Bismil-L âhir-rachmânir-rachîm
Sidang fakir empunya kata
Tuhanmu zhâhir terlalu nyata
Jika sungguh engkau bermata
Lihatlah dirimu rata-rata
Kenal dirimu hai anak jamu
Jangan kau lupa akan diri kamu
Ilmu hakikat yogya kau ramu
Supaya terkenal akan dirimu
Jika kau kenal dirimu bapai
Elokmu itu tiada berbagai
Hamba dan Tuhan dâ‘im berdamai
Memandang dirimu jangan kau lalai
Kenal dirimu hai anak dagang
Menafikan dirimu jangan kau sayang
Suluh itsbât yogya kau pasang
Maka sampai engkau anak hulu balang
Kenal dirimu hai anak ratu
Ombak dan air asalnya satu
Seperti manikam much îth dan batu
Inilah tamtsil engkau dan ratu
Jika kau dengar dalam firman
Pada kitab Taurat, Injil, Zabur, dan Furqân
Wa Huwa ma‘akum fayak ûnu pada ayat Qur‘an
Wa huwa bi kulli syai‘in muchîth terlalu ‘iyân
Syariat Muhammad ambil akan suluh
Ilmu hakikat yogya kau pertubuh
Nafsumu itu yogya kau bunuh
Maka dapat dua sama luruh
Mencari dunia berkawan-kawan
Oleh nafsu khabî ts badan tertawan
Nafsumu itu yogya kau lawan
Maka sampai engkau bangsawan
Machbûbmu itu tiada berch â‘il
Pada ainamâ tuwallû jangan kau ghâfil
Fa tsamma wajhul-L âhisempurna wâ shil
Inilah jalan orang yang kâmil
Kekasihmu zhâhir terlalu terang
Pada kedua alam nyata terbentang
Pada ahlul-ma‘rifah terlalu menang
Wâ shil nya dâ‘im tiada berselang
Hapuskan akal dan rasamu
Lenyapkan badan dan nyawamu
Pejamkan hendak kedua matamu
di sana kau lihat permai rupamu
Rupamu itu yogya kau serang
Supaya sampai ke negeri yang henang
Seperti Ali tatkala berperang
Melepaskan Duldul tiada berkekang
Hamzah miskin orang ‘uryâ ni
Seperti Ismail menjadi qurbâni
Bukannya ‘Ajam lagi ‘Arab î
Senantiasa wâshil dengan Yang Bâ qî
Hamzah Fansuri
___
Hamzah Fansuri mengarang Rubâ ‘î dengan judul “Sidang Fakir Empunya Kata” bertujuan ingin bercerita tantang Allah sesuai dengan pengalaman batin yang dialaminya. Menurutnya, Allah itu terlalu nyata daripada semua hal yang nyata. Keadaan Allah dikatakan nyata karena seorang ‘Â rif dapat melihat-Nya dengan mata hatinya dan bukan dengan mata kepalanya. Karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang ‘Ârif agar dapat melihat Allah dengan jelas adalah mengenal dirinya yang pusatnya terletak di hati.
Hati seseorang harus selalu dicuci agar bersih dari sifat-sifat yang jelek. Penyucian hati perlu dilakukan secara terus -menerus dengan cara berbuat baik kepada siapa saja. Semakin bersih dan jernih hati seseorang, maka akan semakin jelas ia dapat melihat Allah. Selain itu, ia juga harus mempelajari dan mengamalkan ilmu hakikat dengan sunguh-sungguh. Hati seseorang yang bersih atau jernih dan ia dapat mengamalkan ilmu hakikat dengan sungguh-sungguh, maka pada akhirnya ia akan dapat bertemu dan bersatu atau menjadi tunggal dengan Allah Ta‘ala (Wachdatul-Wujûd).
Untuk dapat memahami kesimpulan di atas, seseorang dianjurkan memperhatikan tamsil (ibarat) yang dipandang dapat menghantarkannya untuk bertemu dan bersatu dengan Allah Ta‘ala (Wachdatul-Wujûd). Tamsil itu adalah ombak dan air asalnya satu. Hamzah Fansuri mengumpamakan alam semesta seisinya (semua makhluk) dengan ombak dan ia juga mengumpamakan Allah dengan air. Ombak berasal dari air dan kembalinya pun juga menuju ke air sebagai asal atau sumbernya. Artinya, ombak (manusia) berasal dari Yang Satu, yaitu Allah sehingga keduanya merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan (Wachdatul-Wujûd).
Hati seseorang harus selalu dicuci agar bersih dari sifat-sifat yang jelek. Penyucian hati perlu dilakukan secara terus -menerus dengan cara berbuat baik kepada siapa saja. Semakin bersih dan jernih hati seseorang, maka akan semakin jelas ia dapat melihat Allah. Selain itu, ia juga harus mempelajari dan mengamalkan ilmu hakikat dengan sunguh-sungguh. Hati seseorang yang bersih atau jernih dan ia dapat mengamalkan ilmu hakikat dengan sungguh-sungguh, maka pada akhirnya ia akan dapat bertemu dan bersatu atau menjadi tunggal dengan Allah Ta‘ala (Wachdatul-Wujûd).
Untuk dapat memahami kesimpulan di atas, seseorang dianjurkan memperhatikan tamsil (ibarat) yang dipandang dapat menghantarkannya untuk bertemu dan bersatu dengan Allah Ta‘ala (Wachdatul-Wujûd). Tamsil itu adalah ombak dan air asalnya satu. Hamzah Fansuri mengumpamakan alam semesta seisinya (semua makhluk) dengan ombak dan ia juga mengumpamakan Allah dengan air. Ombak berasal dari air dan kembalinya pun juga menuju ke air sebagai asal atau sumbernya. Artinya, ombak (manusia) berasal dari Yang Satu, yaitu Allah sehingga keduanya merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan (Wachdatul-Wujûd).
Artikel Penuh : Makna Teks “Sidang Fakir Empunya Kata”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan