Terbitlah purnama kepada kita
Dengan terbitnya tenggelam seluruh bulan lainnya
Rupawan seindah wajahmu tak pernah kami menyaksikannya
Wajah ceria penuh sukacita
Engkau mentari, engkaulah purnama
Engkau cahaya di atas segala cahaya
Engkau pembangkit semangat dan daya
Engkau lentera hati kita
Wahai kekasihku wahai Muhammad junjunganku
Wahai bintang dari Timur dan Barat
Wahai engkau sang pendukung wahai yang terpuji
Wahai imam dua kiblat
Siapa yang sempat melihat wajahmu betapa untungnya
Wahai engkau yang berbudi mulia pada orangtua
Mata airmu yang sejuk dan suci
adalah tempatku mereguk minum di hari kebangkitan nanti
Kami tak pernah melihat unta-unta
dari mana pun asalnya berjalan gembira
kecuali saat mereka menujumu semata
Awan-awan melindungimu
Dan tuan rumah mulia melimpahkan segala
Hadiah kehormatan bagimu saja
Pepohonan mendatangimu menitikkan airmata
merundukkan diri antara dua tanganmu
Dan kijang-kijang yang melesat itu wahai kekasihku
Mereka pun datang untuk perlindunganmu
Bila semua kafilah telah siap sedia
saat keberangkatan telah diumumkan bagi semua
‘Kudekati mereka dengan basah airmata
sembari berkata, “Tunggu sejenak, wahai tuan,
dan kirimkan untukku beberapa surat ini saja..”
Wahai rasa rindu yang tak tertanggungkan
Di tengah tujuan nampak rumah-rumah hunian
Waktunya malam hari dan saat awal subuh sekali
Di puncak gembira semua makhluk di alam raya ini
Untukmu wahai pemuda berdahi rupawan berseri
Cinta mereka bagimu sungguh tak ada yang memadai
Penuh tunggu penuh rindu
dalam kehadiran aura jiwamu
Umat manusia yang ada di mana-mana laksana terpana
Engkaulah penutup seluruh nabi
Dan pada Dia Tuhanmu bersyukur engkau tiada henti
Hamba-hambamu ini wahai Tuhan amat mengharapkan
seluruh rahmatmu berlimpah baginya tanpa henti
Fikiran kami tentang dirimu junjunganku Muhammad
senantiasa luhur dan suci
Wahai pembawa berita gembira wahai pemberi peringatan
bagi umat manusia
Bantu aku ya Allah dan lindungi aku
Wahai yang mampu melindungi seksa api neraka
Wahai yang mampu menolong dan tempat kami berlindung
di saat-saat malapetaka harus ditanggung
Sukacitalah sang hamba yang telah merasakan erti
bahagianya merdeka
dari segala pedih dan cemas atasmu Muhammad kekasih hati
yang cahayanya begitu terang layaknya purnama
bagimu seluruh kebaikan sempurna
Dibanding dirimu tak ada lagi yang lebih suci
Wahai datuk baginda Husain
Bagimu seluruh rahmat Allah semata
terus menerus melimpah sepanjang masa
Wahai engkau yang darjatnya tinggi diangkat
Maafkan segala dosa yang kami buat
dan maafkan segala kesalahan kami
Engkau Pemurah, Pemaaf bagi segala salah
dan segala laku tercela
Engkau yang memaafkan semua dosa
Engkau yang meluruskan jalan kami yang menyimpang
yang mengetahui semua rahsia
Bahkan yang paling dalam dari semua rahsia
Engkau yang menjawab semua doaku
Tuhanku, kasihi semua hambamu ini
melalui jalan kebajikan dan kebaikan
Semoga rahmatMu tercurah bagi Ahmad
rahmat melebihi seluruh baris
yang pernah ditulis
Aku berdoa bagi Muhammad yang selalu dalam bimbinganNya
Pemilik wajah cahaya wajah yang berkilau laksana sang surya
Malam hari kelahirannya bagi Islam adalah saat sukacita
saat semua berbangga
Hari itu anak perempuan Wahab
Memperoleh berkah kebesaran tak wanita lain pun
pernah mendapatkan
Dia pun mendatangi kaumnya
lebih anggun
bahkan dari Maryam wanita yang perawan selamanya
Masa kelahirannya adalah masa kederhakaan pada puncaknya
dan kelahirannya adalah puncak bencana bagi para penderhaka
Namun dalam suasana kebahagiaan penuh sukacita
Yang berjalan tanpa henti-hentinya
Khabar baik itu datang juga
Telah lahir seorang Muhammad
Peribadi yang selalu berada dalam bimbinganNya
dan masa bahagia
Serta yang di atasnya semua bahagia
datanglah pada akhirnya
Petikan bait-bait syair
buku Maulud Barzanji,
Sayyid Ja'far bin Hasan bin Abdul Karim Al-Barzanji