Jun 30, 2008

Introspeksi: Dalam diam





Abu 'Amer az-Zujaji, pernah mengatakan:

"Barangsiapa membicarakan tentang suatu hal (keadaan ruhani) padahal ia belum sampai kepadanya, maka pembicaraan itu merupakan fitnah bagi yang mendengarkannya, menjadi dakwaan palsu yang tumbuh di dalam hatinya, dan Allah menghalanginya untuk sampai pada hal tersebut."
[-] dipetik dari Risalah al-Qusyairiah, oleh Abil Qasim al-Qusyairi

Allahu.. Allah, jangan biarkan daku menghalangi diriku dari-Mu, oleh karena diriku sendiri.

Tuntutlah dirimu sendiri!






Jangan menuntut Tuhanmu karena permohonanmu belum dikabulkan. Namun, tuntutlah dirimu sendiri yang kurang sopan.

~~~~

Dengan kesopanan kepada Allah, datanglah semua kemajuan yang menyebabkan kelegaan total akan keputusan-Nya. Bagi salik yang selalu berbenah (memperbaiki diri), penundaan karunia akan mempertinggi keikhlasan dan menajamkan fokusnya agar tetap tertuju pada-Nya. Penundaan karunia juga akan membantu menuju kesempurnaan ibadah dan kepercayaan mutlak kepada jalan-jalan-Nya. Menyadari ketaksopanan kita mendorong kita menyadari kesempurnaan-Nya. []



No 109, Bagian 14 : Arti Permintaan dalam Jagat Pemberian
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Pentingnya dikurnia kesopanan






Yang penting bukanlah adanya permohonan, melainkan bahwa engkau diberi kesopanan.

~~~~

Lemah dan butuh (memerlukan) adalah sifat kita, dan itu tak akan pernah berakhir. Kebutuhan dan permohonan kita kepada Allah agar memenuhinya adalah kunci untuk mengingat-Nya, juga demi kesempurnaan ibadah kita kepada-Nya. Kesopanan tertinggi kepada Allah berlandaskan pada kepercayaan mutlak kepada-Nya dan penyaksian atas kehadiran-nya dalam setiap situasi dan peristiwa. Inilah sebenarnya makna dari la ilaha illa Allah. []



No 128, Bagian 16 : Imbalan dan Penghambaan
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Jun 22, 2008

Cita-cita Tertuju Pada Allah




Janganlah cita-citamu tertuju pada selain Allah. Harapan seseorang tak akan dapat melampaui Yang Maha Pemurah.

~~~~

Barang siapa yang mencapai pantai tauhid, maka ia akan membatasi seluruh niat dan perhatiannya hanya kepada samudra Allah. Sekali saja engkau mandi di sumber yang mengalirkan aliran dan anak sungai sekunder, maka engkau tak akan mempunyai keinginan kepada yang lainnya. Dialah Pemberi nafkah dan Sumber seluruh rahmat, karunia, dan tidak sesuatu pun bisa melampaui ataupun menguasai-Nya. []



No 38, Bagian 4 : Berhijrah Kepada Allah
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Memohon Kepada Allah





Jangan memohon kepada selain Allah karena Dialah yang memenuhi hajatmu. Bagaimana sesuatu selain-Nya bisa mengubah sesuatu yang sudah ditetapkan-Nya? Dan bagaimana orang yang tak mampu membebaskan dirinya dari kebutuhan (yakni kehendak dan keperluan) dapat membebaskan kebutuhan orang lain?

~~~~

Hanya karena keputusan Allah kita mengalami sempit dan lapang. Kebutuhan dalam berbagai levelnya, baik fisik, emosional, maupun spiritual merupakan pesan-pesan Allah yang tersandikan dan menuntut perhatian serta kesadaran sehingga kita memohon pertolongan-Nya. Kesalahpahaman dan tabir-tabir manusiawilah yang membuat kita berasumsi bahwa makhluk yang lain dapat menghilangkan kekacauan atau memunculkan hasil yang diinginkan (kita). []



No 39, Bagian 4 : Berhijrah Kepada Allah
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Berbaik sangkalah!




Jika engkau tidak bisa berbaik sangka kepada Allah karena keindahan sifat-sifat-Nya, maka berbaik sangkalah karena pertemanan-Nya bersamamu. Bukankah Dia selalu memberimu sesuatu yang baik-baik? Dan bukankah Dia senantiasa memberimu nikmat?

~~~~

Salik yang tulus merasa rida karena pengharapan yang tinggi kepada-Nya. Renungkanlah kemurahan-Nya pada masa lalu untuk meningkatkan imanmu kepada rahmat-Nya yang kekal tanpa syarat, di dunia maupun di akhirat. []



No 40, Bagian 4 : Berhijrah Kepada Allah
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


Jun 20, 2008

Dan Allah Maha Pengampun (ii)



  • Konsep "ampunan" begitu penting dalam agama. Pasalnya, agama telah menawarkan diri sebagai "rahmat" bagi segenap makhluk. Agama karenanya tidak cuma mendakwahkan "keadilan" Tuhan, tetapi juga "anugerah"-Nya. Dalam rumus keadilan Tuhan, segalanya akan dibalas secara setimpal, perbuatan baik ataupun perbuatan buruk. Sehingga, keadilan Tuhan menanamkan kecemasan di hati manusia. Akan tetapi, dalam rumus anugerah Tuhan, yang baik bisa dibalas dengan ganjaran berlipat-lipat, dan yang buruk bisa dimaafkan. Sehingga, anugerah Tuhan menumbuhkan keberharapan di kalbu orang. Jadilah hati orang beriman itu, sebagaimana sabda Rasul saw, memuat dua ruang: ruang kecemasan dan ruang keberharapan.

  • Bagi kebanyakan kita yang percaya pahala dan dosa, saat-saat bakda berbuat maksiat bisa sangat menyakitkan hati. Inilah saat-saat kita memerlukan tobat, proses kembali kepada jalan keridaan Allah.

  • Tobat adalah dalam rangka mengembalikan sikap sopan kita kepada Allah. Saat berbuat maksiat, kita telah melalaikan-Nya, telah tidak sopan di hadapan pengamatan-Nya yang tak berjeda. Karena itu, dua rukun pertama bertobat adalah rasa malu (kepada Allah) dan rasa menyesal. Keduanya adalah pangkal kepada (kembalinya) sikap sopan.

  • Dua rukun berikutnya adalah tak berputus asa dan berprasangka baik kepada Allah. Itu karena berpatah harapan dengan tumpukan dosa menjadi ketidaksopanan yang lain. Betapa tidak merupakan ketaksopanan, sementara ketika putus asa kita melalaikan keagungan dan rahmat Allah. Berhenti berharap kemurahan Allah merupakan sebentuk kesombongan. Alih-alih demikian, berprasangka baiklah kepada Allah bahwa Dia Maha Mengampuni. Bukankah Allah menuruti sangkaan hamba-Nya?

  • Dua rukun terakhir adalah bertekad tak mengulangi maksiat dan mendawamkan amal baik. Mengulangi maksiat sama saja dengan melanjutkan ketiadaan rasa malu dan ketidakseriusan rasa menyesal. Sementara tidak memperbanyak amal baik sama saja dengan tidak pede dan melalaikan keadilan Allah. Tak mengulangi perbuatan dosa dan mengamalkan kebaikan adalah pucuk kesopanan kita kepada Allah.

    "Banyak pekerjaan biasa bisa menjadi tabungan amal baik karena terbungkus niat yang bagus, sebagaimana banyak kewajiban menjadi tak bernilai karena terhias niat yang tak lurus."

Izza Rohman Nahrowi
Dan Allah Maha Pengampun:
Tak Memadamkan Asa di Sela Tumpukan Dosa

Jun 18, 2008

Dan Allah Maha Pengampun




  • Perlunya diri melihat luasnya karunia Allah saat kita merasa tak berdaya di tengah kepungan dosa-dosa. Seperti katanya Ibnu 'Athaillah dalam kitab al-Hikam,

    Janganlah suatu dosa yang terlihat begitu besar bagimu, merintangimu dari berprasangka baik kepada Allah. Sesungguhnya siapa yang mengenal Tuhannya, akan menganggap dosanya tak seberapa berbanding kemurahan~Nya.

    Kehadiran dosa-dosa kita jangan pernah melalaikan kita dari kehadiran Allah.

    Orang yang berputus asa ialah orang yang tidak menyadari bahwa Allah memiliki karunia yang luas, tidak percaya kalau anugerah Allah - bila ia mau mengaksesnya - lebih besar dari dosanya.

    Dus, pilihan baik saat kita melihat kejahatan tampak begitu besar adalah berprasangka baik kepada Allah.

    Kalau Allah ialah Sang Penyabar (al-Shabur), mengapa kita sendiri tidak sabar dengan tumpukan dosa kita?

  • Nabi s.a.w. bersabda,

    Hamba yang penuh dosa namun selalu mengharap keampunan Allah, lebih baik ketimbang hamba yang selalu beribadah namun putus asa dari rahmat~Nya.

    Kata Ibnu 'Athaillah lagi,

    Apabila engkau berbuat dosa, maka itu jangan menjadi alasan keputusasaanmu dalam menggapai istiqamah dengan Tuhanmu, kerana bisa jadi itulah dosa terakhir yang ditakdirkan bagimu.

  • Putus asa bukanlah pilihan baik saat menyadari betapa banyak dosa diri. Alih-alih, diri perlu membangkitkan harapan akan luasnya ampunan Allah. Perhatikan betapa banyak kisah insan bertaubat yang mana Allah menyambut taubat mereka yang tulus, yang disertai prasangka-baik bahwa Allah Maha Pengampun.

    Bertaubat berarti mengembalikan sikap sopan kepada Allah. Saat berbuat maksiat, diri telah melalaikan~Nya, telah tidak sopan di hadapan pengamatan~Nya yang tidak berjeda. Mengulangi maksiat sama saja dengan melanjutkan ketidaksopanan itu.

    Sementara berpatah harapan dengan tumpukan dosa juga menjadi ketidaksopanan yang lain, karena berhenti berharap kemurahan Allah merupakan suatu bentuk 'kesombongan'.

    Putus asa di hadapan perbuatan maksiat yang menggunung, bisa berarti kelalaian diri bahwa Allah Maha Pemurah dan Maha Pengampun.


    Izza Rohman Nahrowi
    Dan Allah Maha Pengampun:
    Tak Memadamkan Asa di Sela Tumpukan Dosa

Jun 14, 2008

Muzakarah Ilmiah sekitar Tasawuf






Ajaran Sufi dan Tasawuf Bukanlah Dari Ajaran Islam Yang Dibawa Rasulullah Sallallahualaihiwasalam
(diterbitkan 9 Disember 2005)
oleh Ustaz Emran Ahmad

link asal
link kedua


~~~



Siri Penerangan Tasawuf:

Ajaran Tasawuf dan Sufi dari Ajaran Islam: Satu Jawapan
(diterbitkan 21 November 2006)
oleh Ustaz Raja Ahmad Mukhlis



Siri Penerangan Tasawuf (1)


Siri Penerangan Tasawuf (2)


Siri Penerangan Tasawuf (3)


Siri Penerangan Tasawuf (4)


Siri Penerangan Tasawuf (5)


Siri Penerangan Tasawuf (6)


Siri Penerangan Tasawuf (7)


Siri Penerangan Tasawuf (8)


Siri Penerangan Tasawuf (9)


Siri Penerangan Tasawuf (10)


Siri Penerangan Tasawuf (11)


Siri Penerangan Tasawuf (12)


Siri Penerangan Tasawuf (13)


Notakaki :
Sama-sama menambah ilmu.
Berlapang dada, beradab terhadap ilmu dan ulama, dan bersikap adil dalam memahami.

Jun 12, 2008

Munajat si pendosa.





Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami mudah terjerumus dalam kesalahan. Itu karena kami percaya pada diri kami, pada amal kami, dan pada hati kami. Seharusnya kami sadar bahwa kami wajib bersandar. Ya, bersandar kepada Engkau, Ya Allah!



Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu mengulang kemaksiatan. Itu kerana kami selalu berbangga dengan setiap ketaatan yang kami lakukan. Seharusnya kami sadar bahwa bukan kami sendiri yang membuat diri kami taat, melainkan Engkau (yang mengkehendaki), Ya Allah!


Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu melayang karena pujian, selalu terinjak oleh hinaan. Itu karena kami sebentar-sebentar melupakan-Mu. Seharusnya, kami sadar bahwa Engkau-lah Tujuan utama kami, bukan makhluk yang mudah menghina dan memuji.


Ya Allah, lesatkanlah ruh-Mu untuk menggusur nafsu di hati kami! Ya Allah, tuntun kami ke samudera ketulusan yang tanpa batas, ke angkasa kerinduan tanpa akhir; demi~Mu, untuk~Mu!


Ya Allah, daku bersyukur kepada~Mu, atas masih hidupnya kalbuku.


***

Ibnu 'Athaillah as-Sakandari



Jun 11, 2008

Ingin Segera Terkenal?




Dalam kitab al-Hikam Ibnu 'Athaillah al-Iskandari, dinukilkan:

"Pendamlah wujudmu dalam tanah (untuk sekian waktu), sebab apa yang tumbuh dari sesuatu yang tidak dipendam, buahnya tidaklah sempurna."


***


Kalimat ini cukup untuk memberi arahan orang-orang yang ingin segera terpandang, orang-orang yang mengira bahwa secuil pengetahuan dan pengalaman bisa menjadi bekal memadai untuk memimpin masyarakat. Padahal, kehidupan masyarakat amatlah kompleks.

Untuk menjadi pemimpin, baik pemimpin dunia maupun pemimpin agama, seseorang memerlukan kesabaran bertahun-tahun dan perjuangan yang tidak sebentar. Seseorang perlu terlebih dahulu menggembleng dirinya dalam kesunyian, kebisuan dan ketenangan (Perhatikan, bahwa Nabi s.a.w. mengasingkan diri/berkhalwat di Gua Hira' buat sekian waktu sebelum menerima amanah kerasulan). Ibarat sebuah tanaman yang benihnya terpendam dalam tanah tetapi kemudian mulai membelah tanah untuk menghirup udara dan cahaya. Apa salahnya jika seseorang menarik diri, barang sebentar atau bahkan lama, dan tidak tampil di tengah khalayak umum sebelum matang bakatnya?

Namun, yang sering kita saksikan sekarang adalah orang menulis sejumlah artikel lalu mengklaim dirinya sebagai pakar. Atau, orang menguasai bidang profesi tertentu lalu mengklaim dirinya sebagai ahli. Kalau saja ia memilih untuk "bertapa" beberapa lama guna memoles diri, tentulah hasilnya lebih baik.


Kendati begitu, imanmu akan sempurna jika engkau melakukan hal itu karena Allah, bukan untuk mempamerkan diri. Sebab, orang yang mencari-cari sanjungan manusia, justru akan jatuh martabatnya di mata Allah. Hindarkan diri dari dua hal! Pertama, tampil ke muka sebelum engkau betul-betul cakap (mampu berbuat apa yang dicakap i.e 'walk the talk' - pen.) Kedua, tampil ke muka setelah benar-benar mampu, untuk mengundang pujian manusia (ingin meraih sanjungan manusia, lalu berbuat kerana manusia, bukan kerana Allah - bersifat riya'. Naudzubillah). []



Dipetik dari buku
Sadar untuk Bersandar,
oleh Sheykh Muhammad al-Ghazali.


____

Dekat Pada-Mu




"Mendekat kepada Allah, tak bererti
beralih dari posisi yang jauh
ke posisi yang dekat dengan-Nya,

kerana Allah dan kita
sudah pun sangat dekat.

Mendekat kepada Allah,
bererti
menyedari dan merasai
kedekatan-Nya
dengan kita."


Izza Rohman Nahrowi,
dari bukunya 'Dan Allah Maha Pengampun'

Jun 10, 2008

Harga Minyak 2 : Edisi Motivasi

Poster-poster 'motivasi', hasil buah tangan Tuan Tawel-Sensei. Kata beliau:

"Bila harga minyak naik, jiwa jadi sedih dan kacau. Mudah-mudahan 3 poster motivasi yang saya siapkan di bawah ini boleh membantu.
Klik setiap gambar untuk membesarkan saiznya.




Gambar poster Peluang diambil oleh Drs Khalil Idham Lim. Kelihatan kereta berbaris panjang bagi mengambil peluang untuk mengisi minyak di stesen minyak Petronas kawasan Parit Buntar sebelum kenaikan harga petrol yang mendadak.





Gambar poster Kejayaan diambil oleh Dil. Selamat tinggal RM 1.92 seliter. Sabarlah.. Barang yang lepas jangan dikenang kerana kalau dikenang meracunlah diri.





Gambar poster Nikmat adalah ihsan mSTAR Online. Azhan Sharom menunjukkan botol berisi minyak bagi setiap ringgit yang dibelanjakan. Kuantiti botol kiri berdasarkan harga lama manakala yang kanan pula jika mengikut harga baru."

Jun 05, 2008

Harga Minyak




Ia. Bercerita sendiri.

Sekali lagi, Kerja Allah siapa tahu?
Kita bukannya tahu dengan pasti.
Cuma mengagak. Belum tahu.
Bukannya benar-benar tahu.
Hakikinya, Dia Maha Tahu.

Sekadar menyatakan keadaan kini.
Kita punya upaya untuk perbaiki.
Sandarkan pada~Nya.
Usaha semampu diri.
Dunia ini medan uji.


[-] Carta yang beraneka warna dan mencuit ini,
adalah ihsan Saharil dot Com.

Jun 04, 2008

Jangan Meragui Janji Allah







Tak terjadinya sesuatu yang dijanjikan, padahal waktunya telah tiba, janganlah sampai membuatmu ragu terhadap janji Allah itu. Supaya, yang demikian tidak mengaburkan pandangan mata batinmu dan memadamkan cahaya relung hatimu.


~~~


Untuk mempertahankan jalan yang tepat menuju pencerahan batin, kita perlu membuang semua keraguan terhadap kesempurnaan, keadilan dan kebijaksanaan Allah di balik bentangan peristiwa yang terjadi sesuai dengan urutan dan waktunya dengan tepat. Yang terpenting adalah penyerahan diri sepenuhnya dan kepercayaan total kita kepada kehendak dan tujuan~Nya, meskipun kita mungkin sudah memperoleh ilham yang benar dan wawasan batin menuju suatu penyingkapan atau peristiwa, yang tidak terjadi. []



No 7, Bagian 1
Kitab Al-Hikam
Ibnu 'Athaillah as-Sakandari,

diulas Syekh Fadhlullah Haeri


____.

Masa-masa sukar menjadi medan ujian keyakinan diri akan janjinya kepada~Mu.. Allah peliharalah hati ini, supaya tiada ia sukacita akan sesuatu yang ada padanya, dan tiada pula berduka lara atas ketiadaan sesuatu padanya.. mudahan bersamaan keadaan hati tetap memandang pada~Mu.. kala dihadap pujian mahupun dirundung penghinaan, baik saat mengecapi kemudahan atau meredahi kesulitan, tetapkanlah ya Allah, supaya nurani sang hamba ini mengutama pandangan~Mu melampaui segalanya. Allahu.. Allah.


[-] Jemput baca: Allah Cinta Agung

Jun 03, 2008

God is the Light


[35] Allâh is the Light of the heavens and the earth. The parable of His Light is as (if there were) a niche and within it a lamp: the lamp is in glass, the glass as it were a brilliant star, lit from a blessed tree, an olive, neither of the east (i.e. neither it gets sun-rays only in the morning) nor of the west (i.e. nor it gets sun-rays only in the afternoon, but it is exposed to the sun all day long), whose oil would almost glow forth (of itself), though no fire touched it. Light upon Light! Allâh guides to His Light whom He wills. And Allâh sets forth parables for mankind, and Allâh is All-Knower of everything.


[an-Nur : 35]

___.





Yusuf Islam & Raihan - GOD IS THE LIGHT

How great the wonders of the heavens
And the timeless beauty of the night
How great – then how great..
The Creator

And its stars like priceless jewels
Far beyond the reach of kings
Bow down for the shepherd,
guiding him home.



But how many eyes are closed
To the wonders of this night
Like pearls, hidden deep
beneath a dark stream of desires.

But like dreams vanish
with the call to prayer
And the dawn extinguishes night
here too - are signs
God is the Light
God is the Light.





How great the beauty of the Earth
and the creatures who dwell on her.
How great – then how great..
The Creator

As its mountains pierce the clouds
High above the lives of men
Weeping, rivers
for thousands of years.

But how many hearts are closed
To the wonders of this sight?
Like birds in a cage,
asleep with closed wings





But like work stops
with the call to prayer
And the birds reside
here too - are signs
God is the Light
God is the Light.


How great the works of man
and the things he makes
How great.. then how great
The Creator

Though he strives to reach the heavens
He can barely survive
The wars, of the world
he lives in.





Yet, how many times he’s tried,
himself to immortalise?
Like his parents before him
in the Garden of Eden

But like the sun sets
with the call to prayer
And surrenders to the night
here too - are signs

God is the Light Everlasting
God is the Light Everlasting
God is the Light Everlasting
God is the Light Everlasting.





~~~~

Related reading:
Misykaatul Anwar of Imam al-Ghazali (in Malay)
Link 1
Link 2

Jun 02, 2008

Mencintai Allah dan kerana Allah.








Asas persahabatan ialah setia dalam bercinta antara satu dengan yang lain dan tulus-ikhlas dalam berkasih-sayang, selagi ia dihalakan kepada Allah dan kerana Allah, maka pahalanya adalah amat besar.


Sabda Rasulullah s.a.w. dalam sebuah Hadis Qudsi:

"Allah telah berfirman: Pasti mendapat kecintaanKu bagi dua orang yang sayang-menyayangi keranaKu, dua orang yang duduk bersama-sama keranaKu, dua orang kunjung-mengunjungi keranaKu, dan dua orang yang tolong menolong keranaKu."


Sabdanya lagi dalam sebuah Hadis Qudsi yang lain:

"Berfiman Allah Ta'ala di Hari Kiamat: Mana dia orang-orang yang bercinta-cintaan kerana keagunganKu. Hari inilah Aku akan menaungi mereka di bawah naunganKu; iaitu hari yang tiada naungan selain naunganKu."


Sabdanya lagi:

"Sesiapa yang ingin merasakan kemanisan iman, hendaklah ia mencintai seseorang, tiada mencintainya melainkan kerana Allah."


Dalam sebuah sabda Rasulullah s.a.w tersebut: Tujuh orang yang akan dinaungi Allah di bawah naunganNya, pada hari tiada naungan selain naunganNya. Baginda telah menyebut satu persatu orang-orang itu, sehingga katanya: Dan dua orang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul dan berpisah semata-mata kerana Allah.





Apabila seseorang mencintai orang lain, bersahabat dan membiasakan diri dengannya, kerana dilihatnya orang itu mencintai Allah, dan taat-setia kepada perintah Allah, maka hal sedemikian itulah yang dikatakan bercinta-cintaan kerana Allah Ta'ala.

Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana orang itu membantunya di dalam selok-belok agama, dan mengarahkannya untuk bertaat-setia terhadap Tuhannya, maka hal sedemikian itu juga dikira bercinta-cintaan kerana Allah.

Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana orang itu bisa membantunya dalam urusan keduniaan, yang mana dengannya ia bisa mengurus urusan akhiratnya, maka itu juga termasuk cinta-mencintai kerana Allah.


Ataupun jika ia mencintai orang itu dan bersahabat dengannya, kerana dirinya merasa senang berkawan dengan orang itu, dan dadanya merasa lapang bila duduk bersama-sama dengannya; atau pun barangkali orang itu dapat menolongnya di dalam urusan keduniaannya, dan di dalam hal-ehwal kehidupannya, yang mana menerusinya ia bisa hidup senang-lenang, maka cinta itu adalah cinta tabi'i, cinta biasa yang tidak ada kena-mengena sedikit pun dengan Allah. Persahabatan itu timbul kerana kecenderungan semata-mata, dan meskipun ia tetap harus hukumnya, tidak sunyi dari kebaikan mudah-mudahan.


Adapun jika ia bersahabat kepada seseorang, kerana orang itu bisa menemannya untuk pergi ke tempat maksiat, atau membantunya untuk menganiaya orang, ataupun memimpin dan menunjuknya ke jalan-jalan fasik dan mungkar, maka persahabatan serupa itu dan kecintaan semacam itu adalah persahabatan yang dicela dan kecintaan yang tidak berguna, kerana ia menarik kita ke jalan syaitan, yang tidak ada kena-mengena sedikit pun dengan Allah. Persahabatan dan kecintaan serupa inilah yang akan bertukar menjadi permusuhan di akhirat, malah kadangkala belum sempat tiba di akhirat, di dunia dahulu sudah menjadi porakporanda.


Firman Allah Ta'ala:

"Sahabat-sahabat pada hari itu, satu sama lain bermusuh-musuhan, kecuali orang-orang yang bertaqwa."
(az-Zukhruf: 67)






____.

dipetik daripada

Kitab Nasihat Agama dan Wasiat Iman,
dialihbahasakan dari
Kitab an-Nasha'ih ad-Diniyah wal-Washaaya al-Imaaniyah
karya Imam Habib Abdullah Haddad,
oleh Ustaz Syed Ahmad Semait.



Allah-lah Penganugerah Hakiki.







Dalam kitab al-Hikam Ibnu 'Athaillah al-Iskandari, dinukilkan:



"Siapa yang memuliakanmu, maka sebenarnya hanyalah memuliakan indahnya tutup Allah pada dirimu. Karena itu, pujian adalah bagi Allah yang menutupimu, bukan bagi orang yang telah memuliakanmu dan berterima kasih kepadamu."


***


Engkau mungkin seorang yang cerdas akalnya dan mempunyai banyak keahliannya. Orang-orang menyanjung ketajaman pemikiran dan kecekatan kerjamu. Pernahkah engkau berpikir, siapakah yang memberikan cikal bakal semua kelebihan itu ketika engkau masih dalam janin? Pemberian-Nya adalah yang menentukan rezeki dan umurmu. Dia-lah Allah.


Dia-lah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Q.S. Ali Imran [3]:6)



Jika ada orang memuji kemampuan kita, maka pujian dan terima kasih harus kita berikan kepada yang telah menciptakan kita sehingga mempunyai kemampuan kita seperti itu.


Berapa banyak kekeliruan kita lakukan? Betapa sering kekeliruan itu tidak diketahui orang? Padahal, kalau saja kekeliruan-kekeliruan itu diketahui, jatuhlah harga diri kita. Betapa baik Allah sama kita! Bisa saja Dia menyingkapkan penutup-Nya, sehingga orang-orang mengetahui kekurangan kita. Tetapi, Allah bersabar dan membiarkan kita tetap terpuji di tengah-tengah sesama, seolah tidak terjadi apa-apa dengan diri kita. Dia membiarkan kita menikmati kedudukan dan kehormatan yang kita sukai.


Lantas, bagi siapakah pujian? Buat orang yang menyanjung kita, atau buat Allah yang memberi nikmat dan menutupi kekurangan kita? []

***


Dipetik dari buku
Sadar untuk Bersandar,
oleh Sheykh Muhammad al-Ghazali.


____


[-] Bacaan tambahan : Pedang Pujian

Jun 01, 2008

Tanda-tanda Cinta





Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
dalam surah at-Tahrim, ayat 8 :
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang sungguh-sungguh, nescaya Allah
akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu,
menutupi aibmu, dan memasukkan kamu ke dalam surga-Nya,
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai."

Subhanallah..
Bertaubatlah sungguh-sungguh
Allah sayang sama kita.
Selama hayat dikandung badan,
selagi jantung masih berdetak,
segeralah, jangan tunda taubat sungguh-sungguh.

Dan malaikat pun menyertai kalian
seraya mendu'akan dan mengaminkan du'a-dua kalian
agar kalian keluar dari kegelapan menuju cahaya.
Dan Allah benar-benar menyayangi orang-orang beriman
yang selalu berdzikir kepada-Nya.

Salam dari Allah bagi mereka yang selalu berdzikir pada-Nya,
dan Allah persiapkan untuk mereka
ganjaran yang mulia.

Subhanallah..
Bukankah kekasih senang menyebut nama Kekasihnya?
Bukankah kekasih senang membanggakan nama Kekasihnya?
Bukankah Kekasih senang dibanggakan oleh kekasih-Nya?
Semakin cinta, semakin banyak kita menyebut nama-Nya.

[-] M. Arifin Ilham, Intro bagi lagu 'Dengan Menyebut Nama Allah'.

~~~~


TANDA-TANDA CINTA KEPADA ALLAH
Menurut Imam al-Ghazali


Banyak orang mengaku mencintai Allah, tetapi mereka harus mempertanyakan kembali, semurni apakah kecintaan mereka itu? Kecintaannya harus diuji, di antaranya dengan tidak membenci kematian, karena seorang "teman" tidak akan takut bertemu "teman"nya. Nabi saw. bersabda, "Siapa yang ingin melihat Allah, Allah pun ingin melihatnya." Memang benar, seorang pencinta Allah yang ikhlas mungkin saja takut akan kematian sebelum tuntas mempersiapkan dirinya untuk kehidupan akhirat. Namun, jika ia benar-benar ikhlas, pasti ia akan bersemangat mempersiapkan diri. Jadi, salah satu tanda bahwa seseorang mencintai Allah adalah tidak takut mati.





Tanda berikutnya adalah kesediaan seseorang untuk mengorbankan segala hasrat dan kehendaknya demi mencapai kehendak Allah. Ia harus mengikuti dan melaksanakan segala sesuatu yang dapat mendekatkannya pada Allah seraya menjauhkan diri dari segala yang menjauhkannya dari Allah.


Kendati demikian, orang yang pernah melakukan dosa tidak lantas divonis tidak mencintai Allah sama sekali. Keberdosaannya itu semata-mata membuktikan bahwa ia tidak mencintai-Nya sepenuh hati. Wali Fudhail berkata kepada seseorang, "Jika ada yang bertanya kepadamu, cintakah engkau kepada Allah, diamlah; karena jika kaujawab, 'Aku tidak mencintai-Nya,' kau telah kafir; dan jika kaujawab, 'Ya, aku mencintai-Nya,' berarti kau dusta karena banyak perbuatanmu yang bertentangan dengan pengakuanmu."


Tanda yang ketiga adalah pikiran yang selalu hidup dan segar berkat zikir kepada Allah. Setiap saat, ingatan kepada-Nya tak pernah lepas dari pikirannya. Seorang pencinta pasti akan terus mengingat kekasihnya. Dan jika cintanya itu sempurna, tentu ia tidak akan pernah melupakan-Nya. Meski demikian, mungkin saja cinta kepada Allah tidak menempati tempat utama di hari seseorang, namun kecintaan akan cinta kepada Allah menguasai hatinya. Kedua hal itu, cinta kepada Allah dan kecintaan akan cinta kepada-Nya, sungguh berbeda.





Tanda cinta kepada Allah yang keempat adalah mencintai Alquran, firman Allah, dan mencintai Muhammad Nabiyullah. Lalu, jika cintanya benar-benar kuat, ia akan mencintai semua manusia, karena mereka semua adalah hamba Allah. Bahkan, cintanya akan meliputi seluruh makhluk, karena orang yang mencintai seseorang akan mencintai karya-karya cipta dan hasil tangannya.


Tanda yang kelima adalah adanya hasrat yang kuat untuk beruzlah demi tujuan ibadah. Seorang yang mencintai Allah senantiasa mendambakan datangnya malam agar bisa berhubungan dengan Temannya tanpa halangan. Jika ia lebih menyukai bercakap-cakap di siang hari dan tidur di malam hari ketimbang melakukan uzlah seperti itu, berarti cintanya tidak sempurna. Allah berkata kepada Daud a.s., "Jangan terlalu dekat dengan manusia, karena ada dua jenis manusia yang jauh dari kehadiran-Ku, yaitu orang yang bernafsu mencari imbalan namun semangatnya kendur setelah mendapatkannya, dan orang yang lebih menyukai pikiran-pikirannya sendiri dari mengingat-Ku. Tanda-tanda keengganan-ku adalah Aku membiarkannya sendirian."


Sebenarnya, jika cinta kepada Allah benar-benar menguasai hati manusia, kecintaan kepada segala sesuatu yang lain (selain Allah) akan sirna. Dikisahkan bahwa seorang Bani Israil biasa salat di malam hari. Tetapi ketika melihat seekor burung yang selalu bernyanyi dengan merdu di atas sebatang pohon, ia mulai salat di bawah pohon itu agar dapat menikmati nyanyian burung itu. Allah memerintahkan Daud a.s. untuk mengunjunginya dan berkata kepadanya, "Engkau telah mencampurkan kecintaan kepada seekor burung yang merdu dengan kecintaan kepada-Ku sehingga tingkatanmu di antara para wali melorot jatuh." Di lain pihak, ada orang yang sangat mencintai Allah hingga ketika sedang beribadah kepada-Nya dan rumahnya terbakar habis, ia tidak menyadarinya sama sekali.





Tanda yang keenam adalah perasaan riang dan mudah untuk beribadah. Seorang wali berkata, "Selama tiga puluh tahun pertama aku menjalankan ibadah malamku dengan susah payah, tetapi tiga puluh tahun kemudian bahkan aku sangat menyukainya." Jika kecintaan kepada Allah sudah sempurna, tak ada kebahagiaan yang bisa menandingi kebahagiaan beribadah kepada-Nya.


Tanda ketujuh adalah mencintai orang yang menaati-Nya dan membenci orang yang kafir dan orang yang tidak taat, sebagaimana dikatakan Alquran: "Mereka bersikap keras kepada orang kafir dan saling mengasihi di antara sesamanya." Nabi saw. pernah bertanya kepada Allah, "Ya Allah, siapakah pencinta-pencinta-Mu?" Dia menjawab, "Orang yang berpegang erat kepada-Ku layaknya seorang anak yang kepada ibunya; yang berlindung dalam mengingat-Ku sebagaimana seekor burung mencari perlindungan di sarangnya; dan orang yang murka melihat perbuatan dosa, layaknya seekor macan (bhs Melayu : singa) ketika marah; ia tidak takut kepada apa pun." []


Imam al-Ghazali
Bahagia Sentiasa : Kimia Ruhani Untuk Kebahagiaan Abadi [PT Serambi]
diterjemahkan dari The Alchemy of Happiness [J. Murray, London],
dengan merujuk edisi bahasa Arab, Kimiyyah al-Sa'adah [Dar al-Fikr].