September 20, 2009

Langit & Hamparan Lebaran







Langit lebaran telah dibentangkan
bumi lebaran telah dihamparkan
berdoalah moga hati ini, seluas langit dan bumi
cukup untuk menampung dan mengampuni
semua tindakan padanya yang menyakiti

Seiring terbitnya mentari pagi
mohon diri sudi diampuni
dosa-dosanya yang telah mengotori
hubungan Ilahi, hubungan insani selama ini



Semoga segala amal perbuatan
selama bulan Ramadhan
diletakkan di sisi-Nya Yang Mengabulkan.


Hidup selepas Ramadhan, kiranya diberi lanjutan
adalah medan pembuktian & pengujian
cintanya pada Tuhan sekadar khayalan
atau cinta sebenar-benar orang beriman
dari amal-amalan selama sebulan.


Semoga setelah meniti pergi, hari lebaran
makin teguh menempuh jalan kebenaran.

Mereka yang tercerahkan, meneruskan pencarian
bermula dari jalan kebenaran, lewat Al Quran
tak berhenti pada mana-mana singgahan,
langkahannya berterusan dan diteruskan
hingga meraih sebenar-benar kebahagiaan,
meraih keredhaan, kecintaan
menghadap Wajah-Nya yang berkekalan
di mana saja ia lemparkan pandangan.


menggubah asal kata dari laman


______

Selamat Hari Raya 'Aidilfitri buat semua.
Mohon maaf atas segalanya,
semuanya, zahir dan batin.

TaqabbalaLlahu minna wa minkum:
"Semoga Allah menerima
amal diri dan amal semuanya".

Minal 'Aidin wal-Faizin:
"Semoga kita semua tergolong
mereka yang kembali (kepada
fitrah)
dan berhasil (dalam latihan menahan diri)".


September 16, 2009

Sedingin Ramadhan





Dalam kucup dakap pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin bunga-bunga yang berserakan di tikar jagatraya
tatkala hati kudus rebah di sejadah terawih.


Dalam kucup cinta pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin embun kausar yang membelit jiwa
tatkala watas sujud rapat dicelah-celah wajah-Nya

Dalam kucup sayang pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin tasbih putih yang memintal zikir
tatkala diraut jari-jemari pohon-pohon kalbu


Dalam kucup rindu pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin rakaat witir yang berdiri pada Nur
tatkala gumpalan hati menangis rindu pada Dia


Dalam kucup dendam pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin warna-warna hati yang dicelup cahaya
tatkala munajat dan kalimah suci berlagu kasih


Dalam kucup kasih pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin solat yang dibaja zarah-zarah iman
tatkala laungan Azan dimimbar langit


Dalam kucup peluk pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin doa mustajab yang singgah berlabuh
tatkala keampunan dipohon berakar di dinding hati


Dalam kucup setia pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin sujud-sujud mukmin yang dimandikan syafaat
tatkala pintu-pintu langit terbentang indah.


Dalam kucup bahagia pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin airmata kasih mengaku cinta akan Dia
tatkala Lailatul-Qadar menampakkan diri.


Dalam kucup Sirr pada wajah Ramadan
aku terasa...
Sedingin ramadan yang mulia semulia bulan
tatkala rindu pada-Nya kekal abadi



Tujuhpuluhribu Hijab





betapa jauh perjalanan
tujuhpuluhribu hijab ini, ya Allah
betapa tebalnya mega
tujuhpuluhribu hijab
menerawangi cahaya-Mu, ya Allah
betapa tak berdaya
untuk menempuh satu makam nafsu
ke satu makam nafsu
selaksa tujuhpuluhribu hijab, ya Allah


di tengah gurun pasir kafilah
kamilah unta-unta yang bebal dan tersesat
memikul beban dosa mencarimu, ya Allah
di tengah lautan perjuangan
kamilah armada yang tewas
dikeroyok nafsu maha dahsyat maha gelora, ya Allah


di manakah tersimpan kunci ajaib
untuk membuka tujuhpuluhribu peti laduni
di dasar langit-Mu, ya Allah
di manakah taman-taman cahaya
yang bersemadi para kekasih bertasbih memuji-Mu


dalam setiap detik dalam setiap titik
dalam setiap fana dalam setiap syuhud
di sebalik kami yang igau
dalam tembok-tembok penjara dunia
sesempit tujuhpuluhribu hijab ini, ya Allah


ya Allah, betapa rindunya kami kepada-Mu
terasing siang dan malam
tanpa bicara tanpa pendengaran tanpa penglihatan
terkambus asyik di syurga kencana
lepaskan kami, ya Allah
dari tujuhpuluhribu pintu gerbang
yang menutupi mata hati kami


ya Allah, betapa jahilnya kami
tidak mengenal-Mu
dalam pernafasan tujuhpuluhribu hijab
yang kami sedut yang kami hembuskan
dari setiap denyutan nadi


ya Allah, betapa kami ini buta huruf
kami sebenarnya tak mampu mengeja
tujuhpuluhribu huruf maknawi
yang terhijab pada nama-Mu
ya Allah, betapa dekatnya Kau
lebih dekat dari urat leher kami
namun kami masih engkar mencari-Mu
di luar diri kami yang tujuhpuluhribu hijab


ya Allah, kurniakan kami rindu Musa
bukan serpihan debu Thursina
mata kamilah yang buta
karena tak memandang Wajah-Mu
di benua tujuhpuluhribu hijab ini
telinga kamilah yang tuli
karena tak mendengar ayat-ayat-Mu
lidah kamilah yang bisu
karena tak bersyukur kepada-Mu


Johar Buang


September 12, 2009

Lalai Yang Mengurung




Semakin hari semakin terkumpul dosa menggunung,
bagaimana layak pulang ke hadrah Yang Maha Agung.

Amalan masih banyak yang perlu ditampung,
sedangkan usia semakin menuju angka 'kosong'.

Bagaimana saban hari, terus sombong,
lalaikah dari pandangan-Nya yang tak terlindung?

Tiada manfaat setelah tidak berputusan menghitung,
jika belum menyedari, nurani-lah yang terselubung.


Persisiran 'Pergi Tak Kembali'




Betapa banyak hari dalam kehidupan kita
yang sudah 'pergi tak kembali',
yang menghanyutkan kita ke persisiran
'pergi tak kembali' yang benar-benar pasti.

Perjalanan hidup ini menuju suatu kepastian.
Malah, setiap yang pasti datang itu terlalu dekat.
Panggilan-Nya.


Permulaan kehidupan itu adalah peluang.

Pertengahan kehidupan itu adalah perjalanan,
hargai hari-hari yang mendatang dan
rayuan ampunan atas setiap kekurangan,
disusul perbaikan demi perbaikan
menuju penyempurnaan kehendak-Nya.

Kesudahan kehidupan itu adalah destinasi,
penutup peluang dan waktu mengambil keputusan.


Memang bukan kita yang memilih
untuk berjalan dalam kehidupan,
yang kita sendiri tidak memilih
bila dan bagaimana kesudahannya.

Namun, kita disuruh memilih corak
sepanjang anugerah perjalanan hidup ini
agar menentukan
corak kesudahan perjalanan tersebut.


Banyak benar masa-masa yang telah berlalu,
namun kosong dari ketaatan
dan penunaian tugas kehambaan.

Bagaimana pula dengan masa-masa
yang telah diisi dengan kemaksiatan?
Semoga Allah s.w.t. mengampuni
dosa-dosa diri yang penuh hina ini.


Perjalanan Berhujung Debaran




Sekarang sudah di tengah-tengah perjalanan,
sama ada di tengah-tengah bulan Ramadhan,
atau di tengah-tengah usia kehidupan.

Esok belum menjanjikan kepastian
yang dapat mententeramkan rasa kerugian hari ini
dek kehilangan banyak masa yang telah dianugerahkan.


Bukan semua orang yang berjalan itu sampai.

Namun orang yang memang tidak memulakan langkah untuk berjalan,
memang pasti tidak sampai.


Jangan putus asa biarpun kita lambat memulakan langkah.

Baru dalam perjalanan menuju Allah s.w.t., bukan bererti suatu kelewatan
dan sudah lama dalam perjalanan itu juga bukan bererti suatu keselesaan.

Hujung perjalanan kehidupan itu adalah waktu menerima keputusan.
Tiada lagi peluang. Yang ada hanyalah debaran..





Tiada Yang Datang Lagi




Begitulah perjalanan manusia
di sepanjang kehidupan ini.
Tiada pernah berhenti
untuk terus melangkah, lagi.

Tiada kesempurnaan bagi manusia,
yang tidak boleh disempurnakan lagi,
yang menyebabkan dia beralasan
untuk tidak terus menyempurnakan diri lagi.

Seseorang yang sempurna adalah
orang yang menghayati
hakikat 'kesempurnaan'
dengan makna yang makin menyempurnakan
kehendak-Nya, Yang Maha Sempurna.


Ramadhan demi Ramadhan.

Bagi mereka yang menghayati,
maka mereka terus bersedia dalam gembira.

Bagi mereka yang lalai dari hakikat ini,
maka mereka sentiasa melihat Ramadhan
sebagai 'datang lagi',
seolah-olah semacam siri pengulangan.

Selagimana ada usia,
maka selagi itu dianugerahkan
Ramadhan kepada manusia.


Hidup ini,
setiap yang namanya
'hari ini'
itu berbeza-beza.

'Hari ini' pada hari ini
berbeza dengan segala 'hari ini'
yang telah berlalu,
dan berbeza juga
dengan setiap 'hari ini'
yang akan datang.


Hakikatnya,
yang hanya ada
pada kita
adalah 'hari ini'
sedangkan yang telah berlalu
adalah jutaan (malah lebih) 'hari ini'
yang tidak akan hadir kembali.

Jadi, tiada istilah datang lagi
untuk setiap yang tidak pernah 'datang lagi'.



Tangis Rindu




Ramai manusia mencari apa yang belum pasti,
sedangkan dia menuju apa yang pasti (kematiannya).

Yang bijak, hanya dia yang mencari
dan menuju apa yang pasti (Tuhannya).


Ketika dalam kesunyian itu,
seruan semakin menggema.
Yang berbicara terus berbicara.

Yang menjadi pendengar terus setia.
Hanya yang ada, cinta dengan cinta.

Itulah ruang kesunyian
yang bisa menjernihkan kekaratan nafsu dunia.

Hidup ini terlalu lama
untuk menterjemahkan pertemuan dua cinta.


Bagaimana agar bisa terus melihat-Mu
setelah kembali melihat dunia?

Bagaimana bisa ku berinteraksi dengan-Mu
ketika keluar dari kesunyian ini
menuju kesesakan dunia?


Usia dari awal kelahiran sehingga ajal yang entah bila
seolah-olah menjarakkan lagi pertemuan yang agung.

Hidup, punya seribu satu cerita,
miliki misteri berinti makna.

Tangis rindu,
linangan mencari pertemuan syahdu
dalam keabadian cinta, mengharap cahaya bertamu.




September 05, 2009

Adabkan Diri Dalam Meminta






Engkau meminta dari Allah berarti menuduh-Nya.
Engkau meminta kepada-Nya berarti engkau mengumpat-Nya.
Engkau meminta kepada selain-Nya berarti engkau
tak punya rasa malu kepada-Nya.
Dan engkau meminta dari selain-Nya berarti engkau jauh dari-Nya.


~~~~

Orang yang selalu mengingati Allah dan khusyuk di jalan-Nya berada di jalan yang mengantarkan kepada-Nya. Adab yang baik adalah dengan memiliki hati yang rida, yang tercerahkan kerana kehadiran-Nya. Sedangkan adab yang buruk adalah adanya daftar tuntutan atas-Nya, baik yang spiritual maupun material. Kita semua perlu merasakan rahmat, kedekatan dan cinta-Nya. Allah memperbolehkan kita berada dalam rasa membutuhkan agar dapat lebih dekat kepada-Nya. Bersandar dan yakinlah hanya kepada-Nya dan pada keputusan-Nya nan sempurna. []



No 21, Bagian 3
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


September 04, 2009

Melangkah Terus Menuju-Nya





Bila semangat seorang salik ingin berhenti
pada sebagian yang tersingkap baginya,
suara-suara hakikat memperingatkannya,
"Yang engkau cari masih di depan!"
Demikian halnya bila tampak
keindahan alam,
hakikat-hakikat memperingatkanmu,
"Kami hanyalah batu ujian,
maka janganlah engkau kafir."
(QS 2: 102)


~~~~

Salik yang bersungguh-sungguh terkadang dibimbangkan oleh penglihatan batin dan penyingkapan yang ia alami. Allah memerintahkan kepatuhan secara total kepada cahaya mutlak-Nya, bukan pada pantulan-pantulan sekunder. Jika engkau bersungguh-sungguh mencari Kebenaran, maka engkau akan diarahkan untuk menggapai (saat) tersingkapnya tabir. Bila sebaliknya, maka engkau berada dalam konflik dan penderitaan makhluk yang terus-menerus akibat syirik yang samar ataupun tabir-tabir lainnya.[]



No 20, Bagian 3
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


September 03, 2009

Kesedaran Sebelum Meminta






Jangan meminta kepada Allah supaya engkau dipindah
dari suatu keadaan (hal) ke keadaan yang lain.
Sekiranya Dia menghendaki yang demikian,
Dia tentu telah memindahkanmu
tanpa mengubah keadaanmu sebelumnya.

~~~~

Orang yang tercerahkan melihat kesempurnaan dalam setiap keadaan dan situasi yang Allah berikan kepadanya. Dalam kondisi sehat, ia bersyukur dan bahagia. Jika ia sakit, ia menyadari rahmat dan karunia Allah dengan kesabaran dan kelapangan dada. Merasa puas dengan takdir-Nya adalah fondasi akhlak mulia kepada Allah, dan merupakan pintu menuju pencerahan dan pengetahuan batin. Semua ini memastikan bahwa keadaan dan pengalamannya dalam batas-batas jalur yang benar. Seseorang yang menyimpang mesti segera bertobat dan keluar dari kemaksiatannya. []



No 19, Bagian 3
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


September 02, 2009

Kejahilan Menunda






Menunda beramal (saleh) guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan diri.

~~~~

Watak nafsu adalah selalu mencari kelonggaran, kemudahan dan kesenangan. Menunda-nunda amal yang wajib dan "sepi ing pamrih"* adalah tipuan nafsu demi mengabadikan tuntutan (nafsu) dan kekuasaannya yang selalu bertambah. Alasannya, karena tak ada waktu dan tenaga. Orang bijak adalah dia yang bertindak melawan nafsunya, kebiasaan mentalnya pada masa lalu, dan bertindak dengan maksud mencapai tujuan yang lebih tinggi, baik dalam waktu senang, luang, susah, maupun sibuk. Dikatakan, waktu laksana pedang. Jika engkau tak menebasnya, engkaulah yang akan tertebas olehnya.[]



No 18, Bagian 3
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


________
*sepi ing pamrih : pitutur (nasihat) orang Jawa yang bermaksud menghindar dari memerhatikan keperluan diri (hati, setepatnya).


September 01, 2009

Kearifan Menanti





Sangatlah dungu orang yang menginginkan terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada suatu waktu.

~~~~

Orang yang mendapat penerangan cahaya Allah akan semata-mata menerima dan memahami sesuatu sebagaimana adanya, dan menyadari sesuatu sebagaimana penampakan dan manifestasinya sebagaimana dengan kesadaran dan keridaan. Fantasi dan ilusi adalah selubung-selubung kejahilan, yang membuat seseorang merasakan yang lain dari realitas yang tercermin dalam takdirnya. Itulah mengapa dikatakan bahwa kebenaran hanya dapat dipantulkan melalui hati yang suci dalam keberserahan diri pada keputusan Allah.[]



No 17, Bagian 3
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri