Orang yang tenang-tenang atau terbiasa-biasa dengan dosanya adalah orang yang angkuh atau jahil, yang belum sedar-sedar bahawa ia cuma seorang hamba yang mutlak milik Tuannya. Ia tak punya apa-apa secara hakiki, namun nafsu dan syahwatnya memperdaya bahawa setiap yang terlihat di sini; di balik peluang dan usaha mampu dia miliki.
Maka, akankah datang saat untuk tergerak hatinya? Perlukah ia dikeluarkan dari Kebenaran, untuk menyedari Kebenaran itu. Keluar dari Kebenaran bermaksud lain—bencana, tatkala nurani dicambuk ujian sebagai tanda keadilan-Nya, hingga akhirnya terpicu sesal yang merawan jiwa. Tanpa sesal, sulit untuk kalbu berniat kembali pada-Nya.
Sesal mengawali ketergerakan untuk bertaubat, peranjakan dari jalan yang menyimpang menuju jalan lurus. Namun sesal ini bukan hanya satu-satunya fasa, kerana takkan berguna penyesalan sebelum memutar turbin-turbin semangat perbaikan.
Tiadalah menguntungkan mereka yang mengabaikan tanda-tanda rosaknya jiwa, hingga tidak tumbuh sezarah rasa sesal di dalam dada.
Tiadalah penyesalan itu berguna hingga mulai tertitis makna hamba-Nya, tiadalah makna itu tertanda hingga mata hati meratap merana.
Tiadalah ratapan itu berfaedah, hingga membulatkan tekad untuk berubah.
Tiadalah tekad itu mengarah pada apa-apa, selagi kesempatan yang ada ditunda-tunda.
Beramallah, jangan cukup sekadar tahu. Bertindaklah, jangan hanya sekadar merasa sesal.
Yang penting bukan kesedaran sesaat, tapi kelangsungan yang mengiringi ke akhirat.
Sekaranglah masa, inilah kenyataan. Kembali, lagi kembali. Sampai taubat ini bertahan, taubatlah beribu kali.
Hingga redha pada pandangan Ilahi, atas anugerah-Nya, atas kemurahan-Nya, atas kasih-Nya, sayang-Nya siapa yang benar-benar mencari, akan Dia hadiahi.. Taubat yang sejati.
********************************
Ya Allah, kini kami bersimpuh di hadapan-Mu. Sesal dan insaf mengucur di sekujur tubuh kami. Kami malu, dengan perlahan mengetuk pintu-Mu. Ya Allah, bilakah kiranya pintu itu ditutup sehingga harus diketuk?
Duhai Rabbi, mengapa pertaubatan tak kunjung memadai kami lakukan? Duhai Rabbi, mengapa kemaksiatan terus berulang kami lakukan? Duhai Rabbi, mengapa ketaatan tak mencegah kami dari kemungkaran? Ya Rabbi, kami mohon ampunan-Mu atas seluruh sikap kurang-ajar kami.
Duhai Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, kurangnya ilmu kami mohon tidak menghalangi ampunan-Mu. Kurangnya amal kami mohon tidak menghalangi pemberian-Mu. Dan kurangnya keikhlasan kami mohon tidak menghalangi kasih-Mu.
Ya Allah, izinkan hamba-hamba-Mu ini untuk meyakini keluasan rahmat-Mu, sekalipun telah menumpuk maksiat kami. Jadikanlah ingatan akan kurniaan-Mu benar-benar modal bagi kami untuk tidak berputus asa, sekalipun di tengah berat dan sempitnya suasana.
Ya Allah, perkenanlah hamba-hamba-Mu menaruh harapan pada luasnya rahmat-Mu agar kami berlayar di samudera keredhaan, terhindar dari syaitan-syaitan yang menyesatkan, menjauh dari pikuk daratan kemaksiatan.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba-hamba-Mu ini. Juga dosa-dosa orang yang pernah berbuat baik kepadanya. Juga dosa-dosa orang yang pernah dianiayanya. Juga dosa-dosa orang yang pernah menyediakan ladang amal baginya.
Kurniakanlah kepada kami, duhai Rabbi, kerinduan untuk bertaubat; hingga Engkau meredhai kami, dan kami meredhai-Mu. hingga Engkau tenang dengan kami, dan kami damai bersama-Mu. hingga Engkau menerima kami, dan kami terpaut semata-mata kepada-Mu.
Amiin, amiin, amiin..
Selawat dan salam atas Junjungan Termulia Kekasih-Mu Tercinta Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam Ahli keluarganya yang diberkati, Para sahabat yang diredhai.. serta hamba-hamba-Mu yang soleh yang menjejak langkah mereka hingga ke pengakhiran dunia..
Amiin, Ya Akramal Akramiin - Wahai Yang Maha Mulia dari sekalian yang mulia, Ya Arhamar Rahimiin - Wahai Yang Maha Penyayang dari sekalian yang penyayang. Kabulkanlah..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan