Dalam kitab al-Hikam Ibnu 'Athaillah al-Iskandari, dinukilkan:
"Siapa yang memuliakanmu, maka sebenarnya hanyalah memuliakan indahnya tutup Allah pada dirimu. Karena itu, pujian adalah bagi Allah yang menutupimu, bukan bagi orang yang telah memuliakanmu dan berterima kasih kepadamu."
***
Engkau mungkin seorang yang cerdas akalnya dan mempunyai banyak keahliannya. Orang-orang menyanjung ketajaman pemikiran dan kecekatan kerjamu. Pernahkah engkau berpikir, siapakah yang memberikan cikal bakal semua kelebihan itu ketika engkau masih dalam janin? Pemberian-Nya adalah yang menentukan rezeki dan umurmu. Dia-lah Allah.
Dia-lah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Q.S. Ali Imran [3]:6)
Jika ada orang memuji kemampuan kita, maka pujian dan terima kasih harus kita berikan kepada yang telah menciptakan kita sehingga mempunyai kemampuan kita seperti itu.
Berapa banyak kekeliruan kita lakukan? Betapa sering kekeliruan itu tidak diketahui orang? Padahal, kalau saja kekeliruan-kekeliruan itu diketahui, jatuhlah harga diri kita. Betapa baik Allah sama kita! Bisa saja Dia menyingkapkan penutup-Nya, sehingga orang-orang mengetahui kekurangan kita. Tetapi, Allah bersabar dan membiarkan kita tetap terpuji di tengah-tengah sesama, seolah tidak terjadi apa-apa dengan diri kita. Dia membiarkan kita menikmati kedudukan dan kehormatan yang kita sukai.
Lantas, bagi siapakah pujian? Buat orang yang menyanjung kita, atau buat Allah yang memberi nikmat dan menutupi kekurangan kita? []
Berapa banyak kekeliruan kita lakukan? Betapa sering kekeliruan itu tidak diketahui orang? Padahal, kalau saja kekeliruan-kekeliruan itu diketahui, jatuhlah harga diri kita. Betapa baik Allah sama kita! Bisa saja Dia menyingkapkan penutup-Nya, sehingga orang-orang mengetahui kekurangan kita. Tetapi, Allah bersabar dan membiarkan kita tetap terpuji di tengah-tengah sesama, seolah tidak terjadi apa-apa dengan diri kita. Dia membiarkan kita menikmati kedudukan dan kehormatan yang kita sukai.
Lantas, bagi siapakah pujian? Buat orang yang menyanjung kita, atau buat Allah yang memberi nikmat dan menutupi kekurangan kita? []
***
Dipetik dari buku
Sadar untuk Bersandar,
oleh Sheykh Muhammad al-Ghazali.
____
[-] Bacaan tambahan : Pedang Pujian
Tiada ulasan:
Catat Ulasan