November 28, 2010

Gambaran Kesempurnaan Mukmin






"Demikianlah kondisi jiwa bila telah sampai kepada Tuhan berkat sampainya kalbu.
Seperti telah kami katakan, hati tidak membiarkan nafsu untuk ikut ambil bahagian
dalam amal kebaikan yang dilakukan. Setiap kali nafsu bergembira dengan sesuatu
yang bersifat duniawi atau sebuah amal kebaikan, kalbu segera memutuskan
kegembiraan itu dari nafsu, sehingga ia bersih dari segala suka cita nafsu.

Di sinilah ia mendapatkan rahmat, kerana ketika telah sampai kepada tahapan tersebut,
ia tidak lagi memiliki kesenangan dan kegembiraan. Ia telah memutuskan jiwanya dari
kegembiraan dunia, bahkan kegembiraan agama. Ia menjaga seluruh anggota badannya
dari segala larangan Allah dan segala sesuatu yang tidak berguna kerana Allah s.w.t. semata.

Ia melaksanakan kewajipan dan amalan sunnah, tidak yang lain.
Cukuplah itu sebagai kesibukannya.

Rasulullah s.a.w. bersabda,
'Tunaikanlah kewajipan dari Allah atasmu,
nescaya kamu menjadi manusia paling mengabdi!
Jauhilah segala larangan Allah,
nescaya kamu menjadi manusia paling warak!
Senangilah untuk orang lain apa yang kamu senangi
untuk dirimu, nescaya kamu menjadi mukmin.'

Itulah gambaran mukmin sempurna yang benar-benar
layak disebut beriman kerana telah mengamalkan
ketiga-tiga perbuatan di atas. Sungguh, cukuplah
itu semua sebagai kesibukan.

Itulah sosok hamba yang tulus kepada Allah s.w.t. dalam beribadah,
sementara orang-orang lain yang tidak memiliki sifat di atas beramal
secara serampangan dan rosak. Mereka beribadah kepada Allah s.w.t.
secara tidak benar. Jiwa mereka telah merasa nyaman dengan kelazatan
nafsu (semata-mata, wal 'iyazubiLlah)."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 27, 2010

Kekayaan Sejati





"Begitulah hamba yang hatinya telah gembira dengan Allah s.w.t.
Ia merasa cukup dengan Allah. Kerana itu, hatinya tidak lagi bergembira
dengan dunia, sebab ia tidak merasa cukup dengan dunia. Ia hanya merasa
cukup dengan Allah s.w.t. Inilah gambaran sabda Rasulullah s.a.w.:

'Kekayaan bukanlah banyaknya harta,
tetapi kekayaan sejati adalah kekayaan jiwa.'

Apabila jiwa merasa kaya dan cukup, itu adalah
akibat perasaan cukup dalam hati yang
cahayanya bersinar dalam dada.

Jika jiwa merasa senang dengan cahaya Allah
yang bersinar dalam dirinya, cahaya itu memancar
kepada Allah s.w.t. Seluruh kurnia dunia menjadi
kecil baginya dibandingkan dengan apa yang disaksikan
kalbunya dan dengan kehidupan yang dirasakan jiwanya."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 26, 2010

Begitulah, Kekasih-Nya





"Allah s.w.t. senantiasa menjaga, memelihara, menolong,
dan membahagiakannya, sementara sang hamba senantiasa
menyibukkan diri untuk beribadah, mengutamakan balasan di sisi-Nya,
menunaikan hak-hak-Nya, tidak melanggar batas-batas-Nya,
mengagungkan perintah-Nya, membela dan menegakkan agama-Nya,
serta menyerukan kebaikan kepada hamba-hamba-Nya.
Begitulah kegiatannya hingga ajal menjemput.
Begitulah wali dan kekasih sejati Allah.

Keadaan sang kekasih digambarkan-Nya sendiri dalam hadis qudsi:

'Tak ada yang lebih mendekatkan seorang hamba kepada-Ku
daripada pelaksanaan ibadah yang Kuwajibkan.

Sesungguhnya hamba-Ku benar-benar mendekati-Ku
dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya,

dan tidak ada ibadah sunnah yang lebih mendekatkan
hamba-Ku kepada-Ku daripada nasihat (atas hamba-Ku)
(menuju) kepada-Ku hingga Aku mencintainya.

Apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi
telinganya yang dengannya ia mendengar,
matanya yang dengannya ia melihat,
tangannya yang dengannya ia memegang,
kakinya yang dengannya ia melangkah,
lidahnya yang dengannya ia berbicara,
dan akalnya yang dengannya ia berfikir.'

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 25, 2010

Lindungi Hati Yang Diterangi





"Melindungi hati dari gelora hawa nafsu tak ubahnya seperti
melindungi cermin dari noda. Bak cermin yang bersih, kalbu dapat
memantulkan dengan jelas seluruh fenomena ghaib. Semua peristiwa
di langit hingga Arasy terlihat nyata di hadapan mata hatimu, seolah-
olah kamu melihatnya dengan mata kepala.

Pengalaman ini pernah dinyatakan Al-Harithah kepada Rasulullah s.a.w.,
'Wahai Rasulullah,' katanya, 'aku melihat Arasy Tuhan tampak nyata.
Para penduduk syurga saling mengunjungi, sedangkan para penghuni neraka
melolong meminta tolong.'

Rasulullah s.a.w. bersabda,
'Kamu sudah tahu, kukuhkanlah tekadmu! Kamu telah menjadi hamba
yang hatinya Allah terangi cahaya iman.'

Apabila kamu menjaga hati, hati akan menjagamu dengan menyingkap
semua tirai penghalang, sehingga kamu dapat melihat fenomena
luar biasa yang membahagiakan. Jalan kamu menuju Allah Yang
Maha Agung lagi Mahamulia menjadi bersih dari segala noda dan kotoran,
sebab hati kamu bersih dan suci."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 24, 2010

Kesucian Wadah Keyakinan





"Ada yang bertanya,
'Bagaimana cara memperoleh keyakinan?'

Kamu dapat meraihnya dengan membersihkan hati, sebab keyakinan itu suci
sehingga hanya bertempat di wadah yang juga suci.
Lalu, bagaimana cara menyucikan hati?

Dengan meninggalkan segala hal yang meresahkan hati dan
dengan melatih hati untuk bisa dikendalikan, sehingga hati lembut dan peka.

Di samping itu, jauhkanlah hati dari ketergantungan
dan kecenderungan kepada hawa nafsu.

Jika kamu berhasil melakukan ini semua,
hatimu cemerlang bagai cermin tanpa noda,
sehingga setiap kali memikirkan peristiwa akhirat,
peristiwa itu tampak nyata (bagi mata hatimu)."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 23, 2010

Olah Jiwa





"Ada yang bertanya,
'Apakah yang dimaksudkan dengan olah jiwa (riyadhah al-nafs), dan bagaimana caranya?'

Jawapannya mudah bagi yang dimudahkan dan diberi pemahaman akan hal itu
oleh Allah s.w.t. Kata riyadhah (pengolahan) adalah turunan dari kata radhdh,
yang bererti pemecahan dan pemisahan.

Jiwa cenderung kepada kenikmatan dan kepuasan syahwat, serta senang
bersama hawa nafsu. Ia bimbang dan berada dalam hati dengan pengaruh hawa nafsu.
Kerana itu, jiwa harus dipisah dari hawa nafsu. Bila dipisah, jiwa akan jauh dari hawa nafsu."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 22, 2010

Mendapatkan Pertolongan-Nya





"Barang siapa tidak bisa melakukan olah jiwa, kemampuannya dalam menerima
ketentuan dan kehendak Allah tergantung pada kekuatan imannya. Kesabarannya
dalam memikul beban berat dalam jiwa bergantung pada tingkat ketaqwaan mereka.
Kesanggupannya menghadapi ragam peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan
bergantung pada hati mereka. Orang yang redha pasti dapat berjalan dengan lurus
dan terhindar dari perilaku tercela. Dalam keadaan demikian, ia pasti mendapatkan
pertolongan dan bantuan dari Tuhan. Ia telah mendapati Allah memenuhi janji-Nya."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 07, 2010

Takdir Dimaniskan Cinta




"Hatimu akan merasakan manisnya takdir Tuhan jika
kamu mencintai-Nya. Kamu akan mencintai-Nya jika kamu
mengenal-Nya. Semakin tinggi darjat pengenalanmu terhadap
Tuhan, semakin tinggi pula darjatmu dan semakin
terasa agung ketentuan-Nya bagimu. Dia sesungguhnya
lebih mencintaimu daripada dirimu sendiri.

Kerana itulah dikatakan, orang yang paling mencintai Allah
adalah orang yang paling mengenal-Nya. Al-'Uqayli berujar,
'Barangsiapa mengenal Tuhan, ia pasti mencintai-Nya; dan
barangsiapa mengetahui hakikat dunia, ia pasti menjauhinya.' "

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 06, 2010

Damai Dalam Peristiwa





"Apapun yang menimpa, baik kesusahan mahupun kemudahan, kekacauan
mahupun kedamaian, kehinaan mahupun kemuliaan, musibah mahupun anugerah,
tidak mampu membakar hati mereka. Mereka menyedari bahawa semua yang terjadi -
kejadian saat ini, misalnya - telah ditetapkan dalam Lauh Mahfuz dan merupakan
takdir Allah.

Mereka tidak menyikapi segala sesuatu secara emosional
apalagi dalam kendali hawa nafsu. Mereka hadapi segala sesuatu
dengan ceria, sehingga jiwa mereka damai dan wajah mereka
selalu menampakkan aura kebahagiaan. Merekalah orang-orang yang
redha dan sabar.

Jadi, kecemasan seseorang dalam menghadapi peristiwa hidup
menandakan bahawa hawa nafsu telah mendominasi jiwanya, sehingga
keyakinannya melemah. Ia tidak mampu menangkap ketentuan yang telah
Allah gariskan dan tidak bisa merasakan kasih sayang-Nya. Akibatnya,
ketentuan dan kehendak yang telah Allah tetapkan tidak disambutnya
dengan ceria, padahal keceriaanlah yang menghilangkan kepahitan
dalam jiwa, sebagaimana madu atau gula menghilangkan pahitnya ubat."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 05, 2010

Mereka Yang Berjaya





"Orang-orang yang sedar pasti berusaha melatih dan mendidik jiwanya.
Mereka berupaya untuk tidak merisaukan, apalagi mendambakan, harta
yang tidak dimiliki. Mereka kaji sumber kegundahan yang merasuki jiwa.
Mereka menemukan bahawa: jika menginginkan sesuatu, jiwa langsung
tergerak untuk mendapatkan dan meraihnya. Jiwa begitu berhasrat untuk
mewujudkan keinginan. Ketika keinginan tidak tercapai, jiwa merasa sedih
dan merana. Mereka menyimpulkan bahawa kegundahan merasuki jiwa
kala ia tidak mendapatkan sesuatu yang didambakannya. Sebaliknya, jika
keinginan berhasil diraih, jiwa merasa senang walaupun sebenarnya nafsu
semakin berkuasa.


Atas dasar itulah, mereka melatih jiwa dengan mengabaikan syahwat dan
membuang impian. Mereka padamkan api syahwat dan mereka buang bara nafsu
hingga kedua-duanya benar-benar mati. Setiap kali terbersit keinginan untuk
mendapatkan sesuatu dalam hati, mereka tidak lantas mengkhayalkannya dalam
jiwa, apalagi langsung menjalankan upaya untuk mendapatkannya. Mereka
senantiasa menanti takdir yang tercatat di Lauh Mahfuz, takdir yang sudah ditulis
bahkan sebelum langit diciptakan. Mereka memasrahkan diri kepada Tuhan dan
tunduk kepada aturan-Nya, sebagaimana layaknya seorang hamba.


Hasilnya, mereka hidup di dunia dengan darjat tinggi dan martabat agung.
Fikiran mereka tenang, dan mata mereka selalu menyinar dengan ajaran agama ini.
Mereka mati dengan indah dan mulia, untuk menemui Tuhan tanpa membawa sedikit pun
angkara. Mereka redha kepada Tuhan sehingga Tuhan pun redha kepada mereka. Mereka
hidup di dunia dengan bantuan-Nya, dan di akhirat mereka didekatkan dan diperlakukan
lembut oleh-Nya: 'Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah-lah
orang-orang yang berjaya. (Surah Al-Mujadilah (58) :22) Merekalah kekasih Allah yang tidak
merasa takut ataupun khuatir. Hati mereka selalu diterangi keyakinan. Sehingga, sikap
mereka tetap sama baik ketika sendirian mahupun saat di tengah banyak orang."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 04, 2010

Sebenar-benar Pengabdi





"Orang arif (yang mencapai makrifat) terlepas dari kesibukan (mengatur takdirnya) itu
kerana yakin dengan jaminan dan janji Tuhan. Mengingat rezeki, mereka mempercayai
jaminan Tuhan dan meyakini kebenaran janji-Nya. Mereka mencari rezeki dengan
hati tenang dan sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan Tuhan. Hatinya berada
di samudera luas dan bergantung sepenuhnya pada Zat Yang Mahadermawan.

Kala mengingat anugerah, hatinya tenggelam.
Kala mengingat ampunan, hatinya berdebaran.
Kala mengingat mati, hatinya bercahaya.
Kala mengingat cela, hatinya gementar.
Kala mengingat perhatian dan pemeliharaan Tuhan, hatinya bahagia.
Kala mengingat nikmat dalam ibadah, hatinya gembira.
Kala mengingat-Nya, hatinya berharap-harap cemas.
Kala merindukan Tuhan, ia larut dalam lautan anugerah
dan lebih mengharapkan kurniaan di sisi-Nya.

Ia senantiasa gelisah, khuatir imannya hilang. Kesedihan
terpancar jelas darinya kerana merasa lama terpenjara
di dunia. Ia tenggelam dalam rasa malu setelah
menginsafi kebaikan dan kelembutan-Nya, keindahan tatapan-Nya,
keutamaan balasan-Nya, dan kesempurnaan ciptaan-Nya;
sementara dirinya jauh dari Tuhan, melanggar
hak-hak-Nya, dan bermaksiat kepada-Nya.

Berkat keagungan dan kasih sayang Tuhan,
ia dijaga, dipelihara, dan dilindungi. Ia bahagia,
kerana Allah telah membuka pintu hatinya,
memuliakannya dengan ibadah,
dan mendekatkannya kepada-Nya,
sehingga ia benar-benar mengabdi."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 03, 2010

Sikap Terbaik Hamba-Nya





"Katakanlah,
'Dengan kurniaan Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan
itulah mereka bergembira. (Kurniaan Allah dan rahmat-Nya) itu lebih baik
daripada apa yang mereka kumpulkan.'
(Surah Yunus (10) : 58)

Ia tak pernah menyalahkan Allah atas segala musibah. Hatinya tak pernah
berprasangka buruk kepada Allah. Ia tahu benar bahawa Allah Maha Pemaaf,
Maha Pengasih, Mahahalus, Maha Terpuji, Mahaluhur, Maha Esa, Mahakekal,
Maha Berdiri Sendiri, Maha Mencukupi, Maha Melindungi, Mahadermawan,
Mahamulia, Maha Penyayang, Maha Pemberi, Mahahidup dan tak pernah mati,
Mahalembut kepada hamba-Nya, Maha Berterima kasih, Maha Pengampun,
Mahabijaksana, Maha Penyantun, Maha Membalas kebaikan dengan kebaikan,
Maha Baik, dan Maha Penganugerah.

Anugerah-Nya begitu luas, kebaikan-Nya begitu abadi, dan keagungan-Nya
begitu nyata."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 02, 2010

Hanyalah Kasih Sayang-Nya





"Mengharapkan sesuatu yang tidak ditakdirkan dalam Lauh Mahfuz
adalah keangkuhan dan sama dengan meminta sesuatu yang bukan
hakmu. Sedangkan, bangga dengan anugerah yang kamu dapatkan
dapat membuatmu lupa dan melalaikan Yang Maha Memberi, sehingga
kamu terjerumus dalam kesombongan yang mengakibatkanmu tercela.

Sikap terbaik adalah tidak memikirkan apa yang tidak kamu miliki
(yakni, tidak mengatur takdir bersama-Nya) dan berbahagia dengan
apa yang kamu dapat sesuai dengan takdir yang telah ditentukan,
disertai kesedaran bahawa anugerah diperoleh kerana kasih sayang
Allah semata."

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]


November 01, 2010

Menjawab Keresahan Jiwa





"Keresahan yang menggelayuti jiwa pada hakikatnya disebabkan
minimanya keyakinan dan cengkaman syahwat. Jika kita tanyai jiwa,
'Wahai jiwa, mengapa kamu resah?' Jiwa menjawab, 'Kerana aku selalu
memerlukan sesuatu. Aku diciptakan penuh keresahan, punya syahwat,
tidak bisa melihat tempat rezeki, tidak tahu bila akan diberi, tidak tahu
berapa akan didapatkan, dan tidak tahu bagaimana cara rezeki sampai kepadaku.'

Katakanlah kepada jiwa: 'Wahai jiwa, jika kamu beriman kepada Allah;
perkataan, janji, dan jaminan Tuhan Pencipta alam semesta seharusnya
lebih membuatmu yakin daripada sesuatu yang kamu lihat di alam nyata,
sebab penglihatan bisa salah dan menipu. Sesuatu bisa tampak berbeza
dari kenyataan sebenarnya sesuatu itu, sedangkan perkataan Tuhan
Pencipta alam semesta pasti lebih benar, lebih teliti, dan lebih tepat
daripada penglihatan inderamu. Kalau kamu merasa senang ketika
melihat sesuatu yang dapat menambah kantung-kantung hartamu,
seharusnya kamu lebih tenang dengan jaminan-Nya..'

[Imam Al-Hakim Al-Tirmidzi r.a.]