Oktober 17, 2008

Pengikat Nikmat





"Orang yang diberi nikmat Allah seyogianya tidak merasa aman dari ujian-Nya sehingga ia teperdaya oleh nikmat, lupa mensyukurinya, lalai mengikat nikmat dengan tali syukur, dan kehilangan langgengnya nikmat.


Syukur atas nikmat harta adalah mengakui bahwa Allahlah pemberi nikmat itu dan senantiasa mencamkan itu dalam diri pada setiap keadaan serta melihat itu sebagai karunia dan anugerah-Nya. Di samping itu, sang penerima nikmat harta tidak merasa memiliki harta itu serta tidak melanggar batas dan tidak mengabaikan perintah Allah dalam penggunaan harta. Setelah itu, ia memenuhi hak harta, seperti zakat, denda, nazar, sedekah, menolong orang teraniaya, dan membantu orang yang membutuhkan dalam berbagai keadaan.


Syukur atas nikmat sehat jasmani adalah menggunakannya dalam ketaatan serta menghindari perbuatan yang haram, buruk, maksiat, dan berdosa.


Itulah pengikat nikmat agar tidak lepas. Jika penerima nikmat tidak bersyukur, tertipu dengan perhiasan dan kelezatan dunia, terkesima dengan kemilau dunia, lupa dengan racun dan bahaya dunia, serta buta terhadap bisanya yang mematikan, bersiap-siaplah menghadapi kehancuran serta menikmati musibah dan kefakiran di sini juga."



Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Futuh al-Ghayb
Pembukaan Alam Ghaib

Tiada ulasan: