Langit lebaran telah dibentangkanbumi lebaran telah dihamparkanberdoalah moga hati ini, seluas langit dan bumicukup untuk menampung dan mengampunisemua tindakan padanya yang menyakitiSeiring terbitnya mentari pagimohon diri sudi diampunidosa-dosanya yang telah mengotorihubungan Ilahi, hubungan insani selama iniSemoga segala amal perbuatanselama bulan Ramadhandiletakkan di sisi-Nya Yang Mengabulkan.Hidup selepas Ramadhan, kiranya diberi lanjutanadalah medan pembuktian & pengujiancintanya pada Tuhan sekadar khayalanatau cinta sebenar-benar orang berimandari amal-amalan selama sebulan.Semoga setelah meniti pergi, hari lebaranmakin teguh menempuh jalan kebenaran.Mereka yang tercerahkan, meneruskan pencarianbermula dari jalan kebenaran, lewat Al Qurantak berhenti pada mana-mana singgahan,langkahannya berterusan dan diteruskanhingga meraih sebenar-benar kebahagiaan,meraih keredhaan, kecintaanmenghadap Wajah-Nya yang berkekalandi mana saja ia lemparkan pandangan.menggubah asal kata dari laman______Selamat Hari Raya 'Aidilfitri buat semua.Mohon maaf atas segalanya,semuanya, zahir dan batin.
TaqabbalaLlahu minna wa minkum:
"Semoga Allah menerima
amal diri dan amal semuanya".
Minal 'Aidin wal-Faizin:
"Semoga kita semua tergolong
mereka yang kembali (kepada fitrah)
dan berhasil (dalam latihan menahan diri)".
September 20, 2009
Langit & Hamparan Lebaran
September 16, 2009
Sedingin Ramadhan
Dalam kucup dakap pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin bunga-bunga yang berserakan di tikar jagatrayatatkala hati kudus rebah di sejadah terawih.
Dalam kucup cinta pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin embun kausar yang membelit jiwatatkala watas sujud rapat dicelah-celah wajah-Nya
Dalam kucup sayang pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin tasbih putih yang memintal zikirtatkala diraut jari-jemari pohon-pohon kalbu
Dalam kucup rindu pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin rakaat witir yang berdiri pada Nurtatkala gumpalan hati menangis rindu pada Dia
Dalam kucup dendam pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin warna-warna hati yang dicelup cahayatatkala munajat dan kalimah suci berlagu kasih
Dalam kucup kasih pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin solat yang dibaja zarah-zarah imantatkala laungan Azan dimimbar langit
Dalam kucup peluk pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin doa mustajab yang singgah berlabuhtatkala keampunan dipohon berakar di dinding hati
Dalam kucup setia pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin sujud-sujud mukmin yang dimandikan syafaattatkala pintu-pintu langit terbentang indah.
Dalam kucup bahagia pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin airmata kasih mengaku cinta akan Diatatkala Lailatul-Qadar menampakkan diri.
Dalam kucup Sirr pada wajah Ramadanaku terasa...Sedingin ramadan yang mulia semulia bulantatkala rindu pada-Nya kekal abadi
Tujuhpuluhribu Hijab
betapa jauh perjalanantujuhpuluhribu hijab ini, ya Allahbetapa tebalnya megatujuhpuluhribu hijabmenerawangi cahaya-Mu, ya Allahbetapa tak berdayauntuk menempuh satu makam nafsuke satu makam nafsuselaksa tujuhpuluhribu hijab, ya Allahdi tengah gurun pasir kafilahkamilah unta-unta yang bebal dan tersesatmemikul beban dosa mencarimu, ya Allahdi tengah lautan perjuangankamilah armada yang tewasdikeroyok nafsu maha dahsyat maha gelora, ya Allahdi manakah tersimpan kunci ajaibuntuk membuka tujuhpuluhribu peti ladunidi dasar langit-Mu, ya Allahdi manakah taman-taman cahayayang bersemadi para kekasih bertasbih memuji-Mudalam setiap detik dalam setiap titikdalam setiap fana dalam setiap syuhuddi sebalik kami yang igaudalam tembok-tembok penjara duniasesempit tujuhpuluhribu hijab ini, ya Allahya Allah, betapa rindunya kami kepada-Muterasing siang dan malamtanpa bicara tanpa pendengaran tanpa penglihatanterkambus asyik di syurga kencanalepaskan kami, ya Allahdari tujuhpuluhribu pintu gerbangyang menutupi mata hati kamiya Allah, betapa jahilnya kamitidak mengenal-Mudalam pernafasan tujuhpuluhribu hijabyang kami sedut yang kami hembuskandari setiap denyutan nadiya Allah, betapa kami ini buta hurufkami sebenarnya tak mampu mengejatujuhpuluhribu huruf maknawiyang terhijab pada nama-Muya Allah, betapa dekatnya Kaulebih dekat dari urat leher kaminamun kami masih engkar mencari-Mudi luar diri kami yang tujuhpuluhribu hijabya Allah, kurniakan kami rindu Musabukan serpihan debu Thursinamata kamilah yang butakarena tak memandang Wajah-Mudi benua tujuhpuluhribu hijab initelinga kamilah yang tulikarena tak mendengar ayat-ayat-Mulidah kamilah yang bisukarena tak bersyukur kepada-MuJohar Buang
September 12, 2009
Lalai Yang Mengurung
Semakin hari semakin terkumpul dosa menggunung,
bagaimana layak pulang ke hadrah Yang Maha Agung.
Amalan masih banyak yang perlu ditampung,
sedangkan usia semakin menuju angka 'kosong'.
Bagaimana saban hari, terus sombong,
lalaikah dari pandangan-Nya yang tak terlindung?
Tiada manfaat setelah tidak berputusan menghitung,
jika belum menyedari, nurani-lah yang terselubung.
Persisiran 'Pergi Tak Kembali'
Betapa banyak hari dalam kehidupan kita
yang sudah 'pergi tak kembali',
yang menghanyutkan kita ke persisiran
'pergi tak kembali' yang benar-benar pasti.
Perjalanan hidup ini menuju suatu kepastian.
Malah, setiap yang pasti datang itu terlalu dekat.
Panggilan-Nya.
Permulaan kehidupan itu adalah peluang.
Pertengahan kehidupan itu adalah perjalanan,
hargai hari-hari yang mendatang dan
rayuan ampunan atas setiap kekurangan,
disusul perbaikan demi perbaikan
menuju penyempurnaan kehendak-Nya.
Kesudahan kehidupan itu adalah destinasi,
penutup peluang dan waktu mengambil keputusan.
Memang bukan kita yang memilih
untuk berjalan dalam kehidupan,
yang kita sendiri tidak memilih
bila dan bagaimana kesudahannya.
Namun, kita disuruh memilih corak
sepanjang anugerah perjalanan hidup ini
agar menentukan
corak kesudahan perjalanan tersebut.
Banyak benar masa-masa yang telah berlalu,
namun kosong dari ketaatan
dan penunaian tugas kehambaan.
Bagaimana pula dengan masa-masa
yang telah diisi dengan kemaksiatan?
Semoga Allah s.w.t. mengampuni
dosa-dosa diri yang penuh hina ini.
Perjalanan Berhujung Debaran
Sekarang sudah di tengah-tengah perjalanan,sama ada di tengah-tengah bulan Ramadhan,atau di tengah-tengah usia kehidupan.Esok belum menjanjikan kepastianyang dapat mententeramkan rasa kerugian hari inidek kehilangan banyak masa yang telah dianugerahkan.Bukan semua orang yang berjalan itu sampai.Namun orang yang memang tidak memulakan langkah untuk berjalan,memang pasti tidak sampai.Jangan putus asa biarpun kita lambat memulakan langkah.Baru dalam perjalanan menuju Allah s.w.t., bukan bererti suatu kelewatandan sudah lama dalam perjalanan itu juga bukan bererti suatu keselesaan.Hujung perjalanan kehidupan itu adalah waktu menerima keputusan.Tiada lagi peluang. Yang ada hanyalah debaran..
Tiada Yang Datang Lagi
Begitulah perjalanan manusiadi sepanjang kehidupan ini.
Tiada pernah berhentiuntuk terus melangkah, lagi.
Tiada kesempurnaan bagi manusia,yang tidak boleh disempurnakan lagi,
yang menyebabkan dia beralasanuntuk tidak terus menyempurnakan diri lagi.
Seseorang yang sempurna adalahorang yang menghayati
hakikat 'kesempurnaan'dengan makna yang makin menyempurnakankehendak-Nya, Yang Maha Sempurna.Ramadhan demi Ramadhan.
Bagi mereka yang menghayati,
maka mereka terus bersedia dalam gembira.
Bagi mereka yang lalai dari hakikat ini,
maka mereka sentiasa melihat Ramadhan
sebagai 'datang lagi',
seolah-olah semacam siri pengulangan.Selagimana ada usia,
maka selagi itu dianugerahkan
Ramadhan kepada manusia.
Hidup ini,setiap yang namanya'hari ini'itu berbeza-beza.'Hari ini' pada hari iniberbeza dengan segala 'hari ini'yang telah berlalu,
dan berbeza jugadengan setiap 'hari ini'yang akan datang.
Hakikatnya,yang hanya adapada kitaadalah 'hari ini'sedangkan yang telah berlaluadalah jutaan (malah lebih) 'hari ini'yang tidak akan hadir kembali.
Jadi, tiada istilah datang lagi
untuk setiap yang tidak pernah 'datang lagi'.
Tangis Rindu
Ramai manusia mencari apa yang belum pasti,
sedangkan dia menuju apa yang pasti (kematiannya).
Yang bijak, hanya dia yang mencari
dan menuju apa yang pasti (Tuhannya).
Ketika dalam kesunyian itu,
seruan semakin menggema.
Yang berbicara terus berbicara.
Yang menjadi pendengar terus setia.
Hanya yang ada, cinta dengan cinta.
Itulah ruang kesunyian
yang bisa menjernihkan kekaratan nafsu dunia.
Hidup ini terlalu lama
untuk menterjemahkan pertemuan dua cinta.
Bagaimana agar bisa terus melihat-Mu
setelah kembali melihat dunia?
Bagaimana bisa ku berinteraksi dengan-Mu
ketika keluar dari kesunyian inimenuju kesesakan dunia?
Usia dari awal kelahiran sehingga ajal yang entah bila
seolah-olah menjarakkan lagi pertemuan yang agung.
Hidup, punya seribu satu cerita,miliki misteri berinti makna.
Tangis rindu,
linangan mencari pertemuan syahdudalam keabadian cinta, mengharap cahaya bertamu.
September 05, 2009
Adabkan Diri Dalam Meminta
Engkau meminta dari Allah berarti menuduh-Nya.
Engkau meminta kepada-Nya berarti engkau mengumpat-Nya.
Engkau meminta kepada selain-Nya berarti engkau
tak punya rasa malu kepada-Nya.
Dan engkau meminta dari selain-Nya berarti engkau jauh dari-Nya.
~~~~
Orang yang selalu mengingati Allah dan khusyuk di jalan-Nya berada di jalan yang mengantarkan kepada-Nya. Adab yang baik adalah dengan memiliki hati yang rida, yang tercerahkan kerana kehadiran-Nya. Sedangkan adab yang buruk adalah adanya daftar tuntutan atas-Nya, baik yang spiritual maupun material. Kita semua perlu merasakan rahmat, kedekatan dan cinta-Nya. Allah memperbolehkan kita berada dalam rasa membutuhkan agar dapat lebih dekat kepada-Nya. Bersandar dan yakinlah hanya kepada-Nya dan pada keputusan-Nya nan sempurna. []
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,
diulas Syekh Fadhlullah Haeri
Label:
Ibnu 'Athaillah,
Mutiara 'Ariffin,
Petikan Kitab
September 04, 2009
Melangkah Terus Menuju-Nya
Bila semangat seorang salik ingin berhenti
pada sebagian yang tersingkap baginya,
suara-suara hakikat memperingatkannya,
"Yang engkau cari masih di depan!"
Demikian halnya bila tampak
keindahan alam,
hakikat-hakikat memperingatkanmu,
"Kami hanyalah batu ujian,
maka janganlah engkau kafir."
(QS 2: 102)
~~~~
Salik yang bersungguh-sungguh terkadang dibimbangkan oleh penglihatan batin dan penyingkapan yang ia alami. Allah memerintahkan kepatuhan secara total kepada cahaya mutlak-Nya, bukan pada pantulan-pantulan sekunder. Jika engkau bersungguh-sungguh mencari Kebenaran, maka engkau akan diarahkan untuk menggapai (saat) tersingkapnya tabir. Bila sebaliknya, maka engkau berada dalam konflik dan penderitaan makhluk yang terus-menerus akibat syirik yang samar ataupun tabir-tabir lainnya.[]
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,
diulas Syekh Fadhlullah Haeri
Label:
Ibnu 'Athaillah,
Mutiara 'Ariffin,
Petikan Kitab
September 03, 2009
Kesedaran Sebelum Meminta
Jangan meminta kepada Allah supaya engkau dipindah
dari suatu keadaan (hal) ke keadaan yang lain.
Sekiranya Dia menghendaki yang demikian,
Dia tentu telah memindahkanmu
tanpa mengubah keadaanmu sebelumnya.
~~~~
Orang yang tercerahkan melihat kesempurnaan dalam setiap keadaan dan situasi yang Allah berikan kepadanya. Dalam kondisi sehat, ia bersyukur dan bahagia. Jika ia sakit, ia menyadari rahmat dan karunia Allah dengan kesabaran dan kelapangan dada. Merasa puas dengan takdir-Nya adalah fondasi akhlak mulia kepada Allah, dan merupakan pintu menuju pencerahan dan pengetahuan batin. Semua ini memastikan bahwa keadaan dan pengalamannya dalam batas-batas jalur yang benar. Seseorang yang menyimpang mesti segera bertobat dan keluar dari kemaksiatannya. []
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,
diulas Syekh Fadhlullah Haeri
Label:
Ibnu 'Athaillah,
Mutiara 'Ariffin,
Petikan Kitab
September 02, 2009
Kejahilan Menunda
Menunda beramal (saleh) guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan diri.
~~~~
Watak nafsu adalah selalu mencari kelonggaran, kemudahan dan kesenangan. Menunda-nunda amal yang wajib dan "sepi ing pamrih"* adalah tipuan nafsu demi mengabadikan tuntutan (nafsu) dan kekuasaannya yang selalu bertambah. Alasannya, karena tak ada waktu dan tenaga. Orang bijak adalah dia yang bertindak melawan nafsunya, kebiasaan mentalnya pada masa lalu, dan bertindak dengan maksud mencapai tujuan yang lebih tinggi, baik dalam waktu senang, luang, susah, maupun sibuk. Dikatakan, waktu laksana pedang. Jika engkau tak menebasnya, engkaulah yang akan tertebas olehnya.[]
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,
diulas Syekh Fadhlullah Haeri
________
*sepi ing pamrih : pitutur (nasihat) orang Jawa yang bermaksud menghindar dari memerhatikan keperluan diri (hati, setepatnya).
Label:
Ibnu 'Athaillah,
Mutiara 'Ariffin,
Petikan Kitab
September 01, 2009
Kearifan Menanti
Sangatlah dungu orang yang menginginkan terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada suatu waktu.
~~~~
Orang yang mendapat penerangan cahaya Allah akan semata-mata menerima dan memahami sesuatu sebagaimana adanya, dan menyadari sesuatu sebagaimana penampakan dan manifestasinya sebagaimana dengan kesadaran dan keridaan. Fantasi dan ilusi adalah selubung-selubung kejahilan, yang membuat seseorang merasakan yang lain dari realitas yang tercermin dalam takdirnya. Itulah mengapa dikatakan bahwa kebenaran hanya dapat dipantulkan melalui hati yang suci dalam keberserahan diri pada keputusan Allah.[]
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,
diulas Syekh Fadhlullah Haeri
Label:
Ibnu 'Athaillah,
Mutiara 'Ariffin,
Petikan Kitab
Langgan:
Catatan (Atom)