loughborough, UK. Dibahagikan kepada 3 fasa, yang pertama memaparkan cebisan-cebisan masalah yang melanda umat Islam hari ini. Fasa kedua merupakan retrospektif sejarah ringkas Islam dan kegemilangannya yang pernah kita kecapi. Fasa ketiga, kesimpulan dan peranan yang perlu kita hidupkan untuk mengembalikan Islam sebagaimana yang difahami oleh para sahabat 1400 tahun dahulu. Video ini juga telah ditayangkan dalam banyak penyampaian motivasi sama ada di dalam mahupun di luar UK & Eire. Semoga sama-sama mendapat faedah darinya, In sya Allah.

sumber

Saya Malu Menjadi Muslim Yang Jahil

Sumber artikel dari www.islamicity.com

Penerjemah artikel: Dimas Tandayu

Judul asli: Pentingnya Mencari Ilmu Pengetahuan Oleh Dr. Habib Siddiqui, Philadelphia, Amerika Serikat.

***

Abu Rayhan al-Biruni adalah seorang ilmuwan besar, fisikawan, astronom, sosiolog, sastrawan, sejarawan dan matematikawan yang nilainya tidak pernah diketahui. Dia dipertimbangkan sebagai bapak dari unified field theory (teori segala sesuatu -pen) oleh peraih penghargaan Nobel Profesor Abdus Salam. Abu Rayhan al-Biruni hidup hampir seribu tahun yang lalu dan sezaman dengan Ibn Sina (Avicenna) dan Sultan Mahmoud Ghazni.


Pada saat menjelang akhir hayatnya, Biruni dikunjungi oleh tetangganya yang merupakan ahli fiqih. Abu Rayhan masih dalam keadaan sadar, dan tatkala melihat sang ahli fiqih, dia bertanya kepadanya tentang hukum waris dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Sang ahli fiqih terkesima melihat seseorang yang sekarat masih tertarik dengan persoalan-persoalan tersebut. Abu Rayhan berkata, “Aku ingin bertanya kepadamu: mana yang lebih baik, meninggal dengan ilmu atau meninggal tanpanya?” Sang ahli fiqih menjawab, “Tentu saja lebih baik mengetahui dan kemudian meninggal.” Abu Rayhan berkata, “Untuk itulah aku menanyakan pertanyaanku yang pertama.” Beberapa saat setelah sang ahli fiqih tiba dirumahnya, tangisan duka mengatakan kepadanya bahwa Abu Rayhan telah meninggal dunia. (Murtaza Mutahhari: Khutbah Keagamaan)


——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah Ilustrasi pergerakan fase bulan dari buku karya Abu Rayhan al-Biruni

[Sumber: Wikipedia]

——————————————————————————————————————————————————————-

Lalu setelah itu, hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.

Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi,

“Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab.”

Sebenarnya, sangatlah sulit untuk mencari bidang ilmu pengetahuan yang tidak berhutang budi kepada para pionir ini. Di bawah ini adalah daftar singkat, tanpa bermaksud menyatakannya sebagai yang terlengkap, para ilmuwan muslim dari abad 8 hingga abad 14.


701 (Meninggal) * Khalid Ibn Yazeed * Ilmuwan kimia
721-803 * Jabir Ibn Haiyan * Ilmuwan kimia (Seorang ilmuwan kimia muslim populer)
740 * Al-Asma’i * Ahli ilmu hewan, ahli tumbuh-tumbuhan, ahli pertanian
780 * Al-Khwarizmi (Algorizm) * Matematika (Aljabar, Kalkulus), Astronomi

——————————————————————————————————————————————————————-

Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu hewan muslim al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah satunya mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.

——————————————————————————————————————————————————————-
776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan
787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammas (Albumasar) * Astronomi
796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi

——————————————————————————————————————————————————————-

Gambar Al-Kindi pada sebuah perangko terbitan negara Syria

[Sumber: Wikipedia]

——————————————————————————————————————————————————————-
800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik
815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra
816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography)
836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi
838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika
852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur
857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran
858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika
860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil
864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia
973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat
888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu

——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah Observatorium yang dibangun oleh para ilmuwan muslim

——————————————————————————————————————————————————————-
900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi
903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi
908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur
912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia
923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi
930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia
932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran
934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi)
936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran
940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri
943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika
958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah
960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan
965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika

——————————————————————————————————————————————————————-

Abu Rayhan Al-Biruni, seorang astronom muslim sedang mengamati bintang di langit.

——————————————————————————————————————————————————————-

973-1048 * Abu Rayhan Al-Biruni * Astronomy, Matematika, Sejarah, Sastra
976 * Ibn Abil Ashath * Kedokteran

——————————————————————————————————————————————————————-

Ibnu Sina (980-1037) Seorang ilmuwan muslim. Di barat dikenal sebagai Avicenna. Beliau juga dikenal sebagai seorang Filosof, Matematikawan, Astronom, Ahli Kimia, Penyair, Psikolog, Hafiz (Penghapal Al-Quran), Negarawan dan seorang Ulama.

[Sumber: Wikipedia]

——————————————————————————————————————————————————————-
980-1037 * Ibn Sina (Avicenna) * Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi
983 * Ikhwan A-Safa (Assafa) * (Kelompok Ilmuwan Muslim)
1001 * Ibn Wardi * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
1008 (Meninggal) * Ibn Yunus * Astronomy, Matematika.
1019 * Al-Hasib Alkarji * Matematika
1029-1087 * Al-Zarqali (Arzachel) * Matematika, Astronomi, Syair
1044 * Omar Al-Khayyam * Matematika, Astronomi, Penyair
1060 (Meninggal) * Ali Ibn Ridwan Abu Hassan Ali * Kedokteran
1077 * Ibn Abi Sadia Abul Qasim * Kedokteran
1090-1161 - Ibn Zuhr (Avenzoar) * Ilmu Bedah, Kedokteran
1095 - Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya (Avenpace) * Astronomi, Kedokteran
1097 - Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) * Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Kedokteran, Ilmu

——————————————————————————————————————————————————————-

Peta Dunia digambar oleh Al-Idrisi pada tahun 1154

[Sumber: Wikipedia]

——————————————————————————————————————————————————————-
1099 - Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta Pertama)
1110-1185 - Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran
1120 (Meninggal) - Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair
1128 - Ibn Rushd (Averroe’s) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi
1135 - Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi

——————————————————————————————————————————————————————-

Sketsa otomatisasi menggunakan air karya Al-Razaz Al-Jazari

[Sumber: Wikipedia]

——————————————————————————————————————————————————————-

1136 - 1206 - Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik
1140 - Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika
1155 (Meningal) - Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi
1162 - Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)
1165 - Ibn A-Rumiyyah Abul’Abbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1173 - Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1180 - Al-Samawal * Matematika
1184 - Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan
1201-1274 - Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri

——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah sketsa anatomi tubuh manusia yang digambar oleh ilmuwan muslim.

——————————————————————————————————————————————————————-
1203 - Ibn Abi-Usaibi’ah, Muwaffaq Al-Din * Kedokteran
1204 (Meninggal) - Al-Bitruji (Alpetragius) * Astronomi
1213-1288 - Ibn Al-Nafis Damishqui * Astronomi
1236 - Kutb Aldeen Al-Shirazi * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1248 (Meninggal) * Ibn Al-Baitar * Farmasi, Ahli Tumbuh-tumbuhan (Botany)
1258 - Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi * Kedokteran, Matematika
1262 - Abu al-Fath Abd al-Rahman al-Khazini * Fisika, Astronomi
1273-1331 - Al-Fida (Abdulfeda) * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1360 - Ibn Al-Shater Al Dimashqi * Astronomi, Matematika
1320 (Meninggal) - Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan *Astronomy, Fisika
1341 (Meninggal) - Al Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer * Ilmu Kimia
1351 - Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi
1359 - Ibn Al-Magdi, Shihab Udden Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi

——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah sketsa astronom muslim Ibn al-Shatir (1304-1375) tentang pergerakan planet Merkurius.

[Sumber: Wikipedia]

——————————————————————————————————————————————————————-
1375 (Meninggal) - Ibn al-Shatir * Astronomi
1393-1449 - Ulugh Beg * Astronomi
1424 - Ghiyath al-Din al Kashani * Analisis Numerikal, Perhitungan

Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ” Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn Sina adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim.

Sejarah sebelum Islam dipenuhi dengan perkiraan-perkiraan, desas-desus dan mitos-mitos. Adalah seorang ahli sejarah muslim yang pertama kali memperkenalkan metode sanad dan matan yang melacak keaslian dan keutuhan sebuah informasi langsung dari saksi mata. Menurut seorang ahli sejarah Bucla “Metode ini belumlah dipraktekkan oleh Eropa sebelum tahun 1597.” Metode lainnya: adalah penelitian sejarah bersumber dari ahli sejarah terkemuka Ibn Khaldun. Pengarang dari Kashfuz Zunun memberikan daftar 1300 buku-buku sejarah yang ditulis dalam bahasa Arab pada masa beberapa abad sejak munculnya Islam.

Sekarang lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar seorang muslim memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran? Bagaimana dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak akan menemukan banyak nama kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa yang kita miliki?

Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari 22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan, hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya! (Spanyol menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada alergi atau keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya berasal dari nenek moyang kita sendiri untuk mendapatkan kembali warisan terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan, menyempurnakan dan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia?

Mengapa tingkat pendidikan pada kaum Muslim rendah sementara ayat pertama pada Al-Quran adalah ‘Iqra (berarti: Bacalah)? Apakah mereka lupa akan hadis Nabi mereka: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”?

Bagaimana dengan hadis Nabi yang berbunyi:

“Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak.”
[HR Abu Dawud dan Tirmidzi]

Begitu giatnya kaum Muslim pada saat ini mencari kekayaan hingga mereka sendiri tidak tahu bagaimana untuk membelanjakannya. Sikap seperti itu begitu beresiko dan memalukan.


Keutamaan Ilmu dibandingkan harta

Diriwayatkan suatu hari sepuluh orang terpelajar mendatangi Imam Ali ra. Mereka ingin mengetahui mengapa ilmu lebih baik daripada harta dan mereka meminta agar masing-masing dari mereka diberikan jawaban yang berbeda. Imam Ali ra menjawab sebagaimana berikut:

[1] Ilmu adalah warisan Nabi, sebaliknya harta adalah warisan Firaun. Sebagaimana Nabi lebih unggul daripada Firaun, maka ilmu lebih baik daripada harta.

[2] Engkau harus menjaga hartamu, tetapi Ilmu akan menjagamu. Maka dari itu, Ilmu lebih baik daripada harta.

[3] Ketika Ilmu dibagikan ia semakin bertambah. Ketika harta dibagikan ia berkurang. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.

[4] Manusia yang mempunyai banyak harta memiliki banyak musuh, sedangkan manusia berilmu memiliki banyak teman. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.

[5] Ilmu menjadikan seseorang bermurah hati karena pandangannya yang luas, sedangkan manusia kaya dikarenakan kecintaannya kepada harta menjadikannya sengsara. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.

[6] Ilmu tidak dapat dicuri, tetapi harta terus-menerus terekspos oleh bahaya akan pencurian. Maka, ilmu lebih baik daripada harta.

[7] Seiring berjalannya waktu, kedalaman dan keluasan ilmu bertambah. Sebaliknya, timbunan dirham menjadi berkarat. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.

[8] Engkau dapat menyimpan catatan kekayaanmu karena ia terbatas, tetapi engkau tidak dapat menyimpan catatan ilmumu karena ia tidak terbatas. Untuk itulah mengapa ilmu lebih baik daripada harta.

[9] Ilmu mencerahkan pikiran, sementara harta cenderung menjadikannya gelap. Maka dari itu, ilmu lebih baik daripada harta.

[10] Ilmu lebih baik daripada harta, karena ilmu menyebabkan Nabi berkata kepada Tuhan “Kami menyembah-Nya sebagaimana kami adalah hamba-hamba-Nya”, sementara harta membahayakan, menyebabkan Firaun dan Nimrud bersikap congkak dengan menyatakan diri mereka sebagai Tuhan.

Betapa arifnya! Tapi saat ini masyarakat kita tidak bergairah untuk mencari ilmu. Mengapa? Apakah mereka mengetahui apa yang dikatakan Imam Ibn Hazm (RA) - seorang ulama besar dari Andalusia Spanyol, ahli fiqh dan penyair - yang mengatakan:

"Jika ilmu pengetahuan membuat orang bodoh hormat dan segan kepadamu, dan kaum terpelajar menghargai dan mencintaimu, alasan itu sudah cukup untuk menyemangatimu untuk mencari ilmu….Jika kebodohan hanya bisa membuat orang bodoh iri atas orang berilmu dan senang melihat orang yang bodoh seperti mereka, alasan ini cukup untuk mengharuskan kita mencarinya (ilmu)…Jika ilmu pengetahuan dan sikap ketaatan diri dalam meraihnya tidak memiliki tujuan apapun selain membebaskan manusia dari lelahnya kegelisahan dan kecemasan yang membuat pikiran menderita, alasan-alasan itu sangatlah cukup untuk membawa kita untuk mencari ilmu."

Saya hanya berharap perkataannya akan membangunkan masyarakat kita untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.


Solusi untuk keadaan sulit yang kita hadapi saat ini:

Ketika banyak solusi yang bisa saya tunjukkan untuk membawa kita dari kesulitan ini, saya memutuskan untuk membahas tiga hal utama di bawah, yang dua diantaranya berhubungan dengan tanggungjawab sosial dan masyarakat.

1. Mencari Ilmu Pengetahuan:

Alasan utama dibalik kegemilangan kaum Muslim awal terletak pada pencarian mereka akan ilmu pengetahuan walaupun ilmu itu harus diperoleh ditempat yang sulit dan tersembunyi. Sebagai anak-anak Islam sejati, mereka mengerti akan hadis Nabi:

Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah (fisabilillah) hingga ia kembali (ke rumahnya)” (HR.Tirmidzi)

Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim)

Kaum Muslim seharusnya merenungkan apa yang dikatakan Mu’adh ibn Jabal (RA): “Meraih ilmu pengetahuan demi ridho Allah, karena pengetahuan melahirkan kesalehan, mengagungkan Ilahi dan takut akan dosa. Mencari ilmu demi ridho Allah adalah ibadah, belajar adalah sikap mengingat kebesaran Allah (Zikir), mencarinya adalah perjuangan yang ganjarannya adalah pahala (Jihad), mengajarkannya kepada seseorang yang menganggapnya berharga adalah sedekah, dan mengamalkannya pada rumah seseorang memperkuat tali silahturahmi diantara keluarga. Ilmu adalah sahabat penyejuk ketika dalam kesendirian. Ilmu adalah sahabat terbaik bagi para pengelana. Ilmu adalah sahabat terdekatmu yang menyampaikan rahasianya kepadamu. Ilmu adalah pedangmu yang paling ampuh untuk lawanmu, dan terakhir, ilmu adalah pakaian yang akan menaikkan derajatmu dalam jamaah persaudaraanmu.” [Hilyat'ul Awliya Wa Tabaqat'ul Asfiya]

Dengan hal yang sama, Sharafuddin Maneri (RA) berkata,

“Ilmu pengetahuan adalah puncak segala kebahagiaan, sebagaimana kebodohan adalah titik awal dari segala keburukan. Keselamatan datang dari ilmu, kehancuran datang dari kebodohan.” [Maktubat-i Sadi]


2. Kualitas kepemimpinan dan dukungan pemerintah.

Pada zaman awal keislaman, penguasa kaum Muslim tidak hanya menjadi pendukung edukasi, mereka sendiri merupakan para sarjana yang hebat. Mereka juga dikelilingi oleh kaum terpelajar seperti para ahli filosofi, ahli fiqh, ahli hadis, ulama, analis, penyair, matematikawan, ilmuwan, insinyur, arsitek dan dokter. Para kaum terpelajar memiliki nilai yang tinggi di pemerintahan. Mereka membangun perpustakan, universitas, pusat penelitian, dan observatorium. Mereka mengundang kaum terpelajar dari seluruh bangsa dan agama untuk datang ke wilayah mereka. Sehingga kota yang mereka bangun menjadi metropolitan ilmu pengetahuan di segala bidang. Sebagaimana universitas saat ini seperti MIT, Standford, Yale dan Princeton, universitas-universitas kaum Muslim dahulu adalah universitas terunggul.

Dan apa yang kita miliki saat ini? Kebanyakan pemimpin di negeri kaum Muslim adalah setengah terpelajar, yang dikelilingi (dengan tingkat pengecualian yang rendah) oleh kroni-kroni mereka yang kualifikasi terpenting bagi mereka bukanlah kompetensi atau pendidikan tetapi hubungan dengan penguasa atau keluarganya.

Penguasa-penguasa kita (dengan tingkat pengecualian yang rendah) korup dan mementingkan diri sendiri. Tidak heran, mereka dikelilingi oleh orang-orang korup yang diberikan posisi untuk menggemukkan simpanan kerabat-kerabat mereka. Lebih lanjut, ketika jumlah istana dan rumah-rumah megah terus meningkat, tidak satupun universitas yang dibangun oleh penguasa-penguasa ini. Hanya beberapa persen dari budget negara yang dibelanjakan untuk pendidikan dan penelitian. Jadi, adalah wajar ketika menyaksikan begitu suramnya catatan penemuan ilmiah dari negara-negara Muslim. Tidak ada satupun universitas dari negeri kaum Muslim yang berada pada peringkat 100 universitas terbaik di dunia. Mereka yang memiliki pemikiran cemerlang pelan-pelan terkuras jumlahnya dari negeri mereka karena memilih untuk menetap (dengan tingkat pengecualian yang rendah) di negara-negara barat yang lebih menjanjikan, dimana mereka bisa mengaplikasikan kepintaran dan keahlian mereka.

Komunitas masyarakat kita begitu terikat dalam sebuah sistem hubungan kerabat dimana proyek-proyek pemerintahan hampir semuanya disokong oleh pertimbangan hubungan bisnis dan personal daripada apa yang baik bagi masyarakat kita. Sehingga muncullah kaum-kaum jutawan setengah terpelajar yang sama sekali tidak menghargai pendidikan atau pelayanan.

Mengapa sikap seperti ini, ketika Islam mengajarkan bahwa setiap orang yang mencari kebajikan selayaknya bersama mereka yang bajik dan bersahabat dengan mereka yang berbudi pekerti luhur - mereka yang terpelajar, simpatik, dermawan, jujur, ramah, sabar, terpercaya, murah hati, tahu diri dan sahabat sejati?

Jadi jika negara-negara Muslim ingin mengambil kembali khazanah pengetahuan mereka yang hilang, mereka harus meneliti kembali jejak mereka terdahulu yang membuat mereka sukses dan menyingkirkan cara-cara yang dipakai pada saat ini yang mengantarkan kepada kegelapan dan kehancuran.

Izinkan kembali saya memaparkan perkataan Carli Fiorina, yang mengatakan, “Pemimpin-pemimpin seperti Sulaiman berkontribusi terhadap gagasan-gagasan toleransi dan kepemimpinan sipil kita. Dan mungkin kita bisa belajar dari contoh yang ia terapkan: Sebuah kepemimpinan berdasarkan keahlian dan kemampuan, bukan berdasarkan keturunan. Sebuah kepemimpinan yang memanfaatkan kemampuan penuh dari keberagaman populasi masyarakatnya yang termasuk di dalamnya kaum Kristiani, kaum Muslim, dan kaum Yahudi. Kepemimpinan gemilang seperti inilah yang menumbuhkan kebudayaan, stabilitas, keberagaman dan teguhnya harapan yang membawa mereka menuju 800 tahun era penemuan dan kemakmuran.”

Apakah pemimpin-pemimpin kita akan memperhatikan dan mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan mereka?


3. Melangkah melampaui apa yang diharapkan:

Sebagaimana saya kemukakan diatas, kaum Muslim sangat jauh tertinggal pada setiap bidang pengetahuan. Adalah tidak mungkin menutupi jurang yang semakin lebar ini hanya dengan mengikuti arus atau hanya melakukan apa-apa seadanya. Strategi kita seharusnya adalah berusaha melangkah melampaui kemampuan rata-rata kita, melakukan hal-hal yang lebih besar. Untuk menjelaskan poin ini, izinkan saya menutupnya dengan sebuah kisah pada zaman Rasulullah SAW.

Diriwayatkan dari Thalhah bin ‘Ubaidillah r.a.:

Seorang lelaki dengan rambut tergerai dari Najd menemui Rasulullah Saw. dan kami mendengar suaranya yang keras meskipun tidak bisa menangkap apa maksudnya, kemudian lelaki itu mendekat (hingga akhirnya kami tahu bahwa ia datang untuk) bertanya tentang Islam. Rasulullah Saw. bersabda, “Kau harus mengerjakan shalat lima kali dalam sehari semalam.” Laki-laki itu bertanya, “Adakah shalat lain yang harus kukerjakan?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Tetapi jika mau, kau dapat mengerjakan shalat nawafil.” Lebih jauh Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Kau harus mengerjakan puasa selama bulan Ramadhan.” Orang itu bertanya, “Adakah puasa lainnya yang harus kukerjakan?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Tetapi jika mau, kau dapat mengerjakan puasa sunnah.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Kau harus membayar zakat.” Orang itu bertanya, “Apakah masih ada yang lainnya yang harus kubayar selain zakat?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Kecuali jika kau ingin mendermakan sebagian milikmu.” Kemudian laki-laki itu pamit seraya berkata, “Demi Allah! Aku tidak akan mengerjakan yang lain selain ini. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika yang dia katakan benar, dia akan masuk surga.”

Di dalam hadis ini tersimpan formula untuk meremajakan semangat negara-negara kaum Muslim. Semoga kita dibimbing untuk mendapatkan kembali khazanah kita yang hilang!

***

Referensi:

Hamed Abdel-Reheem Ead, Professor of Chemistry at Faculty of Science
Universitas of Cairo Giza-Mesir dan Director of Science Heritage Center, http://www.frcu.eun.eg
Lihat juga buku: 100 Muslim Scientists by Abdur Rahman Sharif, Al-Khoui Pub., N.Y; Muslim Contribution to Science by Muhammad R. Mirza and Muhammad Iqbal Siddiqi, Chicago: Kazi Publications, 1986.

~ oleh Dimas di/pada 18 April, 2008.

Julai 07, 2008

Hakikat Hidup, Cinta dan Amal





Wahai anakku yang tercinta,

Hiduplah engkau sesuka hatimu kerana engkau pasti akan mati, dan cintailah apa sahaja yang engkau kehendaki kerana engkau pasti akan berpisah dengannya, dan buatlah apa sahaja yang engkau kehendaki kerana engkau akan dibalas mengikut amal perbuatanmu.

NASIHAT KEENAM

Ayyuhal Walad
Wahai Anakku Yang Tercinta
Imam al-Ghazali



Julai 05, 2008

Inspirasi Ilahiah




Sering kali inspirasi ilahiah datang tiba-tiba, agar para hamba tidak mendakwa bahwa (ia) muncul karena adanya persiapan mereka.

~~~~

Pencerahan dan penyingkapan muncul dari sesuatu yang gaib yang tak disangka-sangka, dan bukan hasil dari keinginan atau tindakan seorang salik. Rahmat dan karunia Allah ini memperkuat pemahaman seorang salik sejati yang reflektif tentang cara-cara Allah. Cahaya-Nya di luar jangkauan deskripsi atau batasan sebab-akibat. Karunia, dan kemurahan-Nya selalu ada : walaupun kita tak mungkin merasakannya. []



No 69, Bagian 8 : Sadar Diri dalam Genggaman Kehendak Ilahi
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Dan Allah Maha Pengampun (iii)





ALKISAH, seorang pemuda telah menghabisi nyawa 99 orang. ia hendak mencari orang paling alim. Ia pun ditunjukkan ke seorang rahib. Di hadapan rahib ini, ia bercerita bagaimana ia telah membunuh 99 orang, dan bertanya apakah masih ada peluang bertobat baginya. "Wah, tidak," tukas sang rahib. Saking kesalnya, pemuda itu pun langsung membunuh sang rahib, maka korbannya genaplah seratus.

Ia beralih mencari alim yang lain. Seseorang menyarankannya untuk menjumpai seorang kiai lagi ia menuturkan kemaksiatan yang telah ia lakukan. Ia lantas menanyakan apakah kira-kira Allah masih akan berkenan memberinya ampunan. "Mengapa tidak," jawab sang kiai, "pergilah ke masjid itu. Di sana banyak orang beribadah. Dan jangan kembali ke negerimu." Sedikit bersenang hati, si pemuda itu pun bergegas melangkahkan kaki menuju masjid yang dimaksud. Namun, ternyata ia menemui ajalnya di tengah perjalanannya.

Malaikat rahmat dan malaikat azab pun bertikai. "Ia telah bermaksud bertobat dan memalingkan hatinya kepada Allah," kata malaikat rahmat. "Oh, tidak. Ia sama sekali belum pernah melakukan kebaikan," kilah malaikat azab. Maka, Allah pun menengahi keduanya, "Ukurlah jarak antara tempat ia meninggal dan masjid tempat ia hendak bertobat. Mana yang lebih dekat?" Ternyata, lokasi kematiannya sehasta lebih dekat ke masjid yang ditujunya. Maka, malaikat rahmat pun berhak membawanya.

_________

  • Menyadari kalau diri telah penuh terlumuri maksiat bukanlah perasaan yang mengenakkan. Yang segera hinggap ialah keputusasaan. Melihat semuanya telah terlanjur dan tidak bisa diperbaiki. Masa lalu tampak sedemikian buruk, tapi sayangnya tak bisa diulang. Kejahatan yang telah diulang-ulang seolah memenuh-sesakkan ruang batin ini. Apalagi bila pada masa lalu seseorang juga telah mencoba memperbaik dirinya namun selalu saja gagal, tentu patah harapannya bisa menjadi-jadi. Rasa-rasanya segalanya telah terlambat!
  • Akan tetapi, memadamkan harapan sepertinya tidaklah memecahkan masalah. Masalahnya bisa teratasi justru bila secercah harapan hadir pada saat-saat demikian. Tidaklah baik, sebagaimana yang rahib tadi lakukan, untuk menutup rapat-rapat pemahaman bahwa Tuhan Maha Pengampun, bahwa betapapun Dia Maha Adil, Dia memiliki kemurahan yang tiada terhingga.
  • Beberapa orang merasa enggan melangkah memperbaiki maqam keberagamaannya dengan peringatan keras, namun malah "merasa beragama" dengan ajaran kasih sayang. Nyatanya, kesadaran orang yang hari-harinya dihabiskan untuk mengulang kemaksiatan bisa muncul segera bakda (selepas) diperingatkan akan kemurahan Allah.

Izza Rohman Nahrowi
Dan Allah Maha Pengampun:
Tak Memadamkan Asa di Sela Tumpukan Dosa

Julai 02, 2008

Waktu itu ialah Kehidupan





Wahai anakku yang tercinta,

Sebahagian daripada nasihat Rasulullah saw. kepada umatnya ialah:

"Adalah dikira sebagai tanda berpalingnya Allah Ta'ala daripada seseorang hamba apabila ia selalu mengerjakan perkara yang tidak berfaedah. Dan seandainya ada satu saat sahaja daripada umurnya yang telah digunakannya pada barang yang bukan merupakan tujuan hidupnya (iaitu beribadat kepada Allah) maka layaklah bahawa akan panjang penyesalannya (pada hari kiamat nanti) dan siapa yang umurnya lebih daripada empat puluh tahun sedangkan kebaikannya masih belum dapat melebihi kejahatannya maka layaklah ia mempersiapkan diri untuk memasuki api neraka."
Sebenarnya sekadar ini sudah cukup untuk menjadi nasihat kepada semua orang yang berilmu.

NASIHAT PERTAMA
Ayyuhal Walad
Wahai Anakku Yang Tercinta
Imam al-Ghazali



Julai 01, 2008

Bersabarlah, jangan tergesa-gesa.





Wahai ghulam, dalam mengambil dunia, janganlah engkau seperti pencari kayu bakar pada malam hari, yang tidak mengetahui apa yang ada di tangannya. Kulihat engkau dalam perilakumu seperti pencari kayu pada malam gelap tanpa cahaya maupun rembulan, bagaikan orang yang berada di padang sahara, yang hampir diterkam binatang buas. Hendaklah engkau mencari kayu bakar pada siang hari. Cahaya matahari akan menghalangimu mengambil sesuatu yang membahayakanmu. Hendaklah engkau dalam berperilaku disinari oleh cahaya tauhid, syari'at, dan takwa. Cahaya itu akan menghalangimu jatuh ke dalam lembah kekejaman, keinginan, nafsu, syaitan, bahkan akan mengendalikanmu dalam perjalanan.

Celaka kamu, jangan kamu tergesa-gesa. Orang yang tergesa-gesa itu salah dan pasti akan salah. Orang yang sabar akan sampai dengan selamat. Tergesa-gesa itu dari syaitan, dan sabar itu dari ar-Rahman. Kebanyakan engkau tergesa-gesa dalam mengumpulkan harta benda. Terimalah dengan kerelaan, sesungguhnya menerima dengan kerelaan itu merupakan gudang yang tak pernah habis. Bagaimana mungkin kamu mencari apa yang tidak menjadi bagianmu dan tidak akan pernah jatuh ke tanganmu? Sabarlah dan terimalah dengan rela.

Tetap teguhlah sehingga engkau mengenal Allah swt., sehingga pada saat itu engkau menjadi kaya dari segala sesuatu. Kuatkanlah hatimu dan bersihkanlah nuranimu. Tuhanmu akan mengajari kamu. Dunia akan hina dalam pandanganmu, dan akhirat berada di mata hatimu. Al-Haq Azza wa Jalla berada di mata nuranimu. Bagimu tidak ada sesuatu yang besar selain Al-Haq Azza wa Jalla. Bahkan, engkau menjadi besar di mata makhluk.

Wahai ghulam, jika engkau tidak ingin ada pintu yang tertutup di depanmu, maka takutlah kepada Allah swt. Sesungguhnya takwa adalah kunci bagi setiap pintu. Allah swt. berfirman,

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (Q.S.At-Thalaq: 2-3)

Janganlah engkau menentang Allah swt. mengenai dirimu, keluargamu, hartamu, maupun orang-orang pada zamanmu. Tidakkah engkau malu meminta Dia agar mengubahnya, seakan-akan engkau lebih bijak, lebih mengetahui, dan lebih penyayang daripada-Nya? Engkau dan seluruh makhluk adalah hamba-hamba-Nya. Dialah yang mengatur dirimu dan diri mereka. Jika engkau ingin bershuhbah (bersama) dengan Dia di dunia dan akhirat, hendaklah engkau diam, tidak berbicara, dan membisu. Para wali Allah itu berpegang pada adab di depan-Nya. Mereka tidak bergerak atau melangkah kecuali dengan izin-Nya yang jelas di hati mereka. Mereka tidak makan dari sesuatu yang mubah. Mereka tidak berpakaian, menikah, atau berperilaku dalam seluruh asbabnya melainkan dengan izin yang jelas bagi hati mereka. Mereka berdiri bersama Al-Haq Azza wa Jalla. Mereka berdiri bersama Dzat Yang membolak-balikkan hati dan mata. Tidak ada ketetapan bagi mereka bersama Tuhannya sehingga mereka menemui-Nya dengan hati mereka di dunia dan jasad mereka di akhirat.

Ya Allah, berilah kami rezeki dapat berjumpa dengan-Mu di dunia dan akhirat. Lezatkan kami dengan dekat kepada-Mu dan melihat-Mu. Jadikan kami termasuk orang yang ridha kepada-Mu dari selain-Mu. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka.


Majelis Ketiga,
Kitab
Al-Fathur Rabbani Wal Faidhur Rahmani
Syaikh Abd Qadir Al-Jailani


Diamlah, Itu Yang Terbaik





Wali Fudhail bin 'Iyadh berkata kepada seseorang:
"Jika ada yang bertanya kepadamu, cintakah engkau kepada Allah, diamlah; karena jika kaujawab, 'Aku tidak mencintai-Nya,' kau telah kafir; dan jika kaujawab, 'Ya, aku mencintai-Nya,' berarti kau dusta karena banyak perbuatanmu yang bertentangan dengan pengakuanmu."

[-] Diri mudah terlupa akan dosanya dan tertipu, kerana berasa cukup dengan amalnya. Lebih selamat dan utama untuk diri berdiam dan tidak mendakwa-dakwa [yakni, diri mencintai Allah] kerana nilainya menjangkaui perkiraan akal dan rasa. Istiqamahlah berusaha mencintai-Nya, hentikan perlanggaran larangan-Nya, hingga diri berlaku benar-benar jujur dengan pengakuannya. Tanpa perlu menyebut-nyebut di hadapan manusia, Allah Maha Tahu apa yang diri usahakan - maka diamlah, itu yang terbaik.