Jun 11, 2008

Ingin Segera Terkenal?




Dalam kitab al-Hikam Ibnu 'Athaillah al-Iskandari, dinukilkan:

"Pendamlah wujudmu dalam tanah (untuk sekian waktu), sebab apa yang tumbuh dari sesuatu yang tidak dipendam, buahnya tidaklah sempurna."


***


Kalimat ini cukup untuk memberi arahan orang-orang yang ingin segera terpandang, orang-orang yang mengira bahwa secuil pengetahuan dan pengalaman bisa menjadi bekal memadai untuk memimpin masyarakat. Padahal, kehidupan masyarakat amatlah kompleks.

Untuk menjadi pemimpin, baik pemimpin dunia maupun pemimpin agama, seseorang memerlukan kesabaran bertahun-tahun dan perjuangan yang tidak sebentar. Seseorang perlu terlebih dahulu menggembleng dirinya dalam kesunyian, kebisuan dan ketenangan (Perhatikan, bahwa Nabi s.a.w. mengasingkan diri/berkhalwat di Gua Hira' buat sekian waktu sebelum menerima amanah kerasulan). Ibarat sebuah tanaman yang benihnya terpendam dalam tanah tetapi kemudian mulai membelah tanah untuk menghirup udara dan cahaya. Apa salahnya jika seseorang menarik diri, barang sebentar atau bahkan lama, dan tidak tampil di tengah khalayak umum sebelum matang bakatnya?

Namun, yang sering kita saksikan sekarang adalah orang menulis sejumlah artikel lalu mengklaim dirinya sebagai pakar. Atau, orang menguasai bidang profesi tertentu lalu mengklaim dirinya sebagai ahli. Kalau saja ia memilih untuk "bertapa" beberapa lama guna memoles diri, tentulah hasilnya lebih baik.


Kendati begitu, imanmu akan sempurna jika engkau melakukan hal itu karena Allah, bukan untuk mempamerkan diri. Sebab, orang yang mencari-cari sanjungan manusia, justru akan jatuh martabatnya di mata Allah. Hindarkan diri dari dua hal! Pertama, tampil ke muka sebelum engkau betul-betul cakap (mampu berbuat apa yang dicakap i.e 'walk the talk' - pen.) Kedua, tampil ke muka setelah benar-benar mampu, untuk mengundang pujian manusia (ingin meraih sanjungan manusia, lalu berbuat kerana manusia, bukan kerana Allah - bersifat riya'. Naudzubillah). []



Dipetik dari buku
Sadar untuk Bersandar,
oleh Sheykh Muhammad al-Ghazali.


____

3 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

Sebuah teguran yang tegas.

Semoga Allah SWT memelihara hati kita [saya] dari ketergelinciran atas banyak niat dan perbuatan yang dilakukan bukan karena-Nya...amin Allahumma amin..

emir.abu.khalil berkata...

benar... ini teguran yang benar keras... terutama bagi kita yang menyeru manusia melalui kalam... ya ALlah, tetapkan niat kami ini kukuh di atas jalan-Mu dan kerana-Mu semata...

astaghfirullah al-azim...

firusfansuri berkata...

Bismillahirrahmanirrahim.

Allahumma thahhir qulubana,
Allahumma thahhir qulubana,
Allahumma thahhir qulubana.

Rabbana aatina milladunka rahmah, wa hayyi’lana min amriina rasyadaa.

Allahumma arinil haqqa haqqan warzuqnittiba’ah, wa arinil bathila batihlan.. warzuqnattinabaah.

Tunjukkan padaku ya Allah, bahwa yang benar itu adalah benar dan yang bathil itu adalah bathil.

...

Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami mudah terjerumus dalam kesalahan. Itu karena kami percaya pada diri kami, pada amal kami, dan pada hati kami. Seharusnya kami sadar bahwa kami wajib bersandar. Ya, bersandar kepada Engkau, Ya Allah!


Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu mengulang kemaksiatan. Itu kerana kami selalu berbangga dengan setiap ketaatan yang kami lakukan. Seharusnya kami sadar bahwa bukan kami sendiri yang membuat diri kami taat, melainkan Engkau (yang mengkehendaki), Ya Allah!


Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu melayang karena pujian, selalu terinjak oleh hinaan. Itu karena kami sebentar-sebentar melupakan-Mu. Seharusnya, kami sadar bahwa Engkau-lah Tujuan utama kami, bukan makhluk yang mudah menghina dan memuji.


Ya Allah, lesatkanlah ruh-Mu untuk menggusur nafsu di hati kami! Ya Allah, tuntun kami ke samudera ketulusan yang tanpa batas, ke angkasa kerinduan tanpa akhir; demi~Mu, untuk~Mu!


Ya Allah, daku bersyukur kepada~Mu, atas masih hidupnya kalbuku.

Allahumma amiin.
Amiin, ya Rabbal 'Aalamiin.


~~~

Akhi Rozy, Abang Emir..
Diri perlu berkeras, supaya tidak lagi dirajai kehendak sendiri. Berjuanglah menakluki diri hingga diri puas dengan setiap aturan~Nya daripada aturan sendiri, pilihan~Nya daripada pilihan sendiri.

Ini jalan~Nya. Moga diri dipandu oleh~Nya, hingga tercapai sekurangnya, nafs al-muthmainnah.

Berjuanglah diri,
mengenal diri, mengenal~Nya
memahami diri, memahami Dia..

Allah bersama kita, in sya Allah.