Januari 25, 2008

Berserah Pada Takdir & Anugerah




Tertundanya pemberian
setelah engkau mengulang-ulang permintaan,
janganlah membuatmu berpatah harapan.

ALLAH menjamin pengabulan doa sesuai
dengan apa yang Dia pilih buatmu,
bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri,

dan pada saat yang Dia kehendaki,
bukan pada waktu yang engkau ingini.

****


Ibnu 'Athaillah al-Sakandari,
kitab al-Hikam.

4 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

kerja Tuhan tiada siapa tahu.ia penuh dengan rahsia.

salam muhasabah diri~

firusfansuri berkata...

iya, sudah tentu
kerja Tuhan siapa tahu?

Tanpa Nama berkata...

tenang hati membace entry di sini.

kalau tidak keberatan..blh tak dikongsi bagamaimane care untuk tanam tawakal sebaik yg dinukilkan di entry ni..jazakallah khair

firusfansuri berkata...

Maaf ya kak, saya tak sedar komen ni..
bila saya belek2 semula petikan kata2 Ibnu 'Athaillah, baru
saya sedari ada persoalan yang saya terlepas pandang.

mungkin boleh saya pautkan pertanyaan akak,

pada jawapannya dalam entri yang ini.. huraian yang panjang lebar oleh al-'Arif BiLlah Ibnu 'Athaillah as-Sakandari, sendiri:

'Ya Allah.. Pilihkan Untukku!', 'Berserah Diri dan Tidak Ikut Mengatur',

dan

'Mengapa Tidak Boleh Mengatur?'.....


Intinya (saya ambil dari sini):

Manusia sering kali dibingungkan dengan dua pilihan
- pasrah terhadap ketentuan Allah, atau
- berusaha sekuat tenaga, dengan menyandarkan (keupayaan) fizikal dan pikiran

Pertanyaan itu tetap menjadi pertanyaan yang abadi sampai sekarang, seolah-olah tak ada yang bisa menjawabnya. Tetapi jangan khawatir, buku ini dapat memberikan jawabannya secara menawan. Dengan kepiawaian syeikh yang 'arif, Ibn Athaillah, dengan indah menawarkan cara yang tepat untuk menjawabnya. Buku ini bak kacamata, yang dengannya mata hati kita yang rabun, jadi bisa melihat lebih sempurna antara keduanya.


Ibn Athaillah menulis, jika berlaku suatu keinginan Allah terhadap hambanya, cahaya Allah membantu mereka dalam menghadapinya. Maka dapat terjadi beberapa hal positif:

1. Terbukanya pintu pemahaman membantu mereka menghadapi hukum Allah

2. Sampainya anugerah Allah membantu mereka menghadapi ujian

3. Kesadaran akan baiknya pilihan Allah membuat mereka kuat menghadapi takdirnya

4. Pengetahuan tentang ilmu Allah membuat mereka bisa bersabar menghadapi ketetapanNya

5. Pengetahuan bahwa Dia melihat, membuat mereka bisa bersabar menghadapi berlakunya semua ketetapan

6. Tampaknya Allah dengan segala keindahan-Nya membuat mereka bersabar atas segala perbuatan-Nya

7. Pengetahuan bahwa sabar akan mendatangkan ridha Allah, membuat mereka bisa bersabar menerima ketentuannya

8. Tersingkapnya hijab membuat mereka bisa bersabar menghadapi ketetapan-Nya

9. Kesedaran akan adanya rahasia ketentuan-Nya, menguatkan mereka memikul beban kewajiban

10. Pengetahuan tentang kelembutan dan kebaikan Allah dalam segala ketetapan-nya, membuat mereka bisa bersabar menetapi semua takdir-Nya.



Ibnu 'Athaillah menaqalkan lagi dalam bukunya, Al Tanwir fi isqath al-Tadbir:

'ADA BEBERAPA SEBAB mengapa kau tidak boleh ikut mengatur bersama Allah.

1. Engkau tahu bahwa Allah telah berbuat untukmu sebelum kau berbuat untuk dirimu. Sebelum kau ada dan sebelum kau ikut mengatur, Dia telah mengatur untukmu. Dan kini, setelah kau ada, Dia jugalah yang mengatur.

2. Pengaturan terhadap dirimu sendiri menunjukkan ketidaktahuanmu akan pengaturan-Nya yang baik kepadamu. Seorang mukmin mengetahui bahwa jika ia tidak ikut mengatur bersama Allah, Dia akan mengaturnya dengan baik sebagaimana firman-Nya, "Siapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan mencukupinya."

3. Takdir dan ketentuan yang berlaku kerap kali tidak sesuai dengan pengaturanmu. Hanya sebahagian kecil yang bertepatan dengan pengaturanmu. Orang berakal tidak akan membangun di atas landasan yang labil.

4. Allah Swt. adalah pengatur seluruh kerajaan-Nya, baik yang di atas maupun yang di bawah, yang ghaib maupun yang tampak. Sebagaimana kau telah menyerahkan pengaturan Arasy, Singgasana, langit, dan bumi kepadaNya, serahkan pula pengaturan dirimu di alam ini kepada-Nya.

5. Kau mengetahui bahwa dirimu adalah milik Allah. Dengan demikian, kau tidak berhak mengatur apa yang bukan milikmu. Engkau tidak bisa ikut campur mengatur apa yang tidak kaumiliki.

6. Kau mengetahui bahwa kau sedang dijamu oleh Allah Swt. Kerana, dunia adalah rumah Allah. Kau hanya singgah di sana. Seorang tamu semestinya percaya kepada sang pemilik rumah.

7. Sesungguhnya Allah senantiasa mengurus segala sesuatu. Bukankah Dia telah berfirman, "Allah, tiada Tuhan selain-Nya Yang Mahahidup dan Mahategak (terus-menerus mengurus seluruh makhluk-Nya)."

8. Tujuan dan akhir kehidupan seorang hamba adalah pengabdian, sebagaimana firman Allah Swt., "Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian menjemputmu."'' Jika hamba telah memusatkan dirinya untuk memelihara ibadahnya, tentu ia tidak akan sempat mengatur dan memerhatikan dirinya.

9. Engkau adalah hamba yang selalu Dia pelihara. Seorang hamba tidak boleh ragu kepada majikannya. Apalagi sang majikan selalu memberi dan tidak pernah mengabaikan. Inti ibadah adalah percaya kepada Allah dan pasrah kepada-Nya. Sikap itu berlawanan dengan hasrat ikut mengatur dan memilih bersama Allah. Seorang hamba harus mengabdi kepada-Nya, dan Dia akan memberikan karunia untuknya.

10. Sesungguhnya kau tidak mengetahui akhir dan akibat dari setiap urusan. Mungkin kau bisa mengatur dan merancang sebuah urusan yang baik menurutmu. Tetapi ternyata urusan itu berakibat buruk bagimu. Mungkin saja ada keuntungan di balik kesulitan dan sebaliknya, banyak kesulitan di balik keuntungan. Bisa jadi bahaya datang dari kemudahan dan kemudahan datang dari bahaya.
Mungkin saja anugerah tersimpan dalam ujian dan cubaan tersembunyi di balik anugerah. Dan bisa jadi kau mendapatkan manfaat lewat tangan musuh dan binasa lewat orang yang kaucintai. Orang yang berakal tidak akan ikut mengatur bersama Allah karena ia tidak mengetahui mana yang berguna dan mana yang berbahaya bagi dirinya.'



Demikianlah ringkasnya. Saya secara pribadi berharap besar pada buku ini, agar pembacanya bisa mengerti arti Al Tanwir fi isqath al-Tadbir; (berserah pada pengaturan Allah) dan tidak ikut mengatur. Percaya bahawa Dia selalu memberikan yang terbaik, betapapun buruknya suatu hal yang menimpa, di mata orang lain.


Wallahu a'lam.
Allah-lah Pemberi Taufiq.