Julai 05, 2008

Dan Allah Maha Pengampun (iii)





ALKISAH, seorang pemuda telah menghabisi nyawa 99 orang. ia hendak mencari orang paling alim. Ia pun ditunjukkan ke seorang rahib. Di hadapan rahib ini, ia bercerita bagaimana ia telah membunuh 99 orang, dan bertanya apakah masih ada peluang bertobat baginya. "Wah, tidak," tukas sang rahib. Saking kesalnya, pemuda itu pun langsung membunuh sang rahib, maka korbannya genaplah seratus.

Ia beralih mencari alim yang lain. Seseorang menyarankannya untuk menjumpai seorang kiai lagi ia menuturkan kemaksiatan yang telah ia lakukan. Ia lantas menanyakan apakah kira-kira Allah masih akan berkenan memberinya ampunan. "Mengapa tidak," jawab sang kiai, "pergilah ke masjid itu. Di sana banyak orang beribadah. Dan jangan kembali ke negerimu." Sedikit bersenang hati, si pemuda itu pun bergegas melangkahkan kaki menuju masjid yang dimaksud. Namun, ternyata ia menemui ajalnya di tengah perjalanannya.

Malaikat rahmat dan malaikat azab pun bertikai. "Ia telah bermaksud bertobat dan memalingkan hatinya kepada Allah," kata malaikat rahmat. "Oh, tidak. Ia sama sekali belum pernah melakukan kebaikan," kilah malaikat azab. Maka, Allah pun menengahi keduanya, "Ukurlah jarak antara tempat ia meninggal dan masjid tempat ia hendak bertobat. Mana yang lebih dekat?" Ternyata, lokasi kematiannya sehasta lebih dekat ke masjid yang ditujunya. Maka, malaikat rahmat pun berhak membawanya.

_________

  • Menyadari kalau diri telah penuh terlumuri maksiat bukanlah perasaan yang mengenakkan. Yang segera hinggap ialah keputusasaan. Melihat semuanya telah terlanjur dan tidak bisa diperbaiki. Masa lalu tampak sedemikian buruk, tapi sayangnya tak bisa diulang. Kejahatan yang telah diulang-ulang seolah memenuh-sesakkan ruang batin ini. Apalagi bila pada masa lalu seseorang juga telah mencoba memperbaik dirinya namun selalu saja gagal, tentu patah harapannya bisa menjadi-jadi. Rasa-rasanya segalanya telah terlambat!
  • Akan tetapi, memadamkan harapan sepertinya tidaklah memecahkan masalah. Masalahnya bisa teratasi justru bila secercah harapan hadir pada saat-saat demikian. Tidaklah baik, sebagaimana yang rahib tadi lakukan, untuk menutup rapat-rapat pemahaman bahwa Tuhan Maha Pengampun, bahwa betapapun Dia Maha Adil, Dia memiliki kemurahan yang tiada terhingga.
  • Beberapa orang merasa enggan melangkah memperbaiki maqam keberagamaannya dengan peringatan keras, namun malah "merasa beragama" dengan ajaran kasih sayang. Nyatanya, kesadaran orang yang hari-harinya dihabiskan untuk mengulang kemaksiatan bisa muncul segera bakda (selepas) diperingatkan akan kemurahan Allah.

Izza Rohman Nahrowi
Dan Allah Maha Pengampun:
Tak Memadamkan Asa di Sela Tumpukan Dosa

1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

Dalam satu Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman:
"Rahmat-Ku mendahului murka-Ku"
(Hadits riwayat Imam Muslim).

"Allah lebih berbahagia melihat tobat hamba-Nya melebihi kebahagian seseorang yang mendapatkan kembali untanya yang hilang"

Saudaraku,
Semoga, diri kita yang berlumur dosa ini tak tergolong sebagai orang-orang yg berputus asa akan Rahmat-Nya...

Ya Allah...

Dengan kemuliaan dan keagungan akhlak Rasulullah, kekasih-Mu, Karuniakanlah kami Taubatan nasuha, taubat yang sebenar-benarnya sebelum ajal datang menjemput kami...

Amiin Allahumma amiin..