Dalam kitab al-Hikam Ibnu 'Athaillah al-Iskandari, dinukilkan:
"Pendamlah wujudmu dalam tanah (untuk sekian waktu), sebab apa yang tumbuh dari sesuatu yang tidak dipendam, buahnya tidaklah sempurna."
***
Kalimat ini cukup untuk memberi arahan orang-orang yang ingin segera terpandang, orang-orang yang mengira bahwa secuil pengetahuan dan pengalaman bisa menjadi bekal memadai untuk memimpin masyarakat. Padahal, kehidupan masyarakat amatlah kompleks.
Untuk menjadi pemimpin, baik pemimpin dunia maupun pemimpin agama, seseorang memerlukan kesabaran bertahun-tahun dan perjuangan yang tidak sebentar. Seseorang perlu terlebih dahulu menggembleng dirinya dalam kesunyian, kebisuan dan ketenangan (Perhatikan, bahwa Nabi s.a.w. mengasingkan diri/berkhalwat di Gua Hira' buat sekian waktu sebelum menerima amanah kerasulan). Ibarat sebuah tanaman yang benihnya terpendam dalam tanah tetapi kemudian mulai membelah tanah untuk menghirup udara dan cahaya. Apa salahnya jika seseorang menarik diri, barang sebentar atau bahkan lama, dan tidak tampil di tengah khalayak umum sebelum matang bakatnya?
Namun, yang sering kita saksikan sekarang adalah orang menulis sejumlah artikel lalu mengklaim dirinya sebagai pakar. Atau, orang menguasai bidang profesi tertentu lalu mengklaim dirinya sebagai ahli. Kalau saja ia memilih untuk "bertapa" beberapa lama guna memoles diri, tentulah hasilnya lebih baik.
Kendati begitu, imanmu akan sempurna jika engkau melakukan hal itu karena Allah, bukan untuk mempamerkan diri. Sebab, orang yang mencari-cari sanjungan manusia, justru akan jatuh martabatnya di mata Allah. Hindarkan diri dari dua hal! Pertama, tampil ke muka sebelum engkau betul-betul cakap (mampu berbuat apa yang dicakap i.e 'walk the talk' - pen.) Kedua, tampil ke muka setelah benar-benar mampu, untuk mengundang pujian manusia (ingin meraih sanjungan manusia, lalu berbuat kerana manusia, bukan kerana Allah - bersifat riya'. Naudzubillah). []
Dipetik dari bukuSadar untuk Bersandar,
oleh Sheykh Muhammad al-Ghazali.____