Mei 29, 2009

Suatu Introspeksi Cinta






[ ] Nota bertarikh 18 Februari, 2009. Terilhamkan dari nota seorang sahabat. :)


Saya yang serba kurang, sekadar berintrospeksi..
"Dalam kacamata hakikat, seseorang belum berjalan di atas ad-diin jika semata-mata hanya 'tahu banyak tentang ad-diin' dan dalil-dalilnya tapi tidak menjalani, mengamalkan, atau meng-experience esensi maupun makna ad-diin.

Seberapa jauh bedanya? Sejauh beda antara 'jatuh cinta' dengan 'membaca deskripsi tentang cinta'."

Dalam hal-hal yang tak terlihat seperti cinta, iman.. sukar sekali untuk dikalamkan dalam bait bicara. Ujar seorang pencinta-Nya,

"Sungguh sulit untuk menggambarkan cinta dengan kata-kata. Ibarat mencuba menjelaskan lazatnya madu pada seseorang yang tidak pernah merasakan, atau bahkan melihat madu, yang tidak tahu apa itu madu."

[Syekh Muzaffer Ozak al-Jerrahi]

Selalu saja, kita pernah ataupun hampir terpedaya dengan istilah-istilah seperti ini.. kerana menganggap kita sudah sampai pada yang dimaknai, sedangkan kita lebih pandai berandai-andai saja. Bersungguh-sungguhkah kita memohon Dia, memahamkan kita? Ringan sekali lidah mendakwa ia mencintai Tuhannya, agamanya, sahabatnya, apatah lagi kekasihnya.. namun segalanya takkan terbukti, melainkan jika ia sanggup mendepani dan menyelesaikan siri ujian demi ujian yang maha berat, sepanjang jalan penghidupan.. menyucikan nafsu haiwaninya, sampai menaklukinya dengan iman. Wang, kekayaan, kedudukan, pengaruh, gaya penampilan, pujian orang.. itulah yang dipandang. Tipuan semata. Tidaklah menafi fitrah, namun yang dipuaskan itu.. Nafsu yang dimurkai-Nya. Maka di mana letaknya cinta, iman.. jika kita masih samar dalam tujuan Cinta kita. (Maka, jadikanlah tujuan Cinta, berhujung nikmat yang teragung, termulia, teristimewa - diizini-Nya untuk menatap Wajah-Nya di Sana. Maka mulai saat ini, sediakan hati yang terbaik, wadah diisi-Nya Cinta, singgahsana tatapan-Nya. Dan mengurusi hati yang tak tampak mata itulah, perlukan hati berpaling setelah terpesong kepada selain-Nya, kembali pada sebenar-benar Tujuan, bimbingan penuh ketulusan, pengetahuan tak berhujungan, kesungguhan tiada berputusan, dan penyerahan serta sandaran pada Yang Memberi Kekuatan.)

"Jikalau kamu bertaubat
tapi selalu tergoda
dan kau lemah tidak kuat
taubat lagi hai pendosa

Taubat diterima Tuhan
kembali lagi kembali
sampai taubatmu bertahan
taubatlah berkali-kali."

[Debu - Taubatlah Berkali-kali]

Iman dan cinta, untuk dirasa, difaham sampai ma'nanya.. Sesuatu yang dirasai dengan nurani, difahami dengan hati.. Cinta yang sejati; takkan berlawanan lagi, dengan Dia yang Maha Mencintai.. Duhai, semua kebaikan bersatu dalam Cinta. Cinta menghantarkan kita kepada-Nya. Menghilangkan kekosongan jiwa, memenuhkannya dengan Cahaya. Maka Cinta; dalam pengetahuan-Nya, yang mengandung makna jauh lebih besar dari kefahaman kita.. yang hakiki, itulah yang akan kekal berpanjangan di hati. Allahu Allah, Ya Wadud.. Yang Maha Mencintai. Kembalikan kami pada kesejatian Cinta kami.

"Cintailah kekasihmu,
sebab Dialah kekasihmu;
cintailah dirimu yang sejati,
sebab dirimu yang sejati adalah Dia."

[Syekh Muzaffer Ozak al-Jerrahi]


"Hai Allah, hamba meminta
daripada-Mu Tuhanku
asmara kasih dan kama
ku meminta-minta itu

Buatlah Cinta pada-Mu
paling tercinta bagiku
dan buatlah cinta itu
pedoman pada redha-Mu."
[Debu - Du'a Cinta]

Moga Allah sirami kita dengan pancaran hidayah, luas lapangkan dada, jelas jernihkan mata hati kita, dan pimpin kita sepanjang jalan ini. In sya Allah. Ingat Allah selalu, sahabat. Dia-lah yang selayaknya dicintai, barulah kita dapat mencintai makhluk-Nya. Sebenar-benar Cinta.

SubhanakaLlahu wabihamdika, asyhadu an la ilaha illa Anta,
astaghfiruka wa atubu ilaik.


Wallahu a'lam bissawab.


Maulana's Love Lessons






Fall in Love in such a way
that it frees you
from any
connecting.

..

God turns you from one feeling to another
And teaches you by means of opposites
So that you will have two wings to fly
Not one.

..

Reason is powerless
in the expression of Love.
Love alone is capable of revealing
the truth of Love and being a
Lover. The way of our prophets is
the way of Truth. If you want to live,
die in Love; die in Love if you
want to remain alive.

..

In truth everything and everyone
Is a shadow of the Beloved
And our seeking is His seeking
And our words are His words...
We search for Him here and there
While looking right at Him.
Sitting by His side, we ask:
'O Beloved, where is the Beloved?'

..

My Beloved, do not let anger estrange my heart
be generous, invite me to Your feast.
Let no one be deprived of the joy
of Your company.


Maulana Jalaluddin Rumi


Maulana's Love Lessons (ii)






Both light and shadow
are the dance of Love.

Love has no cause;
it is the astrolabe of God’s secrets.

Lover and Loving are inseparable
and timeless.

Although I may try to describe Love
when I experience it I am speechless.

Although I may try to write about Love
I am rendered helpless;
my pen breaks and the paper slips away
at the ineffable place
where Lover, Loving and Loved are one.

Every moment is made glorious
by the light of Love.



Maulana Jalaluddin Rumi
Mathnawi II, 716-718


Maulana's Love Lessons (iii)






If we come to sleep
we are His drowsy ones

And if we come to wake
we are in His hands

If we come to weeping,
we are His cloud full of raindrops

And if we come to laughing,
we are His lightning in that moment

If we come to anger and battle
it is the reflection of His wrath

And if we come to peace and pardon
it is the reflection of His love

Who are we in this complicated world?


...



In the early morning hour,
Just before dawn, lover and beloved wake
And take a drink of water.
She asks, "Do you love me or yourself more?
Really, tell the absolute truth."
He says, "There is nothing left of me.
I am like a ruby held up to the sunrise.
Is it still a stone, or a world
Made of redness? It has no resistance to sunlight."
This is how Hallaj said, Ana al-Haqq
And told the truth!
The ruby and the sunrise are one.


I was going to tell you my story
but waves of pain drowned my voice.
I tried to utter a word but my thoughts
became fragile and shattered like glass.
Even the largest ship can capsize
in the stormy sea of love,
let alone my feeble boat
which shattered to pieces leaving me nothing
but a strip of wood to hold on to.
Small and helpless, rising to heaven
on one wave of love and falling with the next
I don't even know if I am or I am not.
When I think I am, I find myself worthless,
when I think I am not, I find my value.
Like my thoughts, I die and rise again each day
so how can I doubt the resurrection?
Tired of hunting for love in this world,
at last I surrender in the valley of love
and become free.


For years, copying other people,
I tried to know myself from within,
I could not decide what to do.
Unable to see, I heard my name being called.
Then I walked outside.


Take someone who does not keep score,
who is not looking to be richer,
or afraid of losing something,
who has not the slightest interest even
in his won personality:
he is free.


Out beyond ideas of wrongdoing and right-doing,
there is a field. I will meet you there.


Poles apart,
I am the color of dying,
you are the color of being born.
Unless we breathe in each other,
there can be no garden.


During the day I was singing with you.
At night we slept in the same bed.
I was not conscious day or night.
I thought I knew who I was,
but I was you.


The minute I heard my first love story
I started looking for you,
not knowing how blind that was.
Lovers do not finally meet somewhere.
They are in each other all along.


Maulana Jalaluddin Rumi


Mei 23, 2009

Al-Haqq Yang Maha Mutlak






Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat mengalingi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Menampakkan segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu sanggup mengalingi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Tampak pada segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu mampu mengalingi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Tampak dalam segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu kuasa mengalingi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Tampak untuk segala sesuatu?


Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat mengalingi-Nya,
sementara Dia-lah Yang Ada sebelum segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu sanggup mengalingi-Nya,
bila Dia lebih jelas ketimbang segala sesuatu?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu mampu mengalingi-Nya,
sedangkan Dia Esa, yang tiada di sampingnya sesuatu pun?

Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu kuasa mengalingi-Nya,
padahal Dia lebih dekat kepadamu daripada segala sesuatu?


Bagaimana bisa dibayangkan kalau sesuatu dapat mengalingi-Nya,
sementara seandainya Dia tak ada, nescaya tak akan ada segala sesuatu?

Betapa ajaib, bagaimana keberadaan bisa tampak dalam ketiadaan?
Atau, bagaimana sesuatu yang baru bisa bersanding dengan Yang Mahadahulu.
~~~~


Al-Haqq tidak datang dari sesuatu atau dalam sesuatu, atau di atasnya, atau di bawahnya. Jika Dia datang dari sesuatu berarti Dia diciptakan dan dibatasi jangka hidup-Nya. Kalau Dia ada di atas sesuatu, maka Dia bersemayam di atasnya. Dan jika Dia ada dalam sesuatu, berarti Dia terkurung di dalamnya. Dan jika Dia ada di bawah sesuatu, berarti Dia ada di bawah kekuasaannya. Apa pun yang tampak di alam "kesaksian" ini merupakan pancaran Zat Tuhan, yang kekal dan dapat dirasakan sesuai dengan keadaan dan kepekaan si penerima. Tiada makhluk yang mempunyai realitas yang kekal dan bebas. Tiada yang kekal selain Sang Pencipta. Kalau engkau membandingkan yang relatif dengan yang absolut, maka yang relatif akan hilang dan tinggallah yang absolut, selamanya. []



No 16, Bagian 2
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


[*] mengalingi (Bahasa Indonesia) - menaungi, meneduhi (Bahasa Melayu)

Mei 16, 2009

Ikhlas dan Benar





Fudhail bin 'Iyadh berkata, tentang firman Allah Ta'ala:  

"Supaya Dia menguji kamu, 
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." 
(Qs Al Mulk, 67:2). 

"Yang dimaksud lafaz Ahsanu Amalan
adalah yang paling ikhlas dan paling tepat." 

Ditanyakan kepadanya,  
"Apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling tepat, wahai Abu 'Ali?" 

Dia menjawab  : 
"Sesungguhnya, suatu amal itu bila dilakukan 
dengan ikhlas tetapi tidak tepat, 
maka tidak diterima oleh-Nya, 
dan bila dilakukan secara tepat tetapi tidak ikhlas, 
maka tidak diterima oleh Allah. 
Amal tidak diterima hingga 
dilakukan dengan ikhlas dan tepat. 
Yang dimaksud ikhlas 
adalah menjadikan amal untuk Allah; 
sedangkan tepat 
adalah sesuai dengan sunnah Rasulullah (Saw)."