Mac 28, 2009

Pancaran Sanubari



Tak ada musuh yang tak dapat
ditaklukkan oleh cinta.
Tak ada penyakit yang tak dapat
disembuhkan oleh kasih sayang.
Tak ada permusuhan yang tak dapat
dimaafkan oleh ketulusan.
Tak ada kesulitan yang tak dapat
dipecahkan oleh ketekunan.
Tak ada batuan keras yang tak dapat
dipecahkan oleh kesabaran.

Semua itu haruslah berasal
dari hatimu.



Mawar Keagungan




"Istafti qalbak,
mintalah fatwa pada hatimu;

kebaikan adalah sesuatu
yang membuat hatimu tenang

dan keburukan adalah sesuatu
yang membuat hatimu gelisah."


Hadis Nabi


~~~


Hati kita adalah sumber cahaya batiniah,
inspirasi, kreativiti, dan belas kasih. Seorang mukmin sejati,
hatinya hidup, terjaga, dan dilimpahi cahaya.



Jika kata-kata berasal dari hati, ia akan masuk
ke dalam hati; jika ia keluar dari lisan, maka ia hanya
akan sampai ke pendengaran.



Hati memiliki mata, yang digunakan
untuk menikmati pemandangan alam ghaib

telinga, untuk mendengar
perkataan penghuni alam ghaib dan firman-Nya

hidung, untuk mencium wewangian ruhaniah,

dan mulut, untuk merasakan cinta,
manisnya keimanan, serta
lazatnya pengetahuan spiritual.



Ketika mata hati terbuka,
kita dapat melihat kenyataan yang tersembunyi
di balik penampakan luar dunia ini.

Ketika telinga hati terbuka,
kita mampu mendengar kebenaran yang tersembunyi
di balik kata-kata yang terucap.

Melalui hati yang terbuka,
sistem saraf kita dapat menyesuaikan dengan
sistem saraf orang lain, sehingga kita mengetahui
apa yang mereka fikirkan
dan bagaimana mereka akan bersikap.



"Dan kelak, di saat
begitu banyak jalan terbentang
di hadapanmu

dan kau tak tahu

jalan mana
yang harus kau tempuh,

janganlah memilihnya
dengan tergesa saja,
tetapi duduklah,
dan tunggulah sesaat.


Tariklah nafas dalam-dalam,
dengan penuh kepercayaan,
seperti saat kau bernafas
di hari pertamamu di dunia ini.



Jangan biarkan apapun
mengalihkan perhatianmu,
tunggulah dan tunggulah
lebih lama lagi.



Berdiam dirilah, tetap hening
dan dengarkanlah hatimu.


Lalu,
ketika hati itu bicara,
beranjaklah, dan

pergilah ke mana hati membawamu ..!"



"Istafti Qalbak!"
pesan Nabi.
Biarkan hatimu bicara.



~~~



Hanya dari Hati

Kau bisa menggapai langit

Mawar Keagungan

Hanya bisa ditumbuhkan dalam hati..


Jalaluddin Rumi


Mac 23, 2009

My Story


I was going to tell you my story 
but waves of pain drowned my voice. 
I tried to utter a word but my thoughts 
became fragile and shattered like glass. 
Even the largest ship can capsize 
in the stormy sea of love, 
let alone my feeble boat 
which shattered to pieces leaving me nothing 
but a strip of wood to hold on to. 
Small and helpless, rising to heaven 
on one wave of love and falling with the next 
I don't even know if I am or I am not. 
When I think I am, I find myself worthless, 
when I think I am not, I find my value. 
Like my thoughts, I die and rise again each day 
so how can I doubt the resurrection? 
Tired of hunting for love in this world, 
at last I surrender in the valley of love 
and become free.

Maulana Jalaluddin ar-Rumi



Mac 19, 2009

Menuju Kemuliaan-Ketaatan





"Apabila Allah 
hendak memindahkan hamba-Nya 

dari 
kehinaan-kekafiran 

menuju 
kemuliaan-ketaatan, 

Dia menjadikannya 

intim
dengan kesendirian,

kaya 
dengan kesederhanaan,

dan mampu
melihat kekurangan dirinya.

Barangsiapa yang 
dianugerahi semua ini,

bererti ia telah mendapatkan
yang terbaik di dunia dan akhirat."

Menjadi Danau



Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya kebelakangan ini selalu tampak murung.


“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.


“Guru, kebelakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.


Sang Guru ketawa kecil. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah ke mari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”


Si murid pun beranjak perlahan tanpa semangat.

Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa
gelas dan garam sebagaimana yang diminta.


“Cuba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,”
kata Sang Guru. “Setelah itu cuba kau minum airnya sedikit.”

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air masin.


“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.


“Masin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.


Sang Guru tertawa perlahan melihat wajah muridnya yang meringis kemasinan.


“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”


Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa masin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa masin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu fikirnya.


“Sekarang, cuba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.


Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”


“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa masin yang tersisa di mulutnya.


“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”


“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.


“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, begitu-begitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”


Si murid terdiam, mendengarkan.


“Tapi Nak, rasa ‘masin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya qalbu yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”


: : : : : : :


“Berkata (Musa), “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,” (25)
“Dan mudahkanlah untukku urusanku.” (26).
[Q.S. 20 : 25 - 26]

“Tidaklah Allah membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.” [Q.S. 2 : 286]




C a t a t a n :
Artikel di atas merupakan sebuah adaptasi
dengan versi terjemahan bebas Herry Mardian, dari
sebuah cerita berbahasa Inggeris yang diperolehnya di internet. Ini linknya.

Karya asal : 'Berhentilah Jadi Gelas', oleh Herry Mardian


Mac 11, 2009

Mutiara Guru Sejati Kepada Muridnya






"Jangan pernah menyimpan keragu-raguan 
seperti itu dalam diri kalian.
Keragu-raguan akan membunuh kebenaran, 
cinta, keyakinan, kasih sayang, dan kebersamaan
yang ada bersama kalian.
Kebodohan mudah saja dihalau oleh kebenaran,
tapi keragu-raguan amatlah sulit untuk disingkirkan."




"Ketika kalian telah mampu mengendalikan
pikiran-pikiran yang berkecamuk dalam akal,
maka kalian berhasil menapakkan kaki kalian 
di atas tanah.

Jika kita telah sanggup mengendalikan 
apa yang ada di atas kita dan membawanya ke bawah
kaki kita, barulah kita dapat mulai belajar."




"Bagaimana mungkin seorang yang belum memahami
apa yang ada dalam dirinya dapat merenung
tentang kebenaran?"




"Perbuatan apa pun yang berasal dari luar diri,
bukanlah perbuatan yang sesungguhnya.
Saya justru harus menemukan tempat di dalam diri ini
untuk dapat melakukan perenungan yang sejati."




"Kita harus membuka apa yang terselubung dalam jasad ini.
Inilah yang harus kita pelajari dari seorang yang suci yang 
telah memahami kebenaran. Kita harus mempelajari
hal ini dari seorang manusia suci, yang juga memiliki hati
yang suci.

Kalian harus memahami di mana letak tempat suci ini.
Kalau kalian mampu membangun semua ini dalam diri
kalian dan telah mampu mempersaksikan bukti akan
keberadaannya, maka saat itu, Kebenaran Sejati, Cinta,
Kasih Sayang, Ketenteraman dan iman akan kalian peroleh."




"Dalam perjalanan menuju Allah, hanya ada satu titik
yang harus kalian tuju, hanya ada satu hal yang harus
kalian dapatkan: Kebenaran yang sejati. Kalian harus memulai
perjalanan ini, dan kalian harus mampu membebaskan jiwa kalian.

Mereka harus terlebih dahulu menghayati kelelahan dan beratnya
menempuh kehidupan. Barulah setelah itu, dengan pengetahuan
dan tekad yang bulat, mereka akan melakukan usaha yang keras
untuk membersihkan jiwa mereka masing-masing."








Mac 09, 2009

Cinta Musthafa



Salawat yang tiada berputusan serta salam yang tiada berhabisan kepada abdi dan rasulNya junjungan kita Muhammad, pemilik panji kepujian yang mengikrarkan hakikat namanya sebagai mu'jizat nyata yang terus berlaku; yang

Meskipun zahir berbentuk bashari,
Batinnya bangsa terlalu safi,
Kerana peri haknya ruhani
Pernah berkata lisannya murni:
Sebagai nabi aku terkandung
Dalam rahasia di Balai Agung,
Padahal Adam masih terapung
Antara air dan tanah lempung.

Meskipun rupaku anak Adam,
Darjatku asal terlebih kiram.

Tatkala Adam belum teringat,
Tatkala Kalam belum tersurat
Dan Papantulis belum tercatat,
Sudah terpandang oleh kunhi Zat
Seri wajahku di dalam mirat.

Sinaran sani cahaya kamalat,
Pancaran murni asma dan sifat,
Rumusan seni segala makhlukat
Yang zahir pada cermin hakikat -
Dalam diriku semua terlibat.

yang awal dicipta dan akhir menjelma, sehingga kedatangannya seperti yang datang dari Jauh ditunggu-tunggu; imam segala nabi dan khatimnya semua, laksana permata jawhar bercahayakan air asali menghiasi gelang para anbiya, laksana mohor Raja Agung yang pertama-mula menerapkan kalimah tawhid pada kalbu-diri Insan; yang terbit bagai bulan purnama cahayanya indah mengusir kegelitaan malam Jahiliah; yang katanya sungguh dan benar dan caranya betul belaka; tauladan terbaik bagi anak Adam dan rahmat Ilahi bagi sekalian alam.

Seterusnya kepada keluarganya yang dipersuci kesuciannya, yang nasabnya tumbuh teguh dalam Sejarah, laksana pohon yang akarnya membenam merangkum bumi dan daunnya melambai di langit murni.

Dan kepada para sahabatnya yang bagai bintang tetap bertabur menghiasi langit kelam, laksana lantera laut memandu bahtera ke pantai Salam.

Syed Muhammad Naquib al-Attas, Muqaddimah Risalah





Bakal bermula sejarah gemilang,
bakal hadir pemimpin ummah.
Dari bibir seluruh nabi, akur yang yakin,
berseri mentari menyiram kudus zaman.
Isyarat maruah mula harum pada sembilan Rabi'ulawal,
bahang tahan serangan gajah, takjub, gamam dan terpesona,
sudah awal diramal pendeta dari Syria.

Aminah melahirkan putera, Abdullah ayah yang arwah,
Abdul Muttalib dan Abu Lahab, dalam khemah arus kafilah,
menyambut khabar, bersyukur dalam batin,
terasa iktibar lain bermaruah, kelana dan peniaga,
bergegar permata Putera yang ketika dikandung
terpercik sinar dari rahim ibunya,
terkerlip mahligai Basra di Syiria;
dan ketika ia diasuh Halimah,
kontang makanan merata,
susu melimpah di tangan mereka.

Putera yang menjadi yatim sebelum lahirnya,
menjadi lebih piatu ketika enam usianya,
tenang bersama datuk,
matang di sisi pak cik,
merenung alam dengan mata hati,
menilai insan dengan hati budi,
jujur, akrab serasi nama;
bijak, padu cekal tindakannya
cemerlang bintang di tengah gurun,
benih anugerah turun temurun.

A.Samad Said, Buku Puisi al-Amin





Berkata Al Habib Umar bin Hafiz;

Cinta adalah Api.

Bila digunakan pada tempatnya,

maka ia akan menghangatkan, memasak,

menerangi dan membawa keindahan.

Namun bila ditaruh bukan pada tempatnya,

maka akan membakar dan menghanguskan.

Inilah api yang zhahir.


Bagaimana dengan api yang batin, ketika berpijar

dalam kerinduan kepada Allah swt..


Nafas Muhammadi

Jiwa Muhammadi

Semangat Muhammadi saw..


Demikianlah jiwa-jiwa yang merindukan Allah,

insan-insan mulia yang bernafas di muka bumi dalam satu nafas..

Oleh sebab itu, Allah swt menamakan Nabi Muhammad saw adalah

“Siraajan Muniira” (Pelita yang berpijar terang benderang),

dan pelita itu terang kerana apinya.

Api cinta Sayyidina Muhammad saw kepada Allah SWT.

Cinta yang paling suci dari semua cinta.


Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa





Ya Musthafa Pilihan-Nya,
perlambangan kesempurnaan paling utama
permulaan alam, pengakhir utusan-Nya

Soal sempurna, akankah terpenuhi
cinta yang kau terima dari kami,
Bila yang diperkenan atasmu
Cinta~Nya Dia, Yang Maha Sempurna

Kecintaan apa lagi yang layak diperi,
antara dirimu dan Dia yang Maha Mencintai
di maqam paling utama dan paling tinggi
paling agung dan takkan tercapai kami

Adakah sang pencinta, menerka cintanya terlindung
Tika matanya bercucuran dan hati tak lagi berselubung.
Kalau saja bukan cinta, tak terseka airmata
Tegakah kau nafi, selepas mengaku mencintai?

Kicau sang bulbul sendirian, merdu
senandung tak berpenghujung, rindu
Purnama sekalipun, kasihnya terhembus
menatap kolam cinta yang beralun halus.

Terang taman-Nya berpeterana cahaya,
Tulus kalbu bertatah kemilau delima
Tenang susur Salsabila dan Zanjabila
Takkan wujud, jika bukan kerananya.

Muhammad bin Abdullah,
kami ingin mencintaimu tanpa lelah.
Ya Allah, Yang Mencintai.. perkenankanlah.
Ibnu Abas