Januari 31, 2008

Cinta (ii)



Tuhanku
sungguh ganjil
bagaimana bisa sekian lama
aku tergiur oleh
yang bukan Engkau.

****


Emha Ainun Nadjib


:: foto

Cinta



Jika engkau mencari kedekatan dengan Sang Kekasih,
cintailah setiap orang..

Dengan hanya memandang kebaikan mereka
baik ketika mereka hadir ataupun tidak.

Jika engkau menginginkan kejernihan dan kesegaran
layaknya hembusan angin di pagi hari,

jadilah seperti matahari yang tidak memiliki apapun
tetapi menyinari dan memberikan kehangatan kepada siapapun.


****


Abu Said Abil Khair


:: foto

Januari 29, 2008

Syair Perahu Hamzah Fansuri


Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah,
membetuli jalan tempat berpindah,
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah

Wahai muda kenali dirimu,
ialah perahu tamsil tubuhmu,
tiadalah berapa lama hidupmu,
ke akhirat jua kekal diammu.

Hai muda arif-budiman,
hasilkan kemudi dengan pedoman,
alat perahumu jua kerjakan,
itulah jalan membetuli insan.

Perteguh jua alat perahumu,
hasilkan bekal air dan kayu,
dayung pengayuh taruh di situ,
supaya laju perahumu itu

Sudahlah hasil kayu dan ayar,
angkatlah pula sauh dan layar,
pada beras bekal jantanlah taksir,
niscaya sempurna jalan yang kabir.

Perteguh jua alat perahumu,
muaranya sempit tempatmu lalu,
banyaklah di sana ikan dan hiu,
menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,
di sanalah perahu karam dan rusak,
karangnya tajam seperti tombak
ke atas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang
riaknya rencam ombaknya karang
ikanpun banyak datang menyarang
hendak membawa ke tengah sawang.

Muaranya itu terlalu sempit,
di manakan lalu sampan dan rakit
jikalau ada pedoman dikapit,
sempurnalah jalan terlalu ba’id.

Baiklah perahu engkau perteguh,
hasilkan pendapat dengan tali sauh,
anginnya keras ombaknya cabuh,
pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
derasmu banyak bertemu musuh,
selebu rencam ombaknya cabuh,
La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung di situ,
teduhlah selebu yang rencam itu
pedoman betuli perahumu laju,
selamat engkau ke pulau itu.

La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
di laut keras dan topan ribut,
hiu dan paus di belakang menurut,
pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,
di sanalah perahu rusak dan karam,
sungguhpun banyak di sana menyelam,
larang mendapat permata nilam.

Laut Silan wahid al kahhar,
riaknya rencam ombaknya besar,
anginnya songsongan membelok sengkar
perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang maha indah,
ke sanalah kita semuanya berpindah,
hasilkan bekal kayu dan juadah
selamatlah engkau sempurna musyahadah.

Silan itu ombaknya kisah,
banyaklah akan ke sana berpindah,
topan dan ribut terlalu ‘azamah,
perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,
ombaknya muhit pada sekalian alam
banyaklah di sana rusak dan karam,
perbaiki na’am, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,
lautnya deras bertambah dalam,
anginpun keras, ombaknya rencam,
ingati perahu jangan tenggelam.

Jikalau engkau ingati sungguh,
angin yang keras menjadi teduh
tambahan selalu tetap yang cabuh
selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

Sampailah ahad dengan masanya,
datanglah angin dengan paksanya,
belajar perahu sidang budimannya,
berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,
ilmu Allah akan [dayungnya]
iman Allah nama kemudinya,
“yakin akan Allah” nama pawangnya.

“Taharat dan istinja’” nama lantainya,
“kufur dan masiat” air ruangnya,
tawakkul akan Allah jurubatunya
tauhid itu akan sauhnya.

Salat akan nabi tali bubutannya,
istigfar Allah akan layarnya,
“Allahu Akbar” nama anginnya,
subhan Allah akan lajunya.

“Wallahu a’lam” nama rantaunya,
“iradat Allah” nama bandarnya,
“kudrat Allah” nama labuhannya,
“surga jannat an naim nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,
mengarangkan syair tempat berpindah,
di dalam dunia janganlah tam’ah,
di dalam kubur berkhalwat sudah.

Kenali dirimu di dalam kubur,
badan seorang hanya tersungkur
dengan siapa lawan bertutur?
di balik papan badan terhancur.

Di dalam dunia banyaklah mamang,
ke akhirat jua tempatmu pulang,
janganlah disusahi emas dan uang,
itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,
di dalam kubur terbaring seorang,
Munkar wa Nakir ke sana datang,
menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

Tongkatnya lekat tiada terhisab,
badanmu remuk siksa dan azab,
akalmu itu hilang dan lenyap,
(baris ini tidak terbaca)

Munkar wa Nakir bukan kepalang,
suaranya merdu bertambah garang,
tongkatnya besar terlalu panjang,
cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenali dirimu, hai anak dagang!
di balik papan tidur telentang,
kelam dan dingin bukan kepalang,
dengan siapa lawan berbincang?

La ilaha illallahu itulah firman,
Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,
iman tersurat pada hati insap,
siang dan malam jangan dilalaikan.

La ilaha illallahu itu terlalu nyata,
tauhid ma’rifat semata-mata,
memandang yang gaib semuanya rata,
lenyapkan ke sana sekalian kita.

La ilaha illallahu itu janganlah kaupermudah-mudah,
sekalian makhluk ke sana berpindah,
da’im dan ka’im jangan berubah,
khalak di sana dengan La ilaha illallahu.

La ilaha illallahu itu jangan kaulalaikan,
siang dan malam jangan kau sunyikan,
selama hidup juga engkau pakaikan,
Allah dan rasul juga yang menyampaikan.

La ilaha illallahu itu kata yang teguh,
memadamkan cahaya sekalian rusuh,
jin dan syaitan sekalian musuh,
hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

La ilaha illallahu itu kesudahan kata,
tauhid ma’rifat semata-mata.
hapuskan hendak sekalian perkara,
hamba dan Tuhan tiada berbeda.

La ilaha illallahu itu tempat mengintai,
medan yang kadim tempat berdamai,
wujud Allah terlalu bitai,
siang dan malam jangan bercerai.

La ilaha illallahu itu tempat musyahadah,
menyatakan tauhid jangan berubah,
sempurnalah jalan iman yang mudah,
pertemuan Tuhan terlalu susah.

****

Hamzah Fansuri



:: foto

Januari 28, 2008

Jangan Berpatah Harapan



Tuhanku, harapanku pada-Mu
takkan putus
mesipun aku melakukan maksiat pada-Mu,

sebagaimana kecemasanku (pada seksa azab-Mu)
takkan sirna walaupun aku
mentaati-Mu.

****


Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

al-Hikam.


:: foto

Januari 26, 2008

Du'a Kepada Yang Terkasih



©
Kata-kata Faisal Tehrani

Creative Commons License

Hidayah..




*Klik gambar untuk saiz sebenar.


© Kata-kata Faisal Tehrani

Creative Commons License

Hasil karya di atas telah dilesenkan di bawah

Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 License.

Sedarilah sifat-sifat mu..



Sedarilah sifat-sifat mu,
nescaya Allah akan membantumu dengan sifat-sifat~Nya.

Akuilah kehinaanmu,
nescaya Allah membantumu dengan kemuliaan~Nya.

Akuilah ketidakberdayaanmu,
nescaya Allah membantumu dengan kekuasaan~Nya.

Akuilah kelemahanmu,
nescaya Allah akan membantumu dengan kekuasaan~Nya.



****

Ibnu 'Athaillah al-Sakandari,
Kitab Al-Hikam

Januari 25, 2008

Tentang dosa..


Creative Commons License

Munajat Ibnu 'Athaillah



Ya Ilahi,
Akulah sang fakir dalam kecukupanku,
Bagaimana aku tidak fakir dalam kefakiranku?

Ilahi,
Akulah si jahil dalam pengetahuanku,
Bagaimana aku tidak jahil dalam kejahilanku?

Ilahi,
Ragam aturanmu di semesta ini
Dan cepatnya manifestasi ketentuan-ketentuan~Mu
Telah mencegah hamba-hamba~Mu yang mengenal~Mu
Dan tiada harapan dari~Mu dalam cubaan (kecuali pada~Mu)

Ilahi,
Dari-ku layaklah dengan cacian
Dari~Mu layaklah dengan pujaan.


Ilahi,
Engkau sifati Diri~Mu dengan kelemah-lembutan padaku
Sebelum adanya kelemahanku
Apakah Engkau sanggup menghalangi lemah lembut~Mu
Setelah adanya kelemahanku?

Ilahi,
Jika yang tampak kebajikan padaku
Sungguh, itulah anugerah~Mu padaku
Jika yang tampak itu keburukanku
Sungguh, itulah keadilan~Mu, dan
Hak~Mulah berhujjah padaku.

Ilahi,
Bagaimana Engkau serahkan urusan itu padaku,
Sedangkan diriku telah memasrahkan diri pada~Mu


Bagaimana jua aku mengurangi hakku,
Sedang Diri~Mu Yang Menolongku

Bagaimana aku tak beruntung,
Sedang Engkaulah yang menyayangiku.


Inilah aku, tawassul pada~Mu
Dengan kefakiranku di sisi~Mu.
Kefakiran yang yang menunjukkan pada~Mu
Dan menyambungkan hubungan di sisi~Mu.


Bagaimana mungkin aku bertawassul pada~Mu

Dengan kemustahilan-kemustahilan untuk bersambung dengan~Mu?

Bagaimana jua aku mengeluh pada~Mu tentang derita
Sedangkan (derita ini) tak samar sedikit pun dari pandangan~Mu?

Bagaimana aku huraikan dengan kata-kataku pada~Mu
Sedang kata itu dari~Mu dan menuju kepada~Mu?

Bagaimana aku gagal menempuh cita-citaku
Sedang aku telah menebusnya bagi~Mu?

Bagaimana ahwal ruhaniku tidak terpelihara
Padahal bersama~Mu tegak berdiri
Menuju kepada~Mu?


****


Ibnu 'Athaillah al-Sakandari
(Dari Munajatnya di akhir Al-Hikam)

Berserah Pada Takdir & Anugerah




Tertundanya pemberian
setelah engkau mengulang-ulang permintaan,
janganlah membuatmu berpatah harapan.

ALLAH menjamin pengabulan doa sesuai
dengan apa yang Dia pilih buatmu,
bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri,

dan pada saat yang Dia kehendaki,
bukan pada waktu yang engkau ingini.

****


Ibnu 'Athaillah al-Sakandari,
kitab al-Hikam.

Januari 24, 2008

Dia-lah Jalan Itu




Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.

Begitulah caranya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!

Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima mata wang palsumu!

Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.

Begitulah caranya!

Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!

Kerana Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku,
kerana Aku-lah jalan itu.”


****


Jalaluddin Rumi

Mengenali Diri






Berusahalah untuk mengenal diri sendiri.
Sebab siapa yang kenal dirinya
dan menentang hawa nafsunya,
akan kenallah dia akan Tuhannya;
dan menuntutlah dia akan keredhaan-Nya.

****

Syeikh Abdul Qadir al-Jilani


:: maklumat tambahan tentang buku Purification of The Heart, tulisan Shaykh Hamza Yusuf, di sini.

Siapakah diri ini?

100050220_745b358dbe_blog.jpg


“Tidak ada sesuatupun yang lebih dekat
kepadamu selain dirimu sendiri;
jika kau tidak memahami dirimu,
bagaimana kau bisa memahami orang lain?

Kau mungkin berkata, 'aku memahami diriku',
tetapi kau salah!

Satu-satunya yang kau ketahui tentang dirimu,
hanyalah penampilan fizikalmu.

Satu-satunya yang kau ketahui tentang ‘nafs’mu (jiwa),
adalah ketika kau lapar kau makan,
ketika kau marah kau membuat keributan,
dan ketika kau termakan bara nafsu, kau bercinta.

Semua binatang memiliki kesamaan dengan dirimu
dalam hal ini.

Kau harus mencari kebenaran di dalam dirimu..
.. Siapa dirimu?

Dari mana datangnya dirimu, dan kemana kau akan pergi?
Apa perananmu di dunia ini?
Kenapa kau diciptakan?
Di mana kebahagiaan sejatimu berada?

Jika kau ingin mengetahui tentang dirimu,
kau harus mengetahui bahwa kau diciptakan dari dua hal.

Pertama adalah tubuhmu dan penampilan luarmu (zahir)
yang dapat kau lihat dengan matamu.

Bahagian lainnya adalah jiwamu.

Jiwamu adalah bahagian yang tidak bisa kau lihat
tetapi bisa kau ketahui
dengan pengetahuanmu yang dalam.

Kebenaran akan eksistensimu ada di dalam jiwamu.
Hal lainnya hanyalah pengabdi bagi jiwamu.”

- Imam Al Ghazali



*********


:: Dikutip dari buku Imam Al-Ghazali,
berjudul Kimiya’e Saadat : “The Alchemy of Happiness”.




:: foto

*Credits to surrender2god.wordpress.com

Januari 23, 2008

Usaha Gigih




Perlu ada usaha yang gigih kawan
untuk menjadi seperti Ibrahim,
dermawan menyembelih putera kesayangan;

seperti Ismail yang taat dan
setiakawan menyerah pasrah
tanpa mempersoalkan;

atau tidakkah terlihat pada Ayub
sejenis kekentalan tak mengeluh oleh ujian;

menjadi ibarat Zakaria yang berbicara
dengan lambang-lambang,
tiga hari dan berdoa
dengan suara yang penuh kelembutan;

seperti Yunus terbuang,
di tengah kaumnya hidup dalam keterasingan;

juga kembaranya Isa,
satu-satu harta yang ada ikut dilepaskan;

atau seperti Musa berpakaian

dan kebesaran Muhammad,
selain dari akhlak juga al Quran,
dia hidup dalam kemelaratan;
diberikan langit dan bumi
menolak
tetapi memohon kepada Tuhan
sehari lapar sehari kenyang
menghindari dunia penuh lapis kemewahan.

Bukan senang kawan jalan yang ingin diterokai,
bukan sekadar ada lapan liku
tetapi juga harus menjadi seperti Adam dahulu,
berkhalwat dan diberi akal fikiran
memikir tentang satu demi satu
kejadian-kejadian Tuhan
setelah itu berbuat dosa
– satu dosa kutukan ke atas iblis
dan godaan-godaan celaka
ke atas syaitan yang menyesatkan

dan Adam dihumban;
tiga ratus tahun penuh penyesalan
diberi kenikmatan bertemu di puncak Arafah,
bertaubat
dan membersihkan
bermula dari kekesalan, dan
perenungan baru dicapai
lapan cabaran dan penuh usaha penuh kegigihan.

****

Faisal Tehrani
Nevsehir-Konya, 23 Zulhijjah 1424 Hijrah.






© Faisal Tehrani

:: foto

*Tuhanku..





Tuhanku, iradat itu hak-Mu,
doa itu kepunyaanku,
aku meminta aku meminta
tak Kau kurniakan tak mengapa
jika tak Kau beri semakin kenal aku diri-Mu
jika Kau beri kesejahteraanku pulangkan pada-Mu

Sejauh ini sudah ku kenal kebesaran-Mu
Sedekat ini sudah ku rasai kewujudan-Mu

Tuhanku pun,
jika Kau tak beri
seperti biri-biri mencari Ibu
aku tersesat langkah di lereng-lereng
gunung Anadolu
seperti salji keras batu dan membeku
tak punya batini
andai Kau beri
aku jadi salji mencair
menyegar basah permukaan bumi
ranting-ranting anggur tumbuh lagi
burung-burung berkicau di awal musim semi
daun-daun menghijau kembali
matahari datang lagi
amat ku kasih amat ku cinta
maka aku meminta


Iradat adalah hak-Mu
tak aku ingkari
meminta adalah hakku
kerana dengan merayu
Kau jadi Kekasihku
aku jadi perindu
aku meminta aku meminta
tak Kau kurniakan tak mengapa
jika tak Kau beri
semakin kenal aku diri-Mu
jika Kau beri kesejahteraanku
pulangkan kepada-Mu.



****


Faisal Tehrani,

Kembara Iman
Majalah I Feb 2005.

*puisi ini sebenarnya tidak berjudul ketika saya menyalinnya dari Majalah I.

© Faisal Tehrani
:: foto



Secangkir Teh 5




Selepas menciptakan bumi,
bintang-bintang dan bulan

Tuhan menciptakan

bermacam-macam kejadian


Alangkah luar biasanya

Tuhan, Kau ciptakan
teh,
daun-daun terserpih sisih


dan Kau tambahkan
padanya keajaiban,

haruman

supaya nanti
untuk kami

teh bukan hanya rezeki
tapi menyatu cinta

wangian

Maha Suci Tuhan.


****

Faisal Tehrani.
Musim Panas 2004

Bartin, Turki.

© Faisal Tehrani

:: foto

Januari 22, 2008

Cangkir Teh

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ



Kau bacakan aku apa ya,
malam hari aku berdoa untukmu

dalam mimpi aku bermain guli denganmu

dalam pagiku ada kasih kalbumu

dalam senja senyummu ranum

masih

harum
teh dalam cangkir kecil itu

aku tertanya

apa sudah kau bacakan dalam renung matamu?


****


Faisal Tehrani
Dari Cerpen "Datang Dari Sukma, Masuk Menyelinap Sukma"

© Faisal Tehrani
:: foto