April 29, 2010

Jalan mudah untuk mencintai Mu







BIRU LAZUARDI
(kepada dirimu yang satu-satunya sudi menyapaku)

Bila kupandang
biru lazuardi
dada langit
tergambar lapang,
tenang hatimu

menyapa mesra
sunyi nurani ini

serba salahku
ingin menyahut sapaan
atau sekadar membiarkan?

Hatiku jadi tak tentu,
lalu kuputus tuk mengutus
khabar ingatan.

Serasa jawapanmu,
kemudiannya

buatku terpana
pesona liris katamu
meneduh jiwa.

Mungkinkah dikau insan
kunanti
selama ini?

Biru lazuardi
dada langit
adalah gambaran
tenang jiwaku
kini, setelah kau pinjamkan
hatimu.

Ibnu Abas
07/05/07
1520
Masjid an-Nur


~~~~




HEMBUSAN~

Lemah lembut mu
adalah
hembusan angin lalu,

semudah sapamu yang sopan
ia menjemput awan mendung
pergi,

telah lama ia menyelubungi
jiwa ini
yang membumi.

maka,
lebih tercerahlah
tanah
yang ternanti-nanti
sinaran-Nya.

lebih terlihat
biru langit

tenang.

terima kasih,
duhai angin semilir

rinduku pada
hembusan itu
lagi.

moga terkirimi ia
dengan izin Nya,
lantas
bumi ini senantiasa
dambai
pencerahan sinar Nya

Ibnu Abas
12/05/07
1524


~~~~




JALAN MUDAH UNTUK MENCINTAI~MU


Takkan pernah cukup syukurku pada~Mu,
Dikurniakan secebis dari sifat al-Wadud~Mu,
untuk mencintainya..

Jalan sukar untuk mencintainya,
membuka jalan mudah untuk mencintai~Mu..

Sebenar-benar karunia~Mu,
dalam seberat-berat ujian.

Ya Rabbul 'Izzaty, permudahkanlah bagi kami,
sepanjang jalan Cinta ini..


Ibnu Abas
31/03/08
1938




Creative Commons License


April 25, 2010

Rampai Hikmah Ibnu 'Athaillah - Al-Hikam (2)






Bagaimana hati dapat bersinar
sementara gambar dunia terlukis dalam cerminnya?

Atau, bagaimana hati bisa berangkat menuju Allah
kalau ia masih terbelenggu dengan syahwatnya?

Atau, bagaimana hati akan bersemangat
menghadap ke hadirat Allah
bila ia belum suci dari "janabah" kelalaiannya?

Atau, bagaimana hati mampu memahami
kedalaman misteri ghaib
padahal ia belum bertaubat dari kesalahannya?



Alam ini serba gelap.
Ia terang hanyalah karena
tampaknya Allah di dalamnya.
Siapa melihat alam namun
tidak menyaksikan Tuhan
di dalamnya, padanya, sebelumnya, sesudahnya,
maka ia benar-benar memerlukan cahaya,
dan "suria" makrifat terhalangi darinya
oleh "awan" benda-benda ciptaan.




Di antara bukti
yang memperlihatkan kepadamu adanya kekuasaan Allah
adalah bahawa Dia menghalangimu dari melihat-Nya
dengan tabir yang tiada wujudnya di sisi-Nya.





Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat menghalangi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Menampakkan segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu sanggup menghalangi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Tampak pada segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu mampu menghalangi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Tampak dalam segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu kuasa menghalangi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Tampak untuk segala sesuatu?


Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat menghalangi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Ada sebelum segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu sanggup menghalangi-Nya,
bila Dia lebih jelas ketimbang segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu mampu menghalangi-Nya,
sedangkan Dia Esa, yang tiada di sampingnya sesuatu pun?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu kuasa menghalangi-Nya,
padahal Dia lebih dekat kepadamu daripada segala sesuatu?


Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat menghalangi-Nya,
sementara seandainya Dia tak ada, nescaya tak akan ada segala sesuatu?

Betapa ajaib, bagaimana kewujudan bisa tampak dalam ketiadaan?
Atau, bagaimana sesuatu yang baharu bisa bersanding dengan Yang Mahadahulu.




Sangatlah jahil, orang yang menginginkan
terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki Allah
pada suatu waktu.



Menunda beramal (soleh)
demi menantikan kesempatan yang lebih luang,
termasuk tanda kebodohan diri.



Jangan meminta kepada Allah supaya engkau dipindah
dari suatu keadaan (hal) ke keadaan yang lain.
Sekiranya Dia menghendaki yang demikian,
Dia tentu telah memindahkanmu
tanpa mengubah keadaanmu sebelumnya.




Bila semangat seorang salik ingin berhenti
pada sebahagian yang tersingkap baginya,
suara-suara hakikat memperingatkannya,
"Yang kamu cari masih di depan!"
Demikian halnya bila tampak
keindahan alam,
hakikat-hakikat memperingatkanmu,
"Kami hanyalah batu ujian,
maka janganlah engkau kafir."
(QS 2: 102)




Kamu meminta dari Allah bererti menuduh-Nya.
Kamu meminta kepada-Nya bererti engkau mengumpat-Nya.
Kamu meminta kepada selain-Nya bererti kamu
tak punya rasa malu kepada-Nya.
Dan kamu meminta dari selain-Nya bererti engkau jauh dari-Nya.



Tiada suatu nafas berhembus darimu, kecuali di situ
takdir Tuhan berlaku padamu.




~~~

Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari

Kitab Al-Hikam: Rampai Hikmah Ibnu ‘Athaillah

No. 13-22