Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengesakan-Nya baik melalui perkataan, perasaan, maupun perbuatan. Barang siapa (berbuat) demikian, ia benar-benar telah menyadari bahwa Dia Maha Esa. Hatinya tenteram dengan pengetahuan itu, perkataannya mencerminkan kebenaran dalam hatinya, serta ia terpicu dan terpacu untuk berbuat baik. Singkatnya, ia telah benar-benar beriman. Semua ini (pengesaan melalui perasaan, perkataan dan perbuatan) terjadi secara bersamaan pada diri seorang hamba. Tetapi, Allah menjadikan syahwat dan hawa nafsu sebagai bagian dalam diri manusia, serta menciptakan setan yang selalu mengembuskan keraguan dalam hati manusia dengan bujuk rayu yang mengalir bagai darah dan menyesap bak ikan dalam laut.
Allah menjadikan hati sebagai penguasa tubuh dan hawa nafsu sebagai penggerak tubuh serta pembawa kerancuan kepada kalbu. Setan selalu membujuk, membisik dan menggoda hati. Hawa nafsu menanggapi dan tertarik dengan bisikan itu, tetapi hati mukmin tetap tenang dengan imannya dan kalimat tauhid selalu menghiasi lidahnya.
Ketika tiba waktu menunaikan kewajiban, hawa nafsu datang menggoda dan setan pun melancarkan bisikan, sehingga jiwa cenderung mengikuti godaan hawa nafsu. Akibatnya, seseorang melakukan perbuatan orang yang tidak beriman, padahal hati dan lidahnya masih menyimpan keimanan kepada Allah Swt. Ia dikalahkan syahwat. Kezaliman hawa nafsu dan tipu daya setan telah mengalahkan hati kendatipun tidak mengubah pengetahuan di dalamnya. Hati sebenarnya tetap cenderung kepada keimanan, tetapi ia terpenjara dan tertindas. Hati selamanya dikendalikan oleh sesuatu yang menguasainya.
Al-Hakim Al-Tirmidzi
Adab al-Nafs
The Wisdom of Al-Hakim Al-Tirmidzi
Adab al-Nafs
The Wisdom of Al-Hakim Al-Tirmidzi
Tiada ulasan:
Catat Ulasan